
Menyejahterakan petani lewat Program PKT MAKMUR (Foto Freepik.com)
Dilansir dari kaltimtoday.com, Rudi Prambudi seorang pria setengah baya berusia sekitar 59 tahun, pemilik kebun semangka dan melon di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Dia mengusap peluh dari teriknya matahari yang menyengat ke kepala dan tubuhnya. Dia bukan seorang petani tulen, ketika dia bekerja di perusahaan Pupuk di Bontang selama hampir 15 tahun, dia selalu menimba ilmu dan mempraktekkan bagaimana mengelola perkebunan. Ini semua berkat dukungan dari teman dan perusahaan tempat dia bekerja.
Ketika dia sudah pensiun, Rudi mulai berkonsentrasi penuh untuk mengelola lahannya. Lahannya ada dua.
Yang pertama ada di Desa Sebuntal, Muara Badak Kukar. Di tempat ini dia menanam sayuran, gambas, tomat dan lombok. Sementara di Bontang, ia menanam melon dan semangka.
Bersama dengan dirinya ada beberapa warga yang ikut membantunya. Awalnya Rudi tak punya ilmu bagaimana mengelola tanaman hortikultura, dia hanya berpikir mengelola tanaman melon dan semangka jauh lebih mudah ketimbang sayuran.
Sayuran cepat busuk dan cara menyiapkan penanamannya juga lebih rumit dan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak.
Di tahun 2021, Rudi bergabung dalam Program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat atau sering disebut dengan program MAKMUR, PT Pupuk Kaltim (PKT).
Keuntungan yang dia dapatkan saat mengikuti program Makmur adalah pertama dia mendapatkan modal dengan bunga pinjaman yang sangat rendah yaitu 3 persen. Bayangkan, jika ia pinjam ke bank dengan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR), bunganya mencapai 7 persen per tahun.
Bukan sekedar modal saja, tapi Rudi juga mendapatkan pelatihan cara membudidayakan tanaman hortikultura dan mendapatkan bantuan alat rotary, untuk memudahkan penggarapan tanah.
Proses penanaman semangka dan melon dimulai dari penyiapan lahan. Lahan itu digunduk dalam ukuran cukup besar. Ketika lahan sudah selesai menjadi gundukan, pupuk pun disebar.
Atas usul dari PKT, pupuk yang dipakai adalah NPK Pelangi. Selain itu juga pupuk Ecofert. Keunggulan kedua pupuk sangat memudahkan dalam aplikasi, karena tanpa pelarutan ke air, langsung diaplikasikan ke tanah tempat dimana bibit semangka dan melon akan ditanam.
Rudi juga sangat terbantu dengan penggunaan pupuk ini karena dapat menghemat cukup besar, biasanya satu hektar tanah, dia butuhkan 4-6 karung pupuk seharga sekitar Rp3,6 juta per hektar, sementara gunakan NPK Pelangi hanya butuh Rp2,1 juta.
Selesai pemupukan tanah, ditutuplah dengan plastik dan dilubangi berjarak. Dimasukkan bibit semangka di atas lahan yang dilubangi. Bibit semangka itu sudah disemaikan selama hampir sepekan, panjangnya sekitar 3 centimeter dan dua dahan sudah keluar ujungnya.
Usai itu, tinggal merawat dengan menyiram sehari dua kali, pagi dan sore. Dalam jangka waktu 10 hari berikan lagi pupuk.
Hasil dari penanaman semangka dan melon dari lahan Rudi sangat menyenangkan, awal mulanya sebelum mengenal Program PKT Makmur hanya sekitar 20-30 ton per hektar, sekarang telah mencapai sekitar 40 ton per hektar.
Selain produksi yang meningkat, hasil pertanian yang meningkat itu meningkatkan kesejahteraan Rudi bersama teman-temannya, setelah dijual dan dikurangi biaya produksi, keuntungan dapat dibagi bersama dan kesejahteraan hidup pun makin meningkat.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.