Kolaborasi Gen Z dan Industri Pupuk Menciptakan Terobosan Baru Agar Pertanian Modern Makin Maju dan Pangan Indonesia Lebih Mandiri

(Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi)

(Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi)

Like
Kalau bicara soal pertanian, yang terbayang kadang cuma sawah, petani, dan lumpur. Tapi tahu enggak sih, di balik itu semua ada harapan besar buat masa depan Indonesia? Seperti yang kita harapkan supaya negeri ini enggak cuma jadi pasar, tapi juga mandiri menghasilkan pangan sendiri. Namun, nyatanya tak sedikit tantangan yang dihadapi. Mulai dari perubahan iklim, lahan makin sempit, sampai generasi muda yang kurang berminat di dunia pertanian. Mereka lebih asyik dan tertarik menjadi konten kreator daripada berkubang di sawah.
 
Banyak yang mikir, dunia pertanian itu identik sama generasi tua dan kurang cocok buat anak muda zaman sekarang. Apalagi, anak-anak muda atau Gen Z lebih sering dikira fokus ke dunia digital dan main media sosial. Buktinya, minat generasi muda terjun ke bidang pertanian memang masih rendah, padahal pertanian jadi kunci buat kedaulatan pangan Indonesia ke depan.
 

Tapi, Siapa Sangka Gen Z yang Sering Dianggap “Cuma Main Gadget“ Malah Bisa Jadi Penyelamat Masa Depan Pertanian Kita?

“Gimana sih, caranya Gen Z bisa terlibat langsung dalam pertanian dan bawa perubahan nyata?”

Jawabannya ternyata enggak sesulit yang dibayangin kok. Kadang mulai dari hal kecil, rasa penasaran, atau keinginan buat belajar hal baru. Saya sendiri, generasi kelahiran 2006 mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas di Kalimantan Barat, awalnya enggak pernah kebayang bakal kuliah jurusan pertanian. Jujur aja, awalnya mikirnya “Ah, pertanian itu kuno dan enggak buat anak muda.” Tapi setelah masuk dan menjalani kuliah, dunia pertanian justru jadi seru dan penuh peluang.
 
Mulai dari situ, saya dan beberapa teman saya tergerak buat coba praktek langsung menanam tanaman okra hijau. Awalnya, ini cuma buat tugas kuliah dan iseng-iseng aja. Tapi lama-lama, kami belajar banyak hal: gimana cara ngatur lahan, memberikan pupuk yang tepat, sampai mengelola panen supaya bisa dijual. Yang enggak saya sangka, hasil panen itu lumayan, dan bisa menambah uang jajan sekaligus nambah ilmu penting soal pangan.
 
Pengalaman ini bikin saya sadar, kalau pertanian bukan cuma urusan petani lama. Kita, generasi muda, juga bisa ambil peran aktif. Tapi semua itu harus didukung dengan teknologi dan produk berkualitas. Ngomongin pertanian, pasti enggak lepas dari yang namanya pupuk. Ibaratnya, pupuk tuh makanan buat tanaman. Nah tanpa nutrisi yang cukup, ya jangan harap hasil panennya maksimal. Dari pengalaman nanam okra bareng temen-temen, saya jadi sadar, semangat aja enggak cukup. Kalau pengelolaan lahan asal-asalan atau pupuknya enggak cocok, tanaman bisa stress, tanahnya rusak, dan hasilnya malah zonk. Dari situ saya mulai mikir, ternyata peran pupuk tuh segitu pentingnya, terutama buat kita yang baru belajar dan pengen terjun ke pertanian yang lebih modern.
 
Terus saya cari tahu, siapa sih yang selama ini nyuplai pupuk-pupuk berkualitas di Indonesia? Di situlah saya searching dan ulik informasinya lebih dalam, yaitu Pupuk Kaltim, bukan cuma perusahaan pupuk biasa, tapi juga salah satu pionir industri pupuk dan NPK di Indonesia yang udah lama banget support petani, dari yang udah senior sampai anak muda kayak kita.