
Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri 21 (sumber gambar: antaranews.com)
Likes
Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas. Menurut Ferdi Gultom dan Sugeng Harianto (Jurnal Analisa Sosiologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2022), dari sekitar 191,09 hektar luas daratan Indonesia hanya sekitar 34,58 hektar lahan yang tersedia untuk lahan pertanian. Potensi lahan untuk pertanian berada dikisaran 95,90 hektar. Dari lahan tersebut, produksi beras untuk konsumsi pada tahun 2024 menurut BPS adalah sebesar 30,62 juta ton dan masih dominan dibanding komoditas lain seperti jagung sekitar 19,78 juta ton, kedelai sekitar 335,86 ribu ton, singkong sebesar 23,33 juta ton dan ubi jalar sekitar 2,25 juta ton.
Potensi komoditas selain padi, seperti jagung, kedelai, ubi jalar dan singkong sangat besar, namun ketergantungan beras sebagai makanan pokok menjadikan ketergantungan dengan padi. Tak hanya konsumsi beras, Indonesia merupakan negara kedua di dunia yang gemar mengkonsumsi mie instan sekitar 14,54 juta porsi pada tahun 2023 (rri.co.id). Tren kenaikan konsumsi mie instan ini berujung pada kebutuhan tepung terigu sebagai bahan bakunya. Menurut Badan Pusat Statistik Nasional, Indonesia dalam kurun waktu 2017-2023 mengimpor biji gandum rata-rata 10-11 juta ton per tahun. Biji gandum akan diproses menjadi tepung terigu. Kebutuhan biji gandum ini tentu saja membuat Indonesia ketergantungan impor. Ketergantungan tepung terigu ini dpengaruhi oleh dominasi konsumsi dilakukan oleh UMKM, sehingga fluktuasi produksi global mempengaruhi naik turun harga jual.
Ketersediaan produk lain seperti singkong, ubi jalar dan jagung banyak tersedia dan bisa memenuhi kebutuhan konsumsi, namun menurut Satu Data Pertanian konsumsi singkong justru menurun pada tahun 2023. Tak hanya terjadi penurunan konsumsi, pengolahan singkong menjadi produk lain pun masih rendah sehingga nilai ekonomi pun masih rendah.
Berawal dari Singkong, Kelompok Wanita Tani (KWT) Bangkitkan Potensi Pangan Lokal
Gunung Kidul tersohor sebagai daerah gersang, namun siapa sangka daerah tersebut merupakan penghasil singkong terbesar ke-5 di Indonesia. Singkong hanya dijual secara langsung atau hanya dioleh menjadi gaplek, sehingga nilai jual sangat rendah. Olahan singkong pun terbatas berupa tiwul dan gatot, makanan khas daerah tersebut dengan kesan tradisional sehingga kurang diminati oleh generasi muda.Potensi besar singkong di Gunung Kidul ini membuat Ibu Siti Rahayu resah dan akhirnya membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri 21 pada tahun 2001. Terbentuknya KWT Putri 21 ini tak lain adalah mengolah lebih lanjut singkong menjadi makanan berbasis tepung mocaf (tepung singkong). Tepung mocaf memiliki ketersediaan gizi lengkap mulai dari karbohidrat, protein, lemak dan serat tepung ini tidak mengandung gluten (gluten free).
Mulanya KWT Putri 21 hanya memiliki puluhan anggota ibu-ibu, namun kini telah memiliki lebih banyak anggota. Tak hanya sebagai tempat produksi, namun kelompok ini mengembangkan keterampilan petani dengan praktek langsung membuat tepung mocaf dari singkong. Bahkan kini, KWT Putri 21 ini menjadi Pusat Pelatihan Perdesaan Swadaya (P4S). P4S ini bertujuan memberikan pelatihan dari petani untuk petani sehinga produk singkong dan ubi lainnya bisa diolah menjadi produk dengan nilai jual lebih tinggi.
Sejalan dengan program Bapenas, Arief Prasetyo Adi membenarkan bahwa peningkatan konsumsi pangan lokal non-beras berkontribusi strategis terhadap penguatan ketahanan pangan nasional, serta mendorong penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai ekonomi di tingkat pedesaan.
Dengan dukungan dari Bapenas, KWT Putri 21 kini telah mampu memproduksi 1.500 pcs produk yang bervariasi dan berkualitas seperti beras analog yang bisa bertahan selama 2 tahun dalam kondisi divakum. Selain itu, produk lain pun beragam mulai dari olahan singkong dan ubi lainnya, seperti Mocaf (Modified Cassava Flour), Mie Ayo 17 varian, Healthy Biscuit “Mova Thin Thin”, Egg Roll, Stik Ubi Ungu/ Kuning, Abon Bonggol Pisang dan lain-lain.
Potensi tepung mocaf dengan produksi singkong di Indonesia sebesar 23,33 juta ton selama tahun 2024 tentu saja membawa angin segar. Tepung mocaf bisa menjadi alternatif dan bahkan menggantikan tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan mie instan dan mengurangi impor bahan baku tepung terigu. Dengan pengembangan produksi tepung MOCAF, maka komoditas lokal seperti singkong akan mampu bersaing dan meningkatkan nilai jual serta meningkatkan taraf hidup petani singkong dan komoditas pangan lokal di Indonesia.
Sementara itu, pemberdayaan perempuan dalam perekonomian terutama sektor pertanian masih minim, dan Kelompok Wanita Tani (KWT) ini adalah salah satu contoh yang berhasil menggerakan perekonomi di desa. Di samping itu, peningkatan nilai jual dan ekonomi pada produk pertanian pun masih sangat terbatas dalam segi kuantitas dan kualitas. Bahkan, permasalahan pupuk organik pun masih menjadi permasalahan berarti, apalagi jika menjawab kebutuhan pasar akan produksi komoditas pangan lokal dan produk turunannya.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.