Kolaborasi Multi Pihak Wujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia

Seorang bapak yang membajak sawah sebelum ditanami padi | Foto: Dokpri - Efa Butar butar

Seorang bapak yang membajak sawah sebelum ditanami padi | Foto: Dokpri - Efa Butar butar

Like

Definisi Sukses bagi Seorang Petani

Dunia memiliki banyak sekali makna sukses, ada yang mengartikannya dalam rupa model catwalk profesional, ada yang memaknainya sebagai seorang pebisnis yang membuka peluang kerja bagi orang lain, seniman, atau bahkan pekerja kantoran.
 
Bagi seorang petani, definisi sukses cukup sederhana, yakni ketika anaknya tidak jadi petani seperti bapak ibunya.

 

Perjalanan Panjang Tanaman Padi

Sebelum Anda menghakimi, mari saya bawa Anda masuk ke dalam sedikit kehidupan petani, secara khusus petani padi. 
 
Di desa saya di awal musim semai, seluruh warga yang didominasi petani padi itu akan berkumpul di satu tempat. Berdoa, memohon pada Yang Kuasa untuk memberkati setiap pekerjaan tangannya dan tentu sebuah harapan agar perjalanan penanaman padi ini menghasilkan bulir padi yang cantik dan hasil penjualannya bisa maksimal. 

Maksimal yang dimaksud adalah jumlah ton padi dikalikan dengan harga terbaik yang muncul di saat musim panen, meski biasanya di masa-masa tersebut, harga terbaik padi (dalam kondisi basah) yang dimaksud berada di range harga Rp5.000-an saja. 

Selama masa tunggu penyemaian, sedari matahari pagi mulai tampak sempurna, hingga perlahan tenggelam di ufuk barat sana, petani membajak sawahnya. Menggunakan traktor membolak balik tanah kasar yang sudah diairi menjadi lumpur lembut yang siap ditanami padi. Biasanya, tugas ini diambil alih para lelaki. 


Sebenarnya metode ini sudah mengalami transformasi. Kalau dulu lebih sulit lagi karena harus mengandalkan kolaborasi tenaga manusia dan kerbau semata. Hasilnya? Selesai sih, tapi tentu tak sekilat penggunaan traktor. 
 

Proses Tanam

Setelah semai padi berusia hampir satu bulan, penanaman dimulai. Untuk tugas ini, kaum ibu akan membentuk kelompok, kemudian secara bergantian menanamnya di sawah anggota kelompoknya sampai semua terisi sempurna.

Di musim ini, tak ada yang bisa melarikan diri dari berbagai kondisi. Terik matahari hingga hujan badai dihadapi dengan penuh dedikasi. Mencubit 3-5 helai semai di tangan kiri dan mencelupkannya di lumpur lembut dengan tangan kanan. 

Dalam sepetak sawah, setiap padi ditanam mengikuti baris yang dibuat oleh penanam itu sendiri, sekitar sejengkal jaraknya. Jarak ini berfungsi menjadi ruang bagi petani saat melakukan pengecekan atau perawatan pada tanaman.
Dengan pemberian jarak tersebut, tanaman juga akan mendapatkan cahaya matahari dengan lebih merata, padi bisa berkembang lebih optimal serta dapat membantu meningkatkan kualitas gabah.

Sebagaimana penanaman padi pada umumnya, proses ini dilakukan dengan jalan mundur sembari menunduk. 
Melihat cara kerja mereka yang sepertinya mudah dilakukan, saya di usia SMP pernah tertarik mencobanya. Kata saya kala itu, "petak ini biar aku yang selesaikan, Ma." Saya menunjukan sepetak kecil yang digunakan untuk menyemai bibit.

 

Ilustrasi sepetak sawah tempat penyemaian padi | Foto: Dokpri - Efa Butar butar

Ilustrasi sepetak sawah tempat penyemaian padi | Foto: Dokpri - Efa Butar butar

 

Perkiraan saya bahwa tugas ini mudah, sangat jauh dari realisasinya. Saya harus menghitung bibit di tangan kiri saya untuk mendapatkan jumlah helai yang pas. Pasca menanam beberapa titik, saya berdiri. Menyegarkan pinggang yang panas dan leher yang terbakar matahari. 

Saat saya lanjut dan berusaha mundur, terkadang kaki saya kehilangan keseimbangan kemudian jatuh terduduk. Tersandung lumpur yang begitu mengikat di bawah sana. Ternyata tak mudah melangkah di dalamnya. 

Jangan tanya apakah saya berhasil menyelesaikan petak tersebut! Tentu saja tidak. Mama yang menyelesaikannya sembari tertawa. Katanya, "rajin-rajin belajar, biar ngga (jadi petani) kayak mama."

Di akhir musim biasanya kuku tangan dan kaki para ibu ini akan menguning. Sebuah proses karotenemia yang terjadi akibat terlalu banyak bersentuhan dengan zat besi pada tanah.

Tak perlu khawatir! Dalam ukuran yang tepat, zat besi pada tanah itu hal yang baik kok untuk tanaman, hanya saja dampaknya memang mengurangi sedikit estetika pada penampilan para ibu pejuang itu. 

Baca Juga: Sawah, Startup, dan Semangat Anak Muda Mewujudkan Kedaulatan Pangan

Ini baru proses tanam. Belum lagi proses perawatan termasuk pemupukan yang membutuhkan waktu yang cukup panjang.