Likes
Pemupukan
Proses pemupukannya butuh kehati-hatian. Setiap jenis pupuk akan terlebih dahulu dituang di atas sebuah tikar yang sudah digelar lebar.Pupuk urea misalnya. Sebelum proses pemupukan berlangsung, pupuk dengan berat 50 kg per karung ini, akan dituang di atas tikar terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk memecah butiran-butiran yang menempel membentuk gumpalan agar kembali menjadi granul kecil berukuran semula yakni 2-4,75 mm (Sumber: Pupuk Kaltim).
Pupuk dari PT Pupuk Kalimantan Timur ini memiliki sifat yang higroskopis, mudah menyerap air dari udara. Saat pupuk menyerap uap air, butiran-butirannya akan saling menempel dan membentuk gumpalan. Penyebab lainnya adalah penyimpanan yang kurang tepat dari penjual, seperti kondisi lembap atau ditumpuk terlalu tinggi.
Proses pemecahan gumpalan ini dilakukan untuk mempermudah petani saat menyebar pupuk di lahan tanaman. Gumpalan yang terlalu besar biasanya tak bisa dipecah oleh tangan, untuk itu, di atas tikar, petani biasanya menggunakan alat lain yang cukup berat untuk memecah gumpalan tersebut, seperti cangkul. Sekali banting, hancur!
Tiap kali berurusan dengan tanaman padi, bagian pecah-pecah pupuk satu-satunya hal yang fasih saya lakukan. Menyenangkan. Kalau kata anak Gen Z, ASMR. Suaranya enak didengar.
Selain Urea, pupuk NPK juga menjadi salah satu pupuk yang tak pernah lepas dari tanaman padi. Jika Urea mengandung unsur hara Nitrogen (N), kadar air dan kadar biuret, maka, NPK sesuai namanya mengandung tiga unsur hara utama seperti Nitrogen (N), Fospor (P) dan Kalium (K).
Bagi anak petani padi seperti saya, kandungan kedua pupuk ini bukan lagi hal asing yang gamang didengar sebab kandungan ketiganya tertera secara gamblang di kemasan karung pupuk tersebut.
Yang saya pertanyakan saat kecil dulu, kenapa perlu beli Urea lagi kalau unsur hara tersebut sebetulnya sudah ada di NPK?
Belakangan saya ketahui dari website resmi pupuk Kaltim selaku produsen, ada perbedaan kandungan Nitrogen pada kedua pupuk tersebut. Pupuk Urea mengandung Nitrogen dalam bentuk tunggal dengan konsentrasi tinggi yakni 46%, sedangkan Nitrogen pada pupuk NPK cukup bervariasi tergantung jenisnya. Yang pasti, lebih rendah dari urea.
Biasanya, usai memecahkan satu jenis pupuk, pupuk NPK akan ditumpahkan di atas tikar yang sama. Dipecah, kemudian dicampur hingga merata.
Ya, kedua jenis pupuk tersebut; Urea dan NPK, harus dicampur sebelum diaplikasikan. Dilansir dari sciepub.com, kegiatan ini dilakukan untuk memastikan distribusi unsur haranya lebih merata dan efisien serta untuk menghindari potensi reaksi kimia yang merugikan jika diaplikasikan secara terpisah.
Jika sudah, campuran kedua pupuk tersebut dimasukkan ke dalam ember, lalu digendong layaknya menggendong bakul jamu, kemudian disebarkan manual dengan mengambil pupuk segenggam demi segenggam untuk disebar seluas jangkauan tangan sampai seluruh padi kebagian.
Pasca pemupukan dengan menggunakan Urea dan pupuk NPK, biasanya dua hingga tiga pekan kemudian, batang padi akan terlihat lebih 'gendut', akar lebih menyebar, jumlah anakan meningkat, daun lebih hijau dan pertumbuhannya bisa dilihat dengan kasat mata. Tidak heran jika petani padi tak bisa lepas dari kedua pupuk ini.
Selain itu, dalam kasus jika tanaman padi banyak diserang hama, petani umumya akan melakukan penanganan dengan melakukan penyemprotan pestisida.
Penyebaran pupuk dan penyemprotan pestisida ini harus dilakukan teliti, jika tidak, keracunan adalah risiko yang harus dihadapi. Ada beberapa faktor sebetulnya yang membuat potensi keracunan ini besar terjadi, seperti paparan langsung yang dapat menyebabkan iritasi kulit, mata dan saluran pernafasan, risiko tertelan atau terhirup juga berpotensi membahayakan petani tersebut.
Perjalanan panjang ini kemudian akan tiba pada musim panen. Biasanya dipanen setelah padi berusia 3-4 bulan, tergantung varietas padi yang dipilih.
Di musim inilah binar bahagia terlihat di mata para petani. Mata yang kadang bercahaya, kadang redup khawatir dengan cuaca dan serangan hama, akan terlihat di penghujung rangkaian proses tanam ini. Meski harganya tiba-tiba turun.
Wajar! Hukum permintaan dan penawaran berjalan. Saat stok barang melimpah, konsumen memiliki banyak pilihan dan cenderung menuntut harga yang lebih rendah. Mau tak mau, produsen menurunkan harga agar barang mereka laku terjual.
Senyum yang kemudian merekah ketika pada akhirnya, mereka bisa menerima rupiah demi rupiah yang dihasilkan dalam perjalanan panjang kurang lebih 3-4 bulan.
Ya, sebagian hasil panen akan dijual, sebagian lagi menjadi pengisi lumbung. Bekal menghadapi hari-hari berikutnya agar tak perlu membeli beras sampai musim panen selanjutnya.
Saya pernah menghidupi perjalanan panjang ini, bahkan, orang tua saya masih melakukannya sampai saat ini. Saya tidak. Orang tua saya tak kuasa melihat saya melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan.
Pesannya pada masa itu cuma satu, "jangan sampai anakku jadi petani sepertiku." Dan ya, mereka mewujudkan itu.
Inilah yang kemudian membuat saya sangat sepakat dengan ucapan tersebut kala itu. Sebuah perjalanan yang membuat saya memahami dari sudut pandang petani, kenapa mereka sangat tak ingin anaknya merasakan hal yang sama dengan apa yang telah ia jalani.
Ketika orang lain menerima penghasilan rutin bulanan, petani hanya menghasilkan setiap 3-4 bulan. Itupun kalau hasil panennya bagus. Kalau tidak, siapa yang ingin menghidupi?
Krisis Regenerasi Petani
Sebegitu putus asanya orang tua saya hingga tak ingin anak-anaknya jadi petani, dan ratusan orang tua lain yang tak ingin anak-anaknya serupa dengan mereka, membuat profesi ini perlahan-lahan ditinggal.Anak-anak muda di desa yang sudah duduk di bangku kuliah tak lagi melirik betapa serunya aktivitas ini. Bagaimana tidak, petani tidak memiliki pengembangan karir yang jelas, berisiko tinggi, pendapatan rendah pula. Jika harus membanding-bandingkan, menjadi seorang pekerja kantoran tentu jauh lebih stabil dari sisi finansial.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, persentase pemuda usia 16-30 tahun yang bekerja di sektor pertanian terus menurun, dari 20,79% pada tahun 2017 menjadi 18% pada tahun 2022. Di sisi lain, persentase pemuda yang bekerja di sektor jasa terus naik, yakni dari 52,86% pada tahun 2017 menjadi 56,82% pada tahun 2022.
Selanjutnya, lewat sumber yang sama, tahun 2023 disebutkan jumlah petani dari generasi milenial (kelahiran 1980 - 1996) hanya 21,93 persen dari jumlah seluruh petani. Itupun, penyebarannya tidak merata. 15,71 persen di antaranya berpusat di Jawa Timur.
Riset tahun 2022 pada 577 mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan bahwa lulusan pertanian memiliki minat yang rendah untuk bergelut di sektor ini. Alasannya karena kekurangan pengetahuan, rendahnya kepercayaan diri, stigma, ketiadaan dukungan dari orang tua dan pendidik hingga alih fungsi lahan turut jadi tantangan.
Berbagai Program dan Dukungan dari Pemerintah serta Stakeholder untuk Petani Indonesia
Kondisi jumlah petani muda yang semakin menipis untungnya menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan stakeholders terkait.Urgensi kebutuhan ini membuat pemerintah bergerak cepat menghadirkan sejumlah program demi menggaet petani muda, beberapa diantaranya adalah Program Petani Millenial, program Brigade Youth Entrepreneurship and Employment Support Service (YESS), Program Brigade Pangan, program lain seperti SobaTani, PWMP (Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian) dan Duta Petani Milenial.
Belum lagi adanya pendampingan dari sejumlah pihak seperti penyuluh pertanian, Babinsa dan mahasiwa yang memegang peran untuk memberikan edukasi, pelatihan dan bimbingan teknis kepada petani yang ada saat ini. Mulai dari penggunaan benih unggul, pemupukan yang berimbang, pengaturan musim tanam hingga penggunaan alat dan mesin pertanian yang modern.
Sejumlah stakeholders terkait seperti Pupuk Kaltim, juga turut serta menghadirkan programnya sendiri untuk memberikan dukungan bagi para petani. Program tersebut diantaranya Program Agrosolution, Program Makmur, PKT Berseri, PKT Bisa dan Program kemitraan.
Tidak hanya fokus merangkul si 'anak baru' pemerintah dan stakeholder terkait juga memberikan perhatian penuh pada para 'anak lama.' Ini bisa terlihat dengan adanya dukungan berupa bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) kepada para petani termasuk rice transplanter secara gratis dan tidak ada biaya tebus atau pungutan liar yang dikenakan.
Alat ini merupakan mesin tanam padi yang memungkinkan petani menanam lebih banyak padi dalam waktu singkat sehingga mengurangi lebih banyak tenaga kerja manual, jarak tanam seragam untuk pertumbuhan yang optimal serta lebih efisien waktu dan biaya.
Selain rice transplanter, ada juga bantuan berupa traktor roda dua dan empat, combine harvester untuk memanen padi dan tanaman jenis biji bijian lainnya, pompa air hingga cultivator.
Sejumlah program dan dukungan yang datang dari berbagai pihak ini tentu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian, kesejahteraan petani dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Kolaborasi Multi Pihak Wujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia
Kalau sudah begini, apakah benar, tak ada asa bagi petani Indonesia?Perhatian yang datang dengan fokus merata dari hulu ke hilir saya rasa cukup kuat untuk menggeser opini yang menyebutkan tidak ada asa bagi petani di Indonesia. Tentu saja ada, asal semua mau bergerak bersama. Dan kabar baiknya, kita melakukan hal tersebut bersama. Melangkah ke arah yang sama.
Lihat saja, dari mahasiswa, stakeholder, pemerintah dan petaninya sendiri, kini mau saling bergandeng tangan untuk menyelesaikan urgensi regenerasi petani. Program yang dihadirkan berhasil juga mengemas dunia pertanian menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan.
Jika ini dilakukan secara konstan, bukan tidak mungkin anak-anak muda turun dan terlibat dalam pelaksanaannya lalu beralih menjadi petani muda.
Impian orang tua bukan lagi agar anak-anaknya tak jadi petani seperti mereka, namun mengikuti jejak langkahnya hanya saja dengan pelaksanaan dan teknologi yang termutakhir. Dengan begitu, bukan hanya persoalan regenerasi yang terselesaikan, namun juga peningkatan ekonomi di tingkat akar rumput.
Perjuangan Panjang Wujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia
Perjalanan panjang yang melibatkan banyak pihak ini menyasar setiap tahapan pertanian khususnya padi, dari hulu hingga ke hilir. Selain untuk menggaet petani-petani muda, tentu kolaborasi semua pihak ini juga jadi sebuah upaya untuk mewujudkan kedaulatan pangan di negeri tercinta.Lewat kerjasama ini pula, prioritas Prabowo sebagai Presiden Indonesia menempatkan ketahanan pangan sebagai asta cita dapat terwujud nyata.
Sumber:
https://theconversation.com/cek-fakta-ganjar-klaim-indonesia-kekurangan-petani-muda-karena-tak-ada-insentif-benarkah-222275#:~:text=Data BPS juga menunjukkan, pada 2023, jumlah,1980-1996) hanya 21,93?ri jumlah seluruh petani.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.