Sabtu, 14 Desember membawa mobil hiace kami meliuk menapaki wilayah Cipanas. Pepohonan rindang di kiri kanan jalan melambai seolah menyambut kami.
Perjalanan ini sangat berkesan dengan banyaknya sejarah peninggalan kolonial Belanda tertinggal di sini. Salah satunya jalur Cipanas yang merupakan salah satu ruas proyek De Grote Postweg alias Jalan Raya Pos yang fenomenal di buku sejarah itu.
Asal Nama Cipanas, Surga Favorit Orang Belanda Kelas Atas
![Resort Santosa dengan view menawan di Cipanas [Dokumentasi Pribadi] Resort Santosa dengan view menawan di Cipanas [Dokumentasi Pribadi]](https://bisnismuda.id/assets/content/20251214203721_20251213113752.png)
Resort Santosa dengan view menawan di Cipanas [Dokumentasi Pribadi]
Guide kami, Mas Rizky seperti biasa mendongeng perjalanan kami kali ini. Dalam bahasa Sunda, Ci artinya air; Cipanas secara harfiah adalah air yang panas. Hal ini masuk akal dengan adanya sumber mata air panas di kawasan ini.
Yang paling tersohor adalah kolam pemandian air panas di dalam Istana Kepresidenan Cipanas. Wisata pemandian bahkan ada di tengah keramaian Pasar Cipanas yang kini penuh warga lokal mendulang rezeki dari masyarakat yang hendak berbelanja.
"Makanya dulu kolonial betah. Udara sejuk, view rumah di sini bagus, air panas enggak perlu merebus," kelakar Mas Rizky.
Faktor lain adalah Cipanas sendiri menjadi jalur aktivitas vulkanis Gunung Gede Pangrango yang hari itu muncul tanpa malu-malu di kanan jalan.
Petualang yang doyan mendaki gunung tentu tak menampik Cipanas menjadi pintu masuk kala ingin mendaki Gunung Gede Pangrango yakni melalui Gunung Putri.
Cibodas dan Salabintana juga menjadi rute lain bagi pendaki yang ingin lekas sampai ke puncak. Berhubung gunung ini berstatus aktif, tak mengherankan potensi bahaya seperti awan panas dan batu pijar mengintai. Merujuk web muncak.id, Desa Sindangjaya dan Cimacan bahkan termasuk zona bahaya ring 1.
Kendati indah, jalur ini menjadi saksi bisu kala gempa besar Cianjur melanda 2022 lalu. Adanya sesar baru yang baru terdeteksi para peneliti di kawasan ini membuat orang Indonesia senantiasa harus waspada dengan siklus bencana yang kerap terjadi.
Ruas Jalan Raya Pos dengan Upah Termahal
![Berfoto di ruas jalan, dulu jalan hanya bisa dilewati pedati untuk mengangkut hasil bumi dari kota di Jawa [Dokumentasi Pribadi] Berfoto di ruas jalan, dulu jalan hanya bisa dilewati pedati untuk mengangkut hasil bumi dari kota di Jawa [Dokumentasi Pribadi]](https://bisnismuda.id/assets/content/20251214204354_IMG-20250615-WA0111_(1).png)
Berfoto di ruas jalan Subang, dulu jalan hanya bisa dilewati pedati untuk mengangkut hasil bumi dari kota di Jawa [Dokumentasi Pribadi]
Trivia mengejutkan lainnya, jalur Cipanas adalah bagian dari De Grote Postweg yang fenomenal di masa penjajahan Belanda.
Mempertimbangkan percepatan gerak, mempermudah komunikasi, dan efektivitas waktu tempuh distribusi hasil bumi demi kepentingan kolonial menjadi salah tiga alasan Belanda membangun jalan ini.
Melansir laman Detik, Jalan Raya Pos dibangun oleh Gubernur Jenderal pertama Hindia Belanda Herman Willem Daendels pada 1808 silam. Daendels membangun Jalan Raya Pos dari Anyer di Ujung Barat Jawa Barat ke Panarukan di Ujung Timur Jawa Timur (kira-kira 1000 km).
Jalan inilah yang menghubungkan kota-kota yang ada di pedalaman Pulau Jawa. Setiap jarak 15 km, 30 km dan paling jauh 60 km didirikan kota untuk mencapai kota yang lebih besar berikutnya seperti Kota Sumedang, Majalengka, dan sebagainya.
Hal ini dikarenakan jarak tempuh ideal untuk pedati saat itu dapat berjalan yaitu sekitar 15 km. Setiap 15 km kuda beristirahat atau diganti dengan kuda yang baru.
Selama ini, kita selalu diajarkan di sekolah bahwa Jalan Raya Pos adalah salah satu bentuk kerja rodi yang mana warga pribumi tidak mendapatkan bayaran sepeser pun. Banyak bergaul dengan komunitas situs bersejarah membuka cakrawala baru. Ternyata faktanya tidak demikian, Be-emers.
Praktiknya, Daendels kala itu menggelontorkan dana sebesar 30.000 ringgit (1 ringgit atau rijksdaalder = 2,40 gulden). Uang ini yang digunakan untuk membangun jalan rute Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor). Dari catatan sejarah yang beredar, tidak semua upah pekerja ini sampai dengan jumlah utuh (baca: korupsi).
![Dokumen bukti pembayaran pemerintah Kolonial [Source: Arsip Sejarah Belanda] Dokumen bukti pembayaran pemerintah Kolonial [Source: Arsip Sejarah Belanda]](https://bisnismuda.id/assets/content/20251214203251_EtuHqyuVIAIYu5k.png)
Dokumen bukti pembayaran pemerintah Kolonial [Source: Arsip Sejarah Belanda]
Sementara pembangunan rute Buitenzorg sampai Kandanghaur (wilayah di Barat Cirebon) menggunakan uang kertas kredit yang dikeluarkan Daendels sendiri. Besaran upah ini berbeda untuk setiap ruas jalan, bergantung tingkat kesulitan dan medan jalan.
Jalur Cipanas sendiri misalnya menjadi ruas jalan dengan bayaran termahal pada masanya. Pemerintah kolonial menggaji sebanyak 1,100 pekerja saat itu sebesar 10 ringgit per bulan.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.