Etika Tidak Tertulis Saat Mengolah Makanan - Bagian 1


Kuku Panjang dan Berwarna Serta Dampaknya di Ruang Pengolahan

Bagi perempuan, kuku memiliki andil yang cukup besar menghadirkan kesan tangan dan jemari yang cantik nan lentik. 

Untuk mendapatkan tampilan ini, biasanya kuku akan sedikit dipanjangkan dan dibentuk sesuai selera di bagian ujungnya.

Agar tampilannya lebih menggemaskan, tidak jarang perempuan memolesnya dengan warna-warna kesukaan. Dan untuk mendapatkan tampilan ini, ada effort dan dana yang harus dikucurkan. Tidak murah. 

Ketika harus dihadapkan dengan fakta kuku harus dipotong rata saat memasuki laboratorium pengolahan, tentu ada rasa tidak suka, kesal, marah, tidak terima dan mungkin perasaan tidak adil. 

Demi nama keadilan, mari kita kulik lebih dalam, bukan hanya untuk konsumen, tapi juga untuk pengolah tersebut.


Dari sudut pandang pengolah makanan, Be-emers akan berurusan dengan banyak sekali bahan pangan. Padat, cair, air dan minyak. Bahan ini ada yang harus dicacah, dipotong dan dibersihkan.

Setiap prosesnya, Be-emers akan menggenggam bahan tersebut lalu melakukan treatment yang dibutuhkan. Kuku yang panjang akan membuat gerakan kamu lambat, tidak nyaman bahkan mungkin berbahaya ketika berada dalam tahapan yang membutuhkan pemotongan dengan benda tajam. 

Dari sisi konsumen, jika kuku kamu sampai terpotong saat proses persiapan bahan, dan ikut masuk ke dalam makanan yang akan disajikan lalu ditemukan oleh konsumen, integritas kamu akan dipertanyakan.

Jika Be-emers bekerja pada satu brand makanan, brand tersebut terancam mendapatkan penilaian negatif hanya karena urusan potongan kuku. Apalagi kalau sampai viral. 

Dampaknya berkepanjangan, konsumen mana yang mau balik ke restoran yang sama yang menyajikan iga sapi bonus potongan kuku? Yang dirugikan? Ya tentu resto tersebut dan para 'awak'nya. Bagaimana mau gajian tanpa ada pembelinya?

Yang lebih repot adalah ketika potongan kuku tersebut sampai ikut tersuap dengan makanan. Ewww menjijikkan!

Dalam Teknologi Pangan, isu ini disebut juga cemaran fisik, kondisi ketika ada benda asing yang tidak sengaja mengkontaminasi makanan seperti kuku, rambut, isian hekter, serangga termasuk pasir atau kerikil. 

Selain menimbulkan rasa tidak aman dan nyaman saat makan berlangsung, cemaran fisik yang tergigit berpotensi menyebabkan luka di area mulut seperti gigi patah, melukai kerongkongan dan perut.

Jika ini sampai terjadi pada konsumen, ruginya berkali-kali! Nama baik tercemar, diomelin pelanggan, ganti rugi materiil termasuk immateriil. 

Di samping cemaran fisik yang ditimbulkan, dari sisi higienis, kuku yang panjang adalah 'rumah' dari berbagai sumber penyakit.

Di bawah permukaan kuku yang terawat saja, ada ruang hangat dan lembab yang sulit dibersihkan. Dan ruang ini sudah cukup ideal untuk pertumbuhan beberapa bakteri jahat seperti E. coli. Apalagi kuku panjang!


Untuk Rumah Tangga & UMKM Kuliner

Pada akhirnya, kita memang sepakat estetika diri lewat kuku panjang betul dibutuhkan. Namun, jika taruhannya adalah kesehatan anggota keluarga atau nama baik usaha, maka mungkin Be-emers bisa siasati tampilan kuku tersebut dengan menggunakan kuku palsu sesuai yang kamu butuhkan. 

Dengan begitu, tangan kamu tetap terlihat cantik, makanan tetap higienis dan produk tetap disukai para pelanggan. 

Ada beberapa etika lain yang akan saya bagikan di artikel terpisah yang saya harap dapat Anda terapkan di rumah terutama jika Anda adalah seorang pegiat UMKM kuliner, sampai jumpa di episode berikutnya, ya!




---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Whatsapp Group kami! Klik di sini untuk bergabung