Izmabyne, Gaun Muslimah yang Simple dan Classy

Nenny Herma dengan gaun muslimah rancangannya. Foto: Dok. Pribadi

Nenny Herma dengan gaun muslimah rancangannya. Foto: Dok. Pribadi

Like

Ide Bisnis Dari Tahun 2010

Saat menjadi pekerja kantoran, Nenny Herma merasa waktunya terbuang untuk melakukan rutinitas yang tidak ia sukai. Dari situ ia mulai berpikir, kenapa tidak memulai bisnis sendiri, menekuni bidang yang sesuai dengan passion dan menjadi bos buat diri sendiri.

Sehingga, akhirnya ia memutuskan resign kerja di akhir tahun 2009 dan memulai mengembangkan bisnis sendiri di bidang fashion hijab.  Ketika ditanya mengapa memilih fashion, “Pertama, saya memang menyukai fashion design. Sejak kecil, saya sudah terbiasa memakai baju homemade yang dijahit sendiri oleh ibu,” ungkapnya.

Waktu duduk di bangku SMA, Nenny bahkan berkeinginan untuk melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan fashion design.  Namun, entah kenapa keinginan itu “terkubur” begitu saja saat itu.

Kedua, setiap Nenny membeli produk fashion terutama baju, ia merasa tidak pernah menemukan desain baju yang cocok dengan seleranya.  Dari situ, ia mulai merekrut penjahit dan membuat baju rancangannya sendiri kemudian menjualnya melalui media sosial facebook dan toko offline di Delanggu, Klaten.
 

Desain Izmabyne yang elegan dan simpel

Desain Izmabyne yang elegan dan simpel




Arti Kata Izmabyne 

Bagi Nenny, bisnis ini adalah proses pembelajaran yang cukup panjang. Pada awal membangun bisnis, ia mengaku, modalnya hanya dua yaitu keberanian dan mengikuti trend (trend tahun 2010 adalah batik).

Ia memulai bahkan tanpa bekal pengetahuan bisnis dan skill di bidang fashion design. Saya menyadari tetap butuh partner. Itu sebabnya ia menerima ajakan untuk berpartner. “3 kali saya berpartner dengan mengusung brand yang berbeda dan gagal hingga akhirnya saya membangun brand saya sendiri dari awal lagi dengan merk Izmabyne,” ungkapnya.

Merek itu kepanjangan dari izma dan byne. Izma artinya terbaik, byne adalah by Nenny. “Izmabyne adalah persembahan terbaik dari saya dan berharap sesuai dengan namanya menjadi yang terbaik.”

Yang membedakan dengan brand sebelumnya tentu saja “kedewasaan”. Karena di titik ini, ia sudah berbekal skill di bidang fashion design. Nenny telah mengikuti short education di bidang fashion design di salah satu akademi desain di Solo.

Ia juga menang juara runner-up Lomba Kreasi Busana Batik di Magelang tahun 2015. Ia tentunya juga telah melakukan riset pasar dan pengalaman dari bisnis sebelumnya.

Baca Juga: Bisnis Fashion Ternyata Masih Bisa Eksis di Tengah Masa Pandemi


Desain Yang Classy dan Tidak Berlebihan

Bisnis fashion terutama baju muslim saat ini begitu menjamur. Desain busana juga tidak memiliki hak paten. “Hari ini kita launching desain baru, seminggu kemudian desain yang sama akan muncul. Kita baru membayangkan rancangan gaun malam ini, esoknya kita sudah melihat gaun jadi dengan rancangan yang sama. Begitulah, karena fashion itu berputar,” ujarnya.  

Sekilas, sulit untuk menemukan kebaruan bahkan keunikan. Produk-produk  Izmabyne saat ini adalah gaun pengantin dan gaun pesta muslimah. “Keunikannya dibandingkan dengan brand lain adalah desain busana yang classy dan tidak "over". Kebanyakan yang ada gaun pesta itu extravagant. Tapi tidak dengan produk izmabyne,” ungkapnya.

Keunikan kedua, Izmabyne menawarkan konsumen untuk ikut andil dalam mendesain busana sesuai dengan yang mereka inginkan. Bukan hanya terpaku dengan pilihan desain rancangan Izmabyne.
 

Desain gaun muslimah untuk pesta namun tetap bersahaja. Foto: dok.pribadi

Desain gaun muslimah untuk pesta namun tetap bersahaja. Foto: dok.pribadi



Menggunakan Media Sosial Untuk Promosi

Target market dari bisnis ini adalah, wanita berhijab usia 24 ke atas yang menyukai desain simple but classy, tidak berlebihan. Dari segi promosi, Izmabyne mengandalkan WhatsApp sebagai media paling efektif berpromosi.

Instagram lebih sebagai branding. Namun, tidak menutup kemungkinan juga banyak costumer yang berasal dari Instagram, terutama mereka yang masih muda.
 

Contoh desain gaun pengantin rancangan Nenny. Foto: dok.pribadi

Contoh desain gaun pengantin rancangan Nenny. Foto: dok.pribadi



 
Strategi Kala Pandemi

Pandemi virus corona ini tentu berdampak menurunnya penjualan baik offline maupun online. Tidak banyak hajatan, banyak orang melakukan penghematan, saat ini orang lebih mengeluarkan banyak uangnya untuk kebutuhan yang lebih pokok seperti pangan dan kesehatan daripada kebutuhan pakaian.

Agar tidak kehilangan pelanggan dan bisnis terus berputar, ia banting setir dengan menjual hijab instant sementara waktu dengan target market yang sama. Harga hijab instant tentu lebih murah dibandingkan gaun, dan sangat nyaman dipakai di rumah. “Seenggaknya kami menjawab apa yang dibutuhkan customer saat ini, hijab yang nyaman dipakai di rumah, hasrat untuk membeli hijab mereka tetap terpenuhi,” aku Nenny.
 

Target market wanita usia 24 tahun ke atas. Foto: dok.pribadi

Target market wanita usia 24 tahun ke atas. Foto: dok.pribadi



Izmabyne Di Masa Depan
Ke depan, Nenny menginginkan Izmabyne menjadi butik dengan konsep rumah mode. Selain di Klaten, kini Izmabyne juga sudah ada store di Magelang.

Cita-citanya lebih mengarah ke fashion designer daripada clothing brand. “Menjadi tempat tujuan bagi wanita berhijab yang ingin mendesain busana pengantin dan gaun pesta sesuai dengan kepribadian mereka tanpa harus terpaku pada trend,” ungkapnya. Bahwa, dengan desain simple dan tidak berlebihan, kita tetap bisa tampil classy.

Baca Juga: Berkembang Makin Pesat, Ini Tips Bisnis Fashion Bisa Bertahan