Ideal Mengatur Keuangan, Bisa Nabung 20% di Masa Pandemi

Bisnis Muda
Like

Pandemi virus Corona telah menjadi ancaman serius terhadap perekonomian negara sampai masing-masing individu dari masayrakat di dalamnya, termasuk Indonesia. Sehingga, sangat diperlukan perombakan dalam mengatur keuangan dengan baik. Lini bisnis yang kian merugi, beberapa karyawan yang harus mengalami PHK hingga pemotongan gaji, sampai berkurangnya pekerjaan bagi pekerja freelancer.

Saya jadi teringat beberapa teman yang harus di rumahkan kurun waktu hampir setengah bulan dan tidak digaji. Atau teman lain yang gajinya memang harus dipotong setengah.

Masih iingat viralnya seorang karyawan swasta bergaji Rp 20juta/bulan? Diceritakan ia memiliki pendapatan Rp 20juta/bulan. Setelah Covid19 menyerang, ia pun harus mengalami pemotongan gaji separuhnya, Rp 10juta/bulan. Sedangkan, ia mengeluhkan karena adanya cicilan mobil Rp 4.5juta/bulan, KPR Rp 5juta/bulan, dan sisa dari pendapatannya adalah 500 ribu diperuntukkan untuk biaya hidup keluarga dan anaknya.

Membuat viral cerita di atas adalah statement orang ini menganggap dirinya rakyat kecil dan merasa membutuhkan bantuan sosial dari pemerintah.  

Melihat kondisi di atas, jelas sekali urusan mengatur keuangan menjadi sangat penting dilakukan sebelum adanya pandemi apalagi di masa sekarang ini. 


Oleh sebab itu, di sini saya mencoba sedikit memberikan tips bagaimana mengatur keuangan yang sudah saya terapkan. Khususnya, di masa pandemi. Mengingat, walau pendapatan saya berkurang 40?ri biasanya. Saya masih bisa menyisihkan dana tabungan 25%. 

Kenapa target saya di atas 20%? Karena ini mengikuti formula ideal mengatur keuangan yang pernah saya dapati. Dan hitung-hintungan ini berdasarkan pengalaman pribadi dengan kondisi saya tidak berkeluarga, dan beban cicilan hanya bayar kos-kosan perbulan saja.

5 Tips Mengatur Keuangan Bagi Freelancer di Masa Pandemi
Mungkin kita akan bertanya-tanya, dengan pendapatan yang berkurang di masa pandemi ini. Bisa gak sih tetap nabung? Atau mungkin jangan sampai minus hingga harus berhutang. Setelah saya cek laporan keuangan pada 2 bulan terakhir, Maret dan April 2020. Jawabannya pun bisa. 



Sedikit menjelaskan kondisi keuangan saya periode Maret dan April 2020. Pada bulan Maret 2020, saya bisa menyisihkan uang untuk tabungan 35?ri selisih pendapatan dengan pengeluaran bulanan . Sedangkan pada bulan April 2020, saya dapat menyisihkan uang untuk dana tabungan sebesar 25%. Dengan catatan adanya penurunan pendapatan sebesar 40?ri bulan sebelumnya. Lalu, bagaimana saya melakukannya?



Ada 5 poin yang bisa diperhatikan dalam mengatur keuangan.

1. Pahami resep ideal mengatur keuangan

Pada salah satu kegiatan talkshow yang pernah saya hadiri membahas soal investasi. Saya teringat pemaparan konsep ideal mengatur uang bulanan. Dijelaskan uang yang harus dikeluarkan dibagi menjadi 4:
  • Pertama, 10% kegiatan sosial.
  • Kedua, 20% tabungan/investasi/asuransi.
  • Ketiga, 30% cicilan hutang.
  • Keempat, 40% konsumsi rumah tangga. 
Berdasarkan konsep ideal di atas. Saya rupanya sudah menerapkan sistem ini. dengan menyisihkan tabungan 20%, bahkan bisa lebih.  

Dari dana yang berhasil disisihkan tiap bulannya ini saya alokasikan untuk tabungan, dana darurat dan investasi. Dana darurat sendiri yang saya harus miliki tiga kali lipat dari pendapatan bulanan. Misalnya pendapatan perbulan Rp 5 juta/bulan, maka dana darurat yang harus dimiliki sebesar Rp 15 juta.

2. Mulai dengan menghitung pendapatan dan pengeluaran

Sebagai seorang freelancer dengan pendapatan bulanan yang tidak menentu. Akan sangat penting untuk bisa mengetahui perkiraan pendapatan perbulannya. Setelah mengetahui pendapatan perbulan, lakukan analisa pengeluaran dengan mencatatnya setiap hari. Sehingga, kita bisa mengantisipasi uang masuk tidak habis begitu saja atau bahkan menjadi minus. 

Saya pun sudah sejak lama melakukan analisa laporan keuangan di smartphone. Hal ini sangat memudahkan saya untuk bisa mengontrol uang masuk dan keluar setiap hari kapan pun dan di mana pun. Pastinya, bagi yang memiliki pendapatan tetap perbulannya akan lebih mudah lagi melakukan analisanya.

3. Stop belanja online tidak penting di masa pandemi

Oke, mall memang tutup. Tapi, online shop menjadi godaan besar selama kegiatan di rumah saja. Beberapa brand fashion kini melakukan kemudahan belanja secara online, bahkan masuk lewat whatsapp. Saya sebagai salah satu member di brand fashion pun mendapatkan penawaran belanja via whatsapp.

Jelas, untuk masa sekarang dengan pendapatan berkurang. Saya harus mengabaikan pesan masuk tersebut agar tidak goyah belanja kebutuhan yang dirasa belum dibutuhkan saat ini. Lagian, selama masa PSBB mau ngapain belanja baju? Bijaklah dalam berbelanja di masa pandemi ini.

4. Kurangi budaya kopi kekinian

Ada yang suka jajan kopi di brand-brand kopi kekinian ternama saat ini? Dan sekarang gak bisa lepas? Kalau pendapatan lagi berkurang kaya gini, ada baiknya dikurangi atau bahkan distop dahulu kebiasaan beli kopi kekinian tersebut. Cobalah turun kelas brand kopi atau beralih ke kopi sasetan dengan harga yang jauh lebih murah dan bisa diseduh sendiri di rumah.

5. Atur uang makan bulanan dengan bijak

Satu hal yang gak kalah penting adalah mengatur uang makan bulanan. Di masa pandemi ini, sebagai anak kos. Saya membuat jatah uang makan harian sebesar Rp 30.000 saja untuk dua kali makan. Sehingga, total perbulannya hanya Rp 900.000 atau lebih sedikit. 

Tentu, uang makan ini hanya cukup dibeli dengan makan di warteg, nasi padang atau masak sendiri. Tidak  ada itu delivery makanan di luar yang sekali order 1 kali makan bisa sampai Rp 30.000-an. Say good bye dulu makanan cepat saji juga di masa pandemi. 

Sebenarnya boleh saja sesekali pesan makan di luar. Tapi, kembali lagi. Perhatikan lagi pengeluaran uang sebelumnya agar sesuai jalur target biaya maksimal pengeluaran untuk alokasi dana uang makan.

Mengatur Keuangan di Masa Pandemi, Apa yang Dikurangi?

Sebagai seorang freelancer, selama pandemi saya tidak akan pernah tahu kondisi tiap bulannya seperti apa. Oleh sebab itu, penting melakukan perubahan atau pengurangan budaya konsumtif dan lebih bijak dalam membelanjakan uang. Pada bulan Maret hingga April 2020 saya mulailah menurunkan grafik dana keluar setiap harinya. Lalu apa saja yang berhasil saya kurangi?
  • Pertama, uang makan berhasil saya kurangi sebanyak 25%.
  • Kedua, Es kopi berhasil diturunkan sebanyak 17.5%.
  • Ketiga, Pulsa hp/paket internet berhasil diturunkan 49%.
  • keempat, Transportasi berhasil diturunkan 71%.
  • Kelima, pengeluaran lain-lain berhasil diturunkan 100%. Yakni pada bulan April tidak ada pengeluaran lain-lain.
Sedangkan alokasi dana bayar kos masih sama saja. dan untuk keperluan belanja umum mengalami kenaikan sebanyak 20%.

Berdasarkan hitung-hitungan di atas. Saya berhasil menurunkan pengeluaran bulanan sebesar Rp 512.709 atau sebesar 15%. Hingga akhirnya bisa menyisihkan untuk dana tabungan 25% di bulan April. 

Jadi, itu dia tips ideal mengatur keuangan tetap bisa nabung 20% di masa pandemi. Semoga, tulisan ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua yang ingin memulai menajemen keuangan menjadi lebih baik.