Airy Tutup, Mengenang Startup yang Ubah Properti Tua Jadi Penginapan Kece

Bisnis Muda
Like

Airy memutuskan tutup operasional per 31 Mei 2020. Sebuah langkah yang cukup mengejutkan, apalagi melihat popularitas startup di bidang virtual hotel operator tersebut. Saya teringat, pertama kali mengenal Airy adalah ketika Om saya menceritakan pengalaman menginap hemat dengan aplikasi startup virtual hotel operator tersebut. 

"Bayangkan, menginap cuma Rp100.000-an doang. Lumayan banget kan. Orang kita cuma numpang tidur doang, jadi pas banget nih. Kan, kalau sarapan lebih seru nyari di luar juga sih," ujarnya saat itu. 

Beberapa bulan kemudian, saya menjajal gunakan Airy untuk menginap di Bandung. Harganya memang setara guest house sekitar Rp100.000-an per malam tanpa sarapan. Waktu itu, saya tertarik karena penginapan itu menampilkan foto ruangan dan lingkungan sekitarnya yang menarik. Bisa dibilang, penginapannya instragamable pisan!

Ketika masuk ke kamar terbilang sangat biasa, tetapi sesuailah dengan harga murahnya. Kasur menggunakan single springbed bertingkat, yang di bawahnya ada kasur lagi. Di luar itu, semua bak hotel seperti pasta gigi, sabun, dan perlengkapan lainnya.  Begitu juga dengan pelayanan yang sangat ramah sehingga bak tidur di kamar sendiri saja karena tempat tidurnya mirip seperti di rumah juga.

Adapun, keberadaan virtual hotel operator seperti, Airy, seolah membangkitkan semangat para pemilik properti nganggur di daerah wisata seperti, Bandung. Saya yang berkuliah di Bandung coret alias Jatinangor pada 2009-an tidak pernah menyadari kalau sekitar 1 dekade kemudian properti rumah tua itu bisa disulap menjadi penginapan ramah kantong yang instragamable pula. 


Sayangnya, umur Airy ternyata harus berakhir dalam setengah dekade saja. Seperti dikutip dari Bisnis.com, Airy memutuskan hentikan operasi secara permanen pada akhir bulan ini. Airy mengirimkan surat elektronik kepada mitra propertinya yang berisi startup virtual hotel operator itu akan mengakhiri perjanjian dengan para mitranya. Keputusan itu dibuat sesuai dengan rencana penghentian kegiatan operasional secara permanen. 

"Kami telah melakukan upaya terbaik untuk mengatasi dampak bencana internasional ini. Namun, mengingat penurunan teknis yang signifikan dan pengurangan sumber daya manusia yang dimiliki, kami telah memutuskan untuk menghentikan kegiatan bisnis secara permanen," tulisnya dalam surat elektronik tersebut. 

Surat elektronik itu pun menegaskan kalau Airy akan berhenti beroperasi pada 31 Mei 2020. Hal ini cukup ironis karena pada 13 Februari 2020 di Bisnis.com, CEO anyar Airy Louis Alfonso Kodoatie mengatakan dari hasil survey perseroan minat masyarakat atas hotel berbiaya murah di Indonesia masih tinggi. 

"Kami optimistis bisnis startup virtual hotel operator masih menjanjikan di Indonesia. Apalagi, pertumbuhan industri pariwisata Indonesia yang cukup signifikan dalam 5 tahun ke belakang," ujarnya.

Sayangnya, kasus positif Covid-19 yang menerpa Indonesia sejak awal Maret 2020 membuat sektor pariwisata terpukul habis. Sampai Airy yang optimistis pada Februari 2020 malah memutuskan tutup permanen pada Mei 2020.

Hubungan Erat Airy dengan Traveloka

Ketika bicara Airy tutup, pasti pada penasaran siapa investor dibalik startup virtual hotel operator itu ya? Apalagi, Airy bisa dibilang tidak pernah mendapatkan kehebohan soal pendanaan seperti startup-startup populer lainnya. 

Nah, usut punya usut dari hasil mencari jejak pendiri hingga CEO anyarnya yang ditunjuk pada awal 2020, Airy memiliki hubungan yang sangat erat dengan Traveloka loh. Fakta hubungan erat antara Airy dengan Traveloka terlihat dari para pendirinya. Airy didirikan oleh Danny Handoko dan Samsu Sempena. 

Danny Handoko adalah eks Business Development di Traveloka pada periode 2014-2015. Setelah dari Traveloka itu, Danny mulai membangun Airy bersama sang ahli teknologinya Samsu. Samsu pun bisa dibilang lebih senior dari Danny di Traveloka. Samsu menjajal di Traveloka sebagai Engineering Lead pada Agustus 2012-Agustus 2014. Setelah itu, dia ganti posisi menajadi Head of Product Commerce Traveloka pada Agustus 2014-Desember 2015. 

Entah kebetulan atau tidak, Airy menunjuk CEO baru yang juga memiliki aroma Traveloka, yakni Louis Alfonso Kodoatie. Louis bisa dibilang telah menjajal beberapa posisi selama berada di unikorn Indonesia tersebut.

Louis berada di Traveloka sejak Agustus 2014 dan menjabat sebagai Senior Market Manager hingga September 2015.  Setelah itu, dia menjadi Regional Market Development Traveloka pada Oktober 2015-Juli 2016. Lalu, Louis didapuk sebagai Country Market Manager Traveloka Vietnam pada periode Juli 2016-Januari 2017. Selepas itu, Louis menjadi Strategic Partnership Manager sampai Januari 2020 hingga ditunjuk menjadi CEO Airy. 

Penunjukkan Louis sebagai CEO Airy bertujuan untuk mengembangkan bisnis startup virtual hotel operator itu makin matang. Sayangnya, nasib berkata lain ketika Covid-19 menjadi pandemi global bisnis Airy pun karam oleh badai  akibat dampak bencana internasional tersebut. 

Jika  melihat rentetan eks pemain Traveloka yang meramaikan Airy, apakah mungkin investornya sama dengan Traveloka atau malah Traveloka itu sendiri yang memiliki Airy. 

Hal itu 'mungkin' saja bisa terjadi apalagi jika menilik kebelakang saat Traveloka mengakuisisi tiga perusahaan milik Recruit Holdings asal Jepang, yakni Pegipegi, Mytour, dan Travelbook melalui Jet Tech Innovation Ventures Pte. Ltd. yang terdaftar di Singapura. 

Kabarnya, Jet Tech Innovation Ventures itu didirikan pada 2017 dan pemiliknya ada Traveloka. Jadi, secara tidak langsung Pegipegi bersama saudara-saudaranya dari belahan negara Asean lainnya jatuh kepangkuan Traveloka. 

Fakta itu membuktikan kalau Traveloka memiliki kendaraan investasi modal ventura yang bisa saja menjadi kendaraan investasi unikorn Indonesia itu untuk membangun Airy. Namun, sekali lagi, ini semua hanya dugaan cocoklogi dari keberadaan para eks pemain Traveloka yang mengisi eksekutif di Airy yang resmi tutup permanen pada akhir bulan nanti. 

Semoga saja, setelah pandemi usai, Airy atau mungkin muncul startup lainnya yang serupa bisa bangkit lagi dan memberikan layanan hotel murah di Indonesia maupun Asean.