Indomie-Sarimi-Supermi VS Mie Sedaap-Mie Suksess, Kenapa Produsen Mi Instan Punya Banyak Brand?

Like

Indomie - Canva

Indomie - Canva

 

Perjalanan Indomie, Sarimi, dan Supermi dalam Keluarga Besar Indofood

Berdasarkan catatan Historia, di tahun 1969, Jepang mulai mengekspor mi instan ke Indonesia. Hal itu ditandai dengan hadirnya perusahaan mi instan di Cijantung dan menghasilkan produk Super Mie.

Perusahaan yang bernama PT Lima Satu Sankyo industri Pangan tersebut merupakan joint venture (perusahaan patungan) antara Jepang dengan Indonesia dan menjadi produsen mi instan pertama di dalam negeri lho, Be-emers!

Lebih tepatnya sih, perusahaan patungan itu merupakan kerja sama perusahan jepang yakni Sankyo Shokuhin Kabushiki Kaisha dengan PT Lima Satu, yang notabene milik dua pengusaha Sjarif Adil Sagala dan Eka Widjaja Moeis.

Fakta menariknya nih, setelah mendapat izin dari pemerintah Jepang pada Desember 1968, perusahan patungan tersebut juga merupakan bagian dari proyek Penanaman Modal Asing dan Indonesia telah resmi membuka jalur investasi asing di tahun 1967.

Saat itu, Jepang menguasai 90 persen modal investasi di joint venture tersebut. Sedangkan Indonesia hanya 10 persen, meskipun kepemilikan Indonesia diketahui terus bertambah setiap tahunnya.


Di Jepang, Super Mie menghasilkan 6 juta bungkus per hari. Namun, saat itu, PT Lima Satu Sankyo Industri Pangan baru bisa menghasilkan 50 ribu bungkus Super Mie, yang kemudian berganti nama menjadi Supermi.

Brand mi instan pertama di Indonesia ini juga kemudian mulai diekspor. Hingga akhirnya di tahun 1980an, Supermi dapat saingan baru di dunia mi instan, yakni Indomie.

Kala itu, Indomie masih diproduksi di bawah PT Sanmaru Food Manufacturing milik Djajadi Djaja. Enggak lama, Indomie dan Sarimi kedatangan “lawan” baru lagi, yakni Sarimi -yang notabene didirikan oleh Salim Group di bawah PT Sarimi Asli Jaya.

Kekuatan Salim Group di dunia mi instan dan tepung terigu mampu membawanya untuk menghasilkan 100 juta bungkus mi instan per tahun lho! Namun, karena kapasitas produksi yang berlebih, akhirnya Salim Group mulai PDKT (pendekatan) sama Indomie buat membeli salah satu produknya, yakni tepung Bogasari.

Sayangnya, hal itu gagal. Salim Group pun memasarkan Sarimi dengan memasang harga di bawah pesaingnya, yakni Indomie dan Supermi. Alhasil, Sarimi berhasil menguasai 40 persen pasar dan Salim Group kembali berjaya.

Hingga akhirnya, pada 1984, Salim Group mendirikan perusahaan patungan dengan Djajadi Djaja bernama PT Indofood Interna, dengan Djajadi Djaja menguasai 57,5 persen saham dan Salim Group 42,5 persen.

Rupanya joint venture tersebut menjadi perusahaan yang cukup kuat. Sampai-sampai, bikin Supermi kewalahan dan produksinya menurun.

Hingga akhirnya, Supermi berhasil diakuisisi sama Indofood di tahun 1986. Salim Group pun kemudian berhasil menguasai Indofood dengan berganti menjadi PT Indofood Sukses Makmur di tahun 1994 melantai di bursa dengan kode saham INDF.

 

Indomie - Canva

Indomie - Canva



Indofood pun mendominasi pasar mi instan dengan tiga brand yakni Indomie, Supermi, dan Sarimi. Bahkan, popularitas mi instan produksi Indofood mampu mengalahkan Nissin Food Products, yang notabene merupakan mi instan tertua asal Jepang.

Kalau dilihat dari sejarahnya, Sarimi memang lebih mendominasi pasar dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang saudaranya, yakni Indomie dan Supermi. Coba yuk, kita bandingkan dengan rasa yang mirip.
 
Brand Varian Rasa Kisaran Harga Satuan
Indomie Rasa Ayam Bawang Rp2.500-Rp2.600
Supermi Rasa Ayam Bawang Rp2.500
Sarimi Rasa Ayam Bawang Rp2.000-2.500


Kalau dilihat sih, perbandingan harganya enggak beda jauh ya, Be-emers. Namun, dari segi ekspor, Indomie lebih mendominasi ketimbang Supermi dan Sarimi.

Berdasarkan Riset Kantar Indonesia, Indomie menjadi produk Fast Moving Consumer Goods yang paling sering dibeli konsumen sepanjang 2019 lho. Bahkan, popularitas mi instan yang sudah diekspor ke lebih dari 80 negara tersebut, telah berada di urutan pertama, yang kemudian disusul oleh Royco dan Mie Sedaap.

Tercatat di tahun 2019, penjualan Indofood mencapai Rp27,7 triliun. Angka tersebut naik 9,6 persen dari penjualan di tahun sebelumnya nih, Be-emers.

Adapun, Indofood juga memproduksi produk mi lainnya seperti Mi Sakura, Pop Mie, dan Mi Telur Cap 3 Ayam.

Next ke halaman selanjutnya yuk buat lihat Mie Sedaap dan Mie Suksess!