Usai Euforia, Prediksi JPMorgan Soal Harga Bitcoin Runtuh Bakal Terjadi?

Peringatan Penurunan Bitcoin oleh JP Morgan Illustration Bisnis Muda - Canva

Peringatan Penurunan Bitcoin oleh JP Morgan Illustration Bisnis Muda - Canva

Like

Setelah menyentuh rekor harga tertingginya, kini Bitcoin justru terus melemah selama sepekan terakhir. Hal ini mengingatkan kita sama salah satu statement JPMorgan yang sempat pesimis dengan euforia yang ada dan memprediksi kalau harga Bitcoin bakal berada dalam tren turun!

Hingga Selasa (22/4), Bitcoin kini berada di kisaran harga US$55.000. Sebenarnya, Forbes mencatat kalau pencapaian harga Bitcoin sudah naik hingga dua kali lipat sejak awal tahun 2021.

Meski begitu, pergerakan Bitcoin justru telah menurun 11,61 persen selama sepekan terakhir lho, Be-emers. Dikabarkan, aksi jual di akhir pekan yang tiba-tiba membuat trader Bitcoin dan investor merasa terguncang.

Selama akhir pekan lalu, banyak yang bertaruh harga Bitcoin bakal naik, meski ada ketakutan yang mencengkeram pasar Bitcoin. Hal itu bikin harga Bitcoin turun lebih dari 10 persen dalam hitungan jam!

Hal itu akhirnya juga bikin pasar Bitcoin dan cryptocurrency gabungan kehilangan sekitar US$ 300 miliar, dari kapitalisasi pasarnya yang lebih dari US$ 2 triliun. Padahal, tadinya Bitcoin dan pasar kripto lagi mendapat banyak sorotan seiring startup kripto Coinbase IPO di bursa Nasdaq.


Baca Juga: Coinbase: Startup Cryptocurrency yang Viral dan Baru IPO, Pilih Beli Sahamnya atau Bitcoin?
 

Peringatan Tren Penurunan Bitcoin

Sebenernya sih, analis JPMorgan sudah memperingatkan kita nih, kalau harga bitcoin enggak segera naik di atas US$60.000, hal itu jadi sinyal Bitcoin akan runtuh!

Analis sekaligus Managing Director JPMorgan Nikolaos Panigirtzoglou, dikutip Bloomberg, mengatakan bahwa selama beberapa hari terakhir, pasar berjangka Bitcoin mengalami likuidasi tajam dengan cara yang mirip pada bulan Februari, Januari, dan November lalu.

Di saat harga Bitcoin mencapai level tertingginya, hal itu justru dinilai Nikolaos sebagai sinyal dari momentum penurunan alami dari pergerakan Bitcoin.

Michael Purves dari Tallbacken Capital Advisor mencatat, Bitcoin enggak dikonfirmasi oleh indeks kekuatan relatifnya dan momentum kenaikannya sudah memudar.

Terus, kenapa patokan harga Bitcoin harus di atas US$60.000?

Dikutip Forbes, Kepala Eksekutif  Bitcoin dan Cryptocurrency Delta bernama Pankaj Balani menyebutkan, hanya pergerakan di atas US$60.000 lah yang bisa jadi resistensi kunci untuk setiap reli. Hal itu akan membantu memulihkan kepercayaan bahwa tren naik tetap utuh.

Analis Wall Street lainnya juga ternyata pernah memperingatkan lho soal tren penurunan Bitcoin. Soalnya, kenaikan besar yang terjadi pada Bitcoin dinilai telah terdorong oleh munculnya adopsi institusional yang telah lama ditunggu-tunggu.

Misalnya, apa dilakukan Elon Musk yang akhirnya membuat pasar kripto menjadi hiruk-pikuk dan heboh banget. Namun, hal itu bisa saja segera berakhir.

Di satu sisi, demand yang tinggi terhadap Bitcoin dan aset kripto juga telah menarik perhatian regulator global yang khawatir kalau mereka yang bergegas ke pasar kripto bisa  terjebak oleh aset digital -yang sebenarnya dinilai sangat enggak stabil.

Nah, apakah kamu masih tertarik koleksi Bitcoin?

Baca Juga: 
Harga Bitcoin Fluktuatif, Ini Tips buat Para Trader