Ini Alasan Kenapa Alfamart dan Indomaret Selalu Berdekatan

Logo Alfamart dan Indomart (Sumber: Canva)

Logo Alfamart dan Indomart (Sumber: Canva)

Like

Dua minimarket yang ada dimana-mana dan selalu berdekatan, apa lagi kalau bukan Alfamart dan Indomaret.

Dua supermarket ini menyediakan kebutuhan sehari hari mulai dari makanan, detergen, sabun, bahan makanan hingga sekarang sudah menyediakan jasa transfer e-commerce, beli token listrik dan pulsa hingga perantara jasa pengiriman. Indomaret dan Alfamart membuat semua kebutuhan kamu mudah didapatkan. 

Namun, kalau dua-duanya menyediakan pelayanan yang sama, kenapa ya mereka selalu berdekatan?

Bahkan, warna logonya pun mirip. Mereka ini saingan, atau jangan-jangan malah satu induk perusahaan yang sama, sih? 

Ternyata, yang duluan berdiri adalah indomaret, yaitu pada tahun 1988. Indomaret atau PT. Indomarco (Indomaret Group) merupakan anak perusahaan dari Salim Group yang juga jadi pioneer bisnis gerai waralaba atau franchise terbesar di Indonesia. Per januari 2020, gerai indomaret sudah mencapai 27.681 yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.


Satu tahun kemudian, munculah cikal bakal alfamart yang didirikan oleh Djoko Susanto yang merupakan pengusaha rokok asal jakarta. Setelah 11 tahun bergerak di industri rokok, ia akhirnya mendirikan jaringan minimarket yang diberi nama Alfa Minimart atau PT Sumber Alfa Trijaya Tbk. Per kuartal III 2020, gerai Alfamart mencapai 15.102 unit. 
 

Alasan Kenapa Mereka Berdekatan

Persaingan Dapat Konsumen

Jarak yang berdekatan ini tujuannya memang buat saingan ternyata. Kedua brand ini mengadu kekuatan untuk mendapat hati konsumennya.

Karena selalu berdekatan, dua perusahaan ini mampu menunjukan bahwa persaingan keduanya cukup sengit. 
 

Menjaring Konsumen Seluas Luasnya

Kamu mungkin dapat menjumpai minimarket ini hampir di setiap tikungan alias jaraknya sangat berdekatan. Selain itu, dua mini market ini biasanya muncul di dekat pemukiman warga atau wilayah yang mobilitas penduduknya ramai.

Hal ini dilakukan supaya mereka bisa membidik pasar yang seluas luasnya. Jadi memang mereka menghampiri konsumen supaya lebih mudah dijangkau oleh konsumennya. 

Kenapa begitu, ada teori pendukung mengenai alasan di atas, lho. Kedua waralaba ini bisa jadi menggunakan konsep teori lokasi industri, tepatnya Hotelling Theory. Dimana adanya dua persamaan jenis kegiatan ekonomi yang saling berdekatan guna menguasai market seluas luasnya. 

Teori ini memfokuskan pada pemilihan lokasi, yang mana hal tersebut dipengaruhi oleh dua faktor: lokasi produsen lain dan perilaku konsumen untuk dicari titik keseimbangan atau equilibrium dimana dia bisa merebut pasar dari kompetitor yang lebih dulu ada di lokasi tersebut. Ketika persentase keuntungan sudah 50:50 maka selanjutnya tinggal bagaimana konsumen yang memilih akan membeli produk yang mana. 
 

Menghemat Budget Riset

Keuntungan lainnya adalah, mereka bisa menghemat budget untuk riset. Jadi, kalau salah satunya sudah ada yang buka di lokasi tertentu, maka bisa dipastikan potensi pasarnya bagus dan lolos uji kelayakan bisnis. Hal ini sudah jadi rumus membangun gerai baru di kalangan peritel mini market

Selain itu, indomaret dan Alfamart dilihat menggunakan strategi yang sama, yaitu strategi five forces atau pendekatan porter’s five forces. Nah, pendekatan ini adalah metode untuk menganalisis dan mengidentifikasikan kekuatan yang membentuk pola bisnis. 

Pendekatan 5 Forces ini ada 3 poin yang merujuk pada 3 faktor eksternal dan 2 faktor Internal, yaitu Persaingan yang kompetitif/Competitive Rivalry, Kekuatan Pembeli/Buyer Power, Kekuatan Pemasok/Supplier Power, Ancaman Substitusi/Threat of Substitution, Ancaman Bisnis Baru/ Threat of New Entry.
  1. Competitive rivalry
    Maksudnya, suatu lingkungan bisnis yang mempunyai tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan dan kompetitor. Kalau sudah begitu, perusahaan bakal ciptain inovasi biar produknya tidak kalah saing.

    Misalnya, layanan pesan antar melalui Aplikasi iKios atau Klik dari Indomaret dan Alfa Gift dari Alfamart.
     
  2. Power of Buyer
    Merupakan kemampuan konsumen untuk menawar dan mendorong harga produk lebih murah. Maksudnya biar konsumen itu sendiri yang menimbang nimbang harga antara Indomaret atau Alfamart.
     
  3. Power of Supplier
    Hal ini dipengaruhi oleh produk yang dihasilkan oleh supplier. Semakin sedikit supplier sebuah produk, maka semakin ketergantungan perusahaan terhadap supplier tersebut untuk memasok barangnya di perusahaan.
     
  4. Threat of New Entry
    Merupakan seberapa sulit bagi pendatang baru untuk memasuki suatu pasar atau industri.

    Maksudnya, kekuatan perusahaan dipengaruhi oleh hambatan berupa biaya masuk, regulasi, kondisi ekonomi hingga hak paten. Hal ini mempengaruhi siapa yang akan lebih berkuasa dan lebih besar di lokasi tersebut.
     
  5. Threat of Substitute Product
    Merupakan kekuatan datang dari barang atau produk pengganti dari barang yang dijual di perusahaan. Produk pengganti ini bisa disebut produk substitusi yang memiliki manfaat dan fungsi serupa dengan produk perusahaan.

Namun, ada sih beberapa orang yang lebih suka berbelanja di salah satunya. Kalau kamu, tim Alfamart atau Tim Indomaret?

Nonton juga yuk, videonya di sini!