Kamu Banyak Keinginan? Yuk, Kenali Apa Itu Diderot Effect

Diderot Effect Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Diderot Effect Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

Kamu sering banyak mau atau banyak keinginan gitu enggak sih, Be-emers? Kalau iya, sepertinya kamu harus kenali apa itu Diderot Effect nih.

Keinginan seperti membeli makanan, belanja baju, dan sebagainya memang kadang sulit banget buat ditahan. Gaya hidup memang kadang bikin sebagian orang harus menuruti keinginannya ketimbang kebutuhannya.

Padahal, enggak jarang juga yang justru sadar kalau keinginannya itu melebihi budget atau anggaran yang dimiliki. Alhasil, kamu yang menjalani gaya hidup seperti ini sering mengalami yang namanya overconsumption, alias konsumsi yang berlebihan.

Jangan menyalahkan zaman yang makin canggih dengan adanya marketplace atau e-commerce ya, Be-emers. Meskipun tempat makan dan minuman kekinian juga makin menjamur, sebenarnya fenomena konsumsi yang berlebihan sudah ada sejak berabad-abad lalu lho!

Baca Juga: Melawan Kebiasaan Konsumtif di Tengah New Normal


 

Mengenal Apa Itu Diderot Effect

Tepatnya di abad 18, seorang filsuf asal Perancis bernama Denis Diderot menyadari adanya fenomena konsumtif yang ia alami. Tak terkecuali, gaya hidup para bangsawan Perancis saat itu.

Melalui essai Regrets Sur Ma Vieille Robe de Chambre yang ditulisnya, Diderot menceritakan kisahnya yang dulu hidup miskin. Sampai suatu hari, Ratu Rusia bernama Catherine membeli perpustakaannya seharga 1.000 pounds.

Enggak cukup sampai di situ, Diderot juga menerima mantel sutra baru dan mewah. Sadar akan kemewahan matel tersebut, ia merasa perabotan yang ada di rumahnya juga harus disesuaikan.

 

Diderot Effect Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Diderot Effect Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr



Diderot pun mulai membeli dan mengganti perabotan rumahnya agar sesuai sama mantel mewah tersebut. Mulai dari membeli sofa berlapis kulit Maroko, meja tulis, dan sebagainya.

Sayangnya, ketika semua perabotan baru yang ada di rumahnya sudah sama mewah dengan mantel tersebut, Diderot baru menyadari kalau uangnya habis! Ia pun jatuh miskin lagi gara-gara terlalu konsumtif.

Dari situlah muncul istilah Diderot Effect nih, Be-emers. Diderot Effect in merupakan sebuah fenomena sosial yang mana memungkinkan seseorang untuk terus membeli suatu barang yang bersifat konsumtif yang dihasilkan dari kepemilikan terhadap barang baru.

Misalnya, kamu beli sepatu baru, kamu merasa sepatu baru tersebut lebih cocok dengan baju keluaran terbaru. Alhasil, kamu jadi beli baju baru, karena efek dari konsumsi sebelumnya.

Hal itu juga bisa terjadi di luar faktor internal kamu lho. Contohnya, voucher diskon yang diberikan toko ketika kamu selesai belanja, dengan begitu kamu akan tertarik untuk terus belanja lagi dan lagi.

Duh,kalau kayak gitu terus, yang ada kamu akan makin boros nih, Be-emers.

Mengutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebenarnya ada sejumlah cara yang bisa kamu lakukan untuk menghindari Diderot Effect ini lho, antara lain:
  • Pikirkan apakah pembelian yang kamu lakukan akan menyebabkan pembelian berikutnya atau enggak (snowball effect).
  • Jika iya, sesuaikan dengan dan yang kamu miliki.
  • Selalu prediksi biaya yang akan keluar dari setiap pembelian
  • Beli barang berdasarkan kegunaan, bukan karena gengsi atau keinginan

Nah, kamu sering boncos gara-gara menjalani gaya hidup Diderot Effect enggak nih, Be-emers?