Nata Coffee: Mulai dari Digusur, Covid 19, Musibah, Sampai Bermitra dengan Wirda Mansur

Gerobak pertama Nata Coffee (Sumber: dok. pribadi)

Gerobak pertama Nata Coffee (Sumber: dok. pribadi)

Like

Bandung 2014 adalah awal kami memulai Nata Coffee dengan berjualan memakai gerobak di lapak berukuran 3x5 meter.

Mimpi kami saat itu sederhana, bagaimana peminum kopi bahagia, dimana mereka bisa menikmati minuman kopi lokal yang enaknya setara kayak Starbucks, dengan harga yang affordable.

Menu es kopi susu, americano, cappuccino, nata coki, dan ice choco jadi andalan. Mulai dari anak kuliah sampai orang tua, penasaran lalu jatuh cinta sama kopi kami.

Sampai suatu hari, kami ketemu dengan pak Baba, salah satu customer Nata Coffee.

Pak Baba bilang, "Saya langsung ajak teman-teman saya ngopi disini. Biasanya, kalau saya ngopi di Starbucks, sekali ngopi habis 600 ribu,"


"Ngopi di sini cuma 150 ribu udah kenyang. Saya rasa, kopinya lebih enak disini" lanjut pak Baba.

Senang banget rasanya, saat itu tiba-tiba dapat feedback yang enggak terduga. Dream come true!

 

Pengunjung ramai (Sumber: dok. pribadi)

Pengunjung ramai (Sumber: dok. pribadi)


Pengunjung makin ramai setiap harinya, hingga akhirnya di September 2016, tantangan besar itu hadir.

Lagi cuan deras-derasnya, gerobak kopi yang saat itu beromset Rp10-15jt/bulan terpaksa harus tutup.

Kami digusur, tempat jualan kami mau direnovasi untuk lokasi salah satu cabor event olahraga nasional. Kami cuma punya waktu 1 bulan untuk cari tempat jualan yang baru.

Hasilnya? Kami enggak berhasil dapat tempat yang baru, karena biaya sewa cukup mahal dan saat itu modal kami tidak banyak.

Hal itu membuat kami memutar otak, hingga merubah total bisnis model yang tadinya full offline menjadi full online, tanpa kedai/toko.

Fokus kami saat itu adalah bagaimana tetap bisa menjual kopi dan cokelat, bahkan jangkauannya jadi ke seluruh Indonesia.

Agustus 2017, kami memutuskan jualan online dengan menjadi dropshipper beberapa roastery kopi sangrai specialty di Tokopedia, itung-itung sambil tes pasar dengan modal yang ringan.

Ternyata respon pasar cukup baik. 4 bulan awal memulai dropship, kami berhasil mencetak omset total Rp22 juta.

Januari 2019, kami naik level menjadi reseller 2 roastery di Bandung, mulai stok kopi sangrai sendiri, dan menambah channel penjualan ke Bukalapak, Shopee, dan web natacoffee(dot)com

Tawaran kerjasama kemudian hadir, Prodi Meteorologi ITB meminta kopi kami menjadi souvenir untuk acara seminar internasional yang pesertanya dari USA, Australia, Inggris, dan beberapa negara di Asia.

Lalu, kerjasama suplai kopi ke Shansisters Coffee di Halmahera Utara.

Perkembangan usaha yang makin baik, membuat kami naik level lagi, menjadi roastery kopi specialty.

 

Proses roasting kopi (Sumber: dok. pribadi)

Proses roasting kopi (Sumber: dok. pribadi)


Februari 2020, kami mulai memproduksi kopi sangrai sendiri dan menambah produk baru coklat seduh specialty.


Tantangan besar kembali hadir, Maret 2020 pandemi Covid 19 muncul di Indonesia, membuat goncangan besar pada kami.

Omset turun drastis sampai 50 persen, tim pun terpaksa dirumahkan. Target kami sebisa mungkin untuk survive.

Januari 2021 bertekad bangkit, tapi takdir berkata lain. Founder Nata Coffee, kak Anres mengalami musibah cidera di tulang belakang.

Hal itu membuat Nata Coffee terpaksa vakum sementara, kurang lebih 8 bulan lamanya.

November 2021, Nata Coffee kembali aktif dan bangkit sepenuhnya. Kami langsung bergerak cepat menangkap peluang-peluang baru.

Nata Coffee lolos kurasi Kemenparekraf dalam program SBBI dan bekerjasama dengan Wirda Mansur menjadi mitra suplier di komunitas MAB (Millennial Anti Bokek).

 

Wirda Mansur, presiden MAB (Sumber: IG @wirda_mansur @millennialantibokek)

Wirda Mansur, presiden MAB (Sumber: IG @wirda_mansur @millennialantibokek)

 

Pada waktu yang bersamaan, Nata Coffee mendapat juara harapan 3 di Pitching Competition Koperasi Fest 2021 by ICCI, Kemenkop UKM, Kemenko PMK. Alhamdulillah.

Kini, kami melanjutkan mimpi, untuk menjadi perusahaan kopi Indonesia yang mendunia seperti Starbucks, dengan memegang nilai-nilai kualitas, inovasi dan cinta.

Kualitas, yaitu komitmen kami menciptakan produk-produk berkualitas grade specialty (tertinggi).

Inovasi, adalah semangat kami, dan cinta, adalah purpose kami. Dimana tujuan besar kami adalah agar penikmat kopi se Indonesia bisa meningkat selera ngopinya, supaya mood dan kehidupannya bahagia.

Kami percaya, jika ada banyak penikmat kopi yang bahagia, maka efek bahagia itu akan tersambung pada kesejahteraan petani dan kemajuan kopi Indonesia ke kancah dunia.

Akhir kata, kegagalan yang sesungguhnya bukan seberapa banyak kita jatuh, tapi saat kita berhenti untuk bangkit.

Semoga cerita kami ini bermanfaat untuk setiap yang membacanya.

Oiya, yuk gabung bareng kami, jadi anggota Komunitas UMKM Bisnis Indonesia, klik: t.me/UMKMBisnisIndonesia
Di sana kamu bisa dapet banyak inspirasi dan ide-ide buat cuan lho!

Salam semangat sobat Bisnis Muda!

#CeritaUMKM #Bisniscom #BisnisMuda #BisnisIndonesia