Entrepreneur Melek Digital Bertahan di Era New Normal

Bisnis Muda
Like

Pandemi Covid-19 mengubah segalanya, bukan hanya kebiasaan personal namun juga cara berinteraksi termasuk dalam urusan jual-beli. Terlebih lagi, aturan negara yang "merumahkan" warganya demi usaha memutus persebaran virus, membuat kita semua, tanpa kecuali menjalani The New Normal.

Entrepreneur, bagaimana pun harus terus bergerak kreatif untuk bertahan dengan apa pun bisnisnya. Sejatinya entrepreneur, tidak menyerah dan selalu menemukan cara dan peluang, berkembang atau setidaknya bertahan.

Saya menemukan beberapa contoh yang bertahan, bertumbuh, dan berjuang belajar beradaptasi dengan The New Normal untuk pelaku usaha, semasa Pandemi. Pelajaran pentingnya adalah pelaku usaha yang melek digital akan lebih mudah beradaptasi, bertahan, bahkan bertumbuh dengan usahanya.

Dimulai sejak penerapan WFH/SFH sebelum PSBB, saya melihat ada pelaku usaha yang susah payah menyesuaikan keadaan, meski ada juga yang lancar-lancar saja berbisnis. Pengalaman pribadi berinteraksi dengan pelaku usaha di masa sulit ini menegaskan pentingnya literasi digital untuk UKM termasuk pedagang di pasar tradisional.

Contoh nyata adalah ketika saya memilih untuk tidak ke pasar, belanja sembako dari rumah, lalu melihat info belanja online yang disebar di Facebook pengelola pasar tradisional. Saya berpikir ini inovasi bagus, menyesuaikan keadaan.


Namun, apa yang terjadi? Promosi belanja online untuk pedagang sembako pasar tradisional tidak dibarengi kesiapan atau dugaan saya, penjual di pasar tradisional belum mendapatkan bekal edukasi bagaimana teknis jualan online. Bisa jadi juga sudah edukasi, namun tidak ada usaha maksimal untuk paham dan mempraktikkan secara kreatif peluang usaha online ini di beberapa kalangan.

Belanja online jelas menjadi solusi untuk warga yang sebagian besar beraktivitas di rumah. Meski tetap ada warga yang mau tidak mau bekerja di luar rumah, namun untuk urusan belanja kebutuhan rumah tangga, makan sehari-hari, urusan dapur, pilihan belanja dari rumah masih jadi pilihan, demi menjaga kesehatan dan keamanan keluarga di masa pandemi coronavirus.

Media sosial kemudian menjadi alat utama untuk berbisnis/berjualan/berdagang. Namun, sayangnya, ternyata belum semua siap dan melek digital bahkan untuk mengoptimalkan medsosnya untuk berbisnis. Pun jika sudah mulai terbangun kesadaran dan kebutuhan untuk optimasi medsos, penggunaannya masih terbata-bata.

Pengalaman saya sebagai fasilitator UKM untuk kelas medsos sejak 2018, optimasi medsos (Facebook, Instagram, Youtube) untuk keperluan usaha memang masih menjadi perjalanan panjang tiada henti. Pun sampai 2020, kelas medsos masih terus berjalan dan para pelaku usaha yang haus ilmu masih terus menambah pengetahuan baru ini. Soal praktinya, belakangan, karena belum tentu yang sudah ikut kelas medsos untuk UKM tak terkendala saat mempraktikkan untuk bisnisnya.

Ini kemudian saya rasakan langsung, terutama bagi usaha yang sama sekali belum terpapar digital, menjadi kesulitan berjualan di masa saat warga tidak bisa datang ke toko atau tidak bisa keluar rumah untuk belanja sembako pun. Pada akhirnya pelaku UKM terkendala usahanya, tidak ada pembeli yang bisa bertransaksi langsung pun melalui teknologi karena ketidaktahuan.

Jadi, apa saja yang harus menjadi bekal berbisnis online bagi pelaku UKM terutamanya?

Smartphone

Penggunaan teknologi internet paling sederhana untuk membantu pelaku UKM adalah memaksimalkan ponsel pintar. Mau tidak mau, pelaku UKM dalam hal ini harus menambahkan satu modal utama usaha saat ini, smartphone.

Saat saya berkesempatan mengajar medsos untuk istri nelayan di Pandeglang, hal sederhana yang bisa saya bagikan adalah maksimalkan fitur kamera dari ponsel pintar atau paling sederhana SMS. Bagaimana pun saat ini, internet penting menjadi modal usaha, dengan smartphone sebagai alat usahanya.

Kalau pun faktor literasi digital masih rendah, belum paham penggunaan medsos, setidaknya fitur SMS dan panggilan telepon di ponsel paling sederhana pun bisa membantu. Bagaimana pun teknologi penting dilibatkan dalam usaha sekecil apa pun.

Kalau belum punya cukup modal membeli smartphone dan hanya punya ponsel dengan fitur sebatas komunikasi, bukan tak mungkin jualan online dipraktikkan. Pesan lewat SMS dan telepon, lalu barang diantar penjual ke rumah pembeli sesuai pesanan, sudah bentuk jualan online versi paling sederhana.

Pemanfaatan dan Optimasi Medsos

Istilah ini mungkin masih asing Facebook, Instagram, Youtube, Whatsapp untuk berjualan, berpromosi, berinteraksi untuk mendatangkan transaksi dengan menggunakan media sosial.

Kenapa 4 medsos itu yang saya sebutkan? Karena secara teori termasuk hasil riset dan para praktik di komunitas digital, 4 medsos itulah yang paling sering dipakai/dioptimasi/dimaksimalkan/dimanfaatkan untuk berbisnis online. Jika sudah memiliki smartphone, 4 aplikasi medsos bisa diunduh gratis oleh pengguna ponsel pintar. Nah, langkah berikutnya yang memang butuh belajar bagi mereka yang masih sangat awam, adalah bagaimana menggunakannya secara maksimal untuk jualan online dan bahkan mengoptimasinya menjadi ladang penghasilan. Sudah banyak sekali bukti bagaimana media sosial membantu mendongkrak penjualan atau setidaknya membantu proses pemasaran dari barang/jasa yang kita jual.

Jika sudah belajar dan praktik medsos, langkah selanjutnya adalah situs web/blog untuk membantu bisnis online. Pengelolaan website dan web blog ini lebih butuh perhatian dan usaha ekstra. Banyak ilmunya dan semua bisa asal semangat bertumbuh dan terus adaptasi dengan perubahan zaman.

Belajar "Update" Ilmu

Bagi saya, segala sesuatu yang kita kerjakan jika berbekal ilmu akan punya nilai lebih bahkan nilai tambah, yang akan membawa manfaat berlipat.

Termasuk para entrepreneur, baik pemula maupun berpengalaman, belajar tambah pengetahuan baru tiada putus. Ilmu dan pengetahuan termasuk pemasaran digital merupakan tambahan modal usaha. Saat ini bertebaran kelas pemasaran digital melalui medsos, baik gratis maupun berbayar. Untuk menyambut The New Normal, saat semua serba mengandalkan teknologi, internet, serba online untuk alasan penyesuaian zaman yang terus berubah, pola hidup pun berubah sejak masa pandemi karena alasan protokoler kesehatan masyarakat.

Saya menyaksikan sendiri bagaimana pelaku UKM yang sudah membekali dirinya dengan minimal 3 hal tadi, setidaknya bertahan di zaman yang makin serba online. Pelaku usaha baik produk maupun jasa makin memaksimalkan status Whatsapp, Facebook dan update konten/postingan di akun Instagram baik akun pribadi maupun akun usaha.

Tak perlu malu jika masih amatir, yang penting sudah memulai memanfaatkan internet dan medsos untuk jualan. Selanjutnya, banyak cara untuk membuat konten medsos yang mendukung usaha apa pun itu, lebih profesional.

Entrepreneur berlomba untuk melek digital dan mengoptimalkan internet, gadget, medsos untuk mengembangkkan usahanya. Jangan sampai ketinggalan. Tak apa terlambat daripada tidak memulai sama sekali.

Pandemi Covid-19 sudah memberikan pelajaran berharga terkait ini, lihatlah semakin besar interaksi warga dengan online shop. Semua serba belanja online, ya kebutuhan pokok, alat kerja, furnitur untuk mendukung WFH dan SFH, bahkan beli kendaraan saja sudah mengandalkan situs belanja online.

Semangat bertumbuh atau setidaknya bertahan, di era New Normal, ketika semuanya terhubung dengan teknologi internet, tak terkecuali untuk para pelaku usaha, para entrepreneur pemula pun berpengalaman.