Alami Rugi, Begini Cara Bertahan Para Produsen Pakaian di Tengah Pandemi Covid-19

Ilustrasi pembuatan masker (Foto: Freepik)

Ilustrasi pembuatan masker (Foto: Freepik)

Like

Kita bisa lihat bagaimana tatanan kehidupan telah berubah drastis setelah adanya pandemi virus corona yang melanda dunia. Dampaknya juga terasa pada kegiatan berbisnis, salah satunya pada bisnis pakaian.

Dikutip dari Bisnis.com, pada masa pandemi ini, pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM pakaian mulai pindah haluan jadi produsen masker.

Usaha masker memang telah menjadi salah satu peluang bisnis yang menjanjikan di masa pandemi ini. Kebutuhan dan peminatnya yang selalu tinggi, ikut membuat beberapa produsen kain mulai fokus terhadap produksi masker. 

Permintaan untuk pembelian pakaian memang tidak sebanyak dulu lagi, karena sekarang masyarakat sudah tidak banyak melakukan aktivitas di luar sehingga kebutuhan terhadap pakaian juga menurun.

Akhirnya, perlahan tapi pasti bisnis pakaian jadi menurun. Penjualan ikut menurun danproduksi pun jadi melambat hingga akhirnya para pengusaha pakaian jadi kesulitan memberikan gaji kepada pegawainya karena sedikitnya keuntungan.


Salah satu produsen gamis, Wiwik, mengungkapkan bagaimana usaha pakaian gamisnya terkena dampak pandemi. Dalam sebulan biasanya ia bisa memproduksi sebanyak 115 potong pakaian gamis.

Permintaan gamis mulai menurun hingga hanya mampu bertahan dengan memproduksi 45 potong gamis saja. Tapi Wiwik tidak patah semangat begitu saja, ia tetap melakukan kerjasama dengan berbagai perusahaan dan pegawai negeri sipil untuk bisa melarisi gamisnya.

Sadar akan usaha gamisnya yang mulai tidak bisa diandalkan sepenuhnya, Wiwik kini mulai beralih menjadi produsen masker dengan melihat ramainya peminat terhadap barang sangat penting di masa pandemi ini.

"Kami tertolong dengan adanya pesanan masker dari beberapa instansi baik perusahaan maupun pemerintah. Kami dapat kembali bekerja dengan melibatkan penjahit sekitar yang telah lama menganggur. Hingga saat ini kami telah memproduksi 22.000 masker,“ jelas Wiwik, seperti yang dikutip pada Jumat (26/6/2020).

Ternyata hal yang sama juga dialami oleh Cik Inturni, yang merupakan produsen seragam sekolah dan pakaian jadi. Sebelum masa pandemi, ia biasanya menerima pesanan seragam sekolah dari luar kota dan banyak dijual sampai ke luar pulau.

Kegiatan sekolah yang sekarang sudah dilakukan di rumah aja karena adanya pandemi virus corona membuat bisnis pakaian miliknya jadi ikut tidak berkutik karena sepinya peminat. 

“Di masa pandemi ini kami lebih banyak memproduksi masker dan menerima pesanan hingga ke luar kota. Dengan produksi masker ini keberlangsungan usaha kami terus berjalan,” ujar Cik Inturni.

Jadi, sobat sekalian, apakah juga tertarik untuk mencoba bisnis masker yang cukup menjanjikan di masa pandemi ini?