La Sape, Perlawanan Kondisi Ekonomi Lewat Fashion di Kongo

Ilustrasi Anggota Komunitas La Sape (Sumber gambar: freepik.com)

Ilustrasi Anggota Komunitas La Sape (Sumber gambar: freepik.com)

Like

Eksentrik, elegan dan necis, mungkin itu gambaran yang melekat pada komunitas La Sape yang berasal dari Kongo.

Bagaimana tidak, para anggota-nya merupakan orang-orang dengan style yang tidak biasa, berbalut pakaian mewah hingga kaos kaki sutra, sangat berbeda dengan kondisi kebanyakan masyarakat negara Kongo yang menurut World Population Review (2022), menempati posisi ke-8 kemiskinan tertinggi dunia.

Namun siapa sangka, dibalik fashionable-nya mereka, terkandung makna dan ideologi yang mendalam.

La Sape merupakan singkatan dari Societe des Ambianceurs et des Personnes Elegantes, atau dalam Bahasa Indonesia berarti kumpulan orang pembuat suasana dan Elegan.

Ketika keluar rumah, gaya mereka yang nyentrik menjadi daya tarik tersendiri hingga mengubah jalan Brazzaville, ibu kota Republik Kongo, selayaknya pentas mode.


Baca Juga: Tips Untung Membeli Baju Thrifting

Para anggota La Sape pria disebut dengan sapeurs, sedangkan anggota wanita disebut sapeuses. Mereka bersolek dengan junjungan tata krama dan keanggunan khas zaman kolonialisme.

Tak peduli mereka hidup dalam kesulitan dan kekurangan, para La Sape ini tetap bersikukuh untuk mengikuti mode-mode fashion yang ada.

Komunitas ini disinyalir telah ada sejak abad ke 20 pada masa penjajahan Belgia-Prancis, dimana para budak Kongo dulu diberi upah berupa pakaian bekas.

Di masa itu pula, para pria Kongo mulai berpakaian layaknya “pria prancis” yang fashionable, dengan pakaian necis warna warni, sepatu mewah, topi bowler, tongkat serta kacamata hitam.

Dengan bergaya seperti itu, mereka mengaku lebih mendapatkan energi kegembiraan dan kebahagiaan, serta tentunya merasa keren. Selain itu, para pemuda kongo juga menggunakan pakaian ala prancis ini guna melawan kolonialisme yang terjadi di negara mereka.

Komunitas La Sape saat ini berkembang bukan hanya sebagai bentuk perlawanan kolonialisme, namun juga sebagai bentuk aktivisme sosial guna melawan kondisi ekonomi negara mereka yang sarat akan kemiskinan.

Bahkan di Kongo, para anggota La Sape diperlakukan layaknya selebritis, hal ini dikarenakan para anggota La Sape dinilai membawa harapan dan kegembiraan disamping banyaknya masyarakat Kongo yang terbentur konflik dan kekerasan bertahun lamanya.

Meskipun di tahun 1980 terdapat kampanye yang melarang gerakan ini dilakukan secara terbuka, nyatanya saat ini komunitas La Sape terus berkembang hingga viral di jagat maya.

Baca Juga: Berkontribusi Besar, Ini Dampak Fast Fashion Pada Lingkungan

Mereka selalu percaya bahwa kondisi negara mereka yang berkecamuk dari berbagai sisi, akan dapat terbenahi dengan adanya gerakan ambisi berpakaian seperti La Sape ini.

Anak-anak muda di Kongo turut menyemarakkan komunitas La Sape, dengan pengharapan akan kemajuan negara mereka dan meredam segala konflik yang ada.

Punya opini untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.