Wall Street: Resesi 2023 Akan Seperti Krisis Terbesar 1970-an

Resesi 2023. (Ilustrasi: Canva)

Resesi 2023. (Ilustrasi: Canva)

Like

Resesi terus-menerus dibicarakan mulai dari awal 2022 hingga saat ini. Bahkan ekonom Wall Street mengatakan resesi 2023 akan seperti krisis besar di tahun 1970-an.

Orang-orang mulai bersiap akan datangnya resesi, beberapa ekonom menyarankan mempersiapkan cash, beberapa juga menyarankan untuk tetap berbelanja.

Berbeda dengan Amerika Serikat, Indonesia agak sedikit lebih santai soal resesi. Beberapa pakar ekonomi Indonesia mengatakan resesi tidak akan menghampiri Indonesia.

Di Amerika Serikat, resesi menjadi hal yang sangat diantisipasi dengan melakukan berbagai kajian rilis ke publik agar aware mengenai resesi yang akan datang. 

Salah satu yang terus melakukan kajian tentu saja Wall Street, yang meliputi bursa saham, bank besar, sekuritas, dan perusahaan keuangan besar.


Ekonom Wall Street, Nancy Lazar, memprediksi bagaimana resesi 2023 akan terjadi. Mengutip dari Fox Business, menurut Nancy resesi yang membayangi tahun ini akan lebih terasa seperti tahun 1970-an daripada kemerosotan 2008-07.

Baca Juga: Jika Benar Terjadi, Apa Pengaruh Resesi terhadap Perbankan?

"Orang-orang terlalu fokus pada 2008 dan 2020. Ini lebih seperti tahun 1973, 74 dan 2021," kata kepala ekonom global Piper Sandler Nancy Lazar pada "Mornings with Maria" Senin.

Lazar memperkirakan akan merasakan dampak penuh dari resesi pada paruh kedua tahun 2023 karena efek keterlambatan dari kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Indeks Personal Consumption Expenditures (PCE) menunjukkan bahwa harga konsumen naik 0,1 persen dari bulan sebelumnya dan naik 5 persen secara tahunan, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.

Sementara The Fed menargetkan angka utama PCE saat mencoba menggeluti harga konsumen kembali ke 2 persen, Ketua Jerome Powell sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa data inti sebenarnya merupakan indikator inflasi yang lebih baik. 

Baik angka inti dan headline menunjukkan inflasi yang berjalan jauh di atas target 2 persen yang disukai Fed, sebuah tanda yang meresahkan karena bank sentral telah menaikkan suku bunga dengan laju tercepat dalam beberapa dekade.

Lazar berpendapat bahwa dibutuhkan waktu sekitar satu tahun agar perubahan dana Fed berdampak negatif terhadap perekonomian.

Terkait sektor tenaga kerja, Lazar menunjukkan adanya yang ia sebut "awan gelap" yang melayang di atas angka pengangguran.

Baca Juga: Ini Profesi Anti-Resesi Tahun 2022!

"Peningkatan di bulan Desember itu cukup menarik, tingkat pengangguran masih di 3,5 persen. Itu memberi tahu kita bahwa konsumen memang melihat beberapa awan gelap," katanya. "Mereka menyadari berpotensi menurunkan tingkat tabungan mereka, terlalu jauh di bawah 3 persen, dan sekarang mereka mungkin menjadi sedikit lebih khawatir."

"Ini rollercoaster yang sangat bergelombang, tapi rollercoaster itu menuju ke bawah," kata Lazar. "Tapi di sini di bulan Januari, kami pikir segalanya bisa menjadi sedikit lebih baik. Kami benar-benar tidak melihat resesi sampai paruh tahun 2023. Kami pikir paruh pertama sebenarnya akan kacau."

Menurut kamu di Indonesia gimana Be-emers? 

Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
 

Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.