Jualan Hasil Tani Lewat Media Sosial Beromzet Hampir Rp1 Miliar per Bulan? Simak Kisah Sandi Octa Susila

Ilustrasi hasil pertanian. (Foto: Freepik)

Ilustrasi hasil pertanian. (Foto: Freepik)

Like

Sukses menuai omzet Rp800 juta per bulan bisa diperoleh hanya dengan menjadi petani sejak kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2014 silam.

Sandi Octa Susila, Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian, pada usia 27 tahun telah mengelola 120 hektar tanah pertanian. Garapan tanah itulah yang membantu Sandi secara bertahap meraup omzet dari Rp500 juta sampai Rp800 juta per bulan.

Perjalanan Sandi menjadi petani tak lepas dari perjalanan studi di IPB jurusan S1 Agronomi dan Holtikultura serta S2 untuk Master Manajemen Agribisnis (MMB). Pada suatu ketika, pria yang akrab dipanggil Kang Sandi ini kembali ke Kampung halamannya di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

Dalam kunjungan ke kebun sang Ayah, Sandi menemukan banyak hasil panen yang diletakkan begitu saja di tanah, menunggu tengkulak atau pembeli datang

“Ketertarikan saya pada pertanian tumbuh karena saya menemukan permasalahan petani bukan hanya produksi tetapi juga pemasaran. Maka saya coba kembangkan pertanian ini dalam skala modern market, bukan lagi traditional market,” ujar Sandi kepada Bisnis beberapa waktu yang lalu.



Sang pun mulai bergerilya dengan mengunggah kerja petani beserta produk yang dihasilkan melalui media sosial. Dia masuk ke business to business platform dengan e-commerce untuk memasarkan produk pertanian di Cianjur.


Geliat pertumbuhan penjualan produk pertanian secara daring yang menguntungkan menambah tingkat kepercayaan petani di Cianjur. Awalnya Sandi yang hanya mengkoordinasikan 10 petani, kemudian bertambah menjadi 20 petani.

“Saat ini bahkan sudah mencapai 385 petani dengan 141 pproduk yang dikelola,” sambungnya.


Perjalanan awal Sandi dengan bisnis online produk pertanian berjalan cukup lancar, hingga akhirnya pada 2015, dia sempat menjadi korban penipuan. Dia merugi sekitar Rp60 juta, apalagi modal untuk pengiriman produk saat itu masih dia pinjam dari sang ayah.

Dengan cepat, Sandi belajar dari kesalahan dan trik penipuan dagang online. Dia pun mulai mencari peluang lain untuk menstabilisasi bisnisnya. Bangkit dan dengan sigap, Sandi memanfaatkan jejaring dan kenalan di IPB International Convention Center (IICC). Dia pun berhasil menandatangani kerjasama menjadi supplier bahan baku makanan di hotel tersebut.

“Saya lalu kirim kaylan, pakcoy dan produk pertanian lainnya. Jika petani tidak bisa memenuhi pesanan, saya bahkan turun ke pasar tradisional untuk menutupi kekurangannya,” kata Sandi.


Pria kelahiran 13 Oktober 1992 ini awalnya sering menghabiskan waktu memilah produk hasil tani. Sehari-hari, Sandi menjemput sendiri hasil tani dengan mobil pick-up sewaan. Dengan begitu, dia mengecek langsung kualitas produk, sehingga produk yang tak bagus langsung dibuang guna menjaga kepercayaan konsumen.

Cara yang terasa belum efisien itu mendorong Sandi pun berinisiatif mengumpulkan mitra petani, untuk menjelaskan standar kualitas hasil tani yang diinginkan pasar dan disesuaikan dengan harga beli.

Dalam upaya mengembangkan sayap usaha, Sandi kini menambah variasi produk tidak hanya sayuran, namun juga sembako, buah, dan daging melalui kemitraan dengan petani dan peternak berbagai daerah yang menjadi pusat produksi.

Kini, Sandi bahkan mengelola 4 instansi maupun perusahaan pertanian sekaligus yaitu; Perusahaan Mitra Tani Parahyangan, Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S), Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, dan PT. Bumi Parahyangan Investama.

Kini, perusahaan Mitra Tani Parahyangan sendiri saat ini sudah menyuplai hasil tani ke 25 hotel di Cianjur, Bogor dan sekitarnya. Antara lain Restoran Roofpark di Cimacan, Pesona Alam Resort Hotel, Royal Safari Garden Hotel, Grand Dhiara Hotel, dan Zuri Resort Hotel. Sementara PT Bumi Parahyangan Investama, perusahaan khusus investor yang tertarik dengan usahanya.

Untuk menjaga efisiensi, Sandi juga akan menerapkan penggunaan aplikasi untuk otomatisasi alur masuk hingga keluar sayur mayur. Rencananya, Sandi akan meluncurkan Smart Farming berbasis robotic internet of think, dengan menggunakan teknologi dari sensor yang dikendalikan dari 1 unit komputer.

Guna mewujudkan cita-cita tersebut, Sandi sudah melakukan penjajakan dengan negeri ginseng, Korea Selatan pada 2019 lalu. Kerjasama tersebut merupakan 70% sharing dari Korea Selatan berupa dari teknologi, sedangkan 30% sharing dari Indonesia berupa materialnya yang diwakili oleh Mitra Tani Parahyangan.

Buah dari kerja, kredibilitas, dan integritas membuat Sandi mendapat kepercayaan dari Bupati Cianjur melalui Kepala Dinas Pertanian, menjadi direktur pengelola sekaligus Ketua Koperasi Sub Terminal Agribisnis Cianjur.