Keluhan Karyawan Muda "Kerja Keras" ke Media Sosial

pexels-William-fortunato

pexels-William-fortunato

Like

Salah seorang dari pemuda yang mengangkat cerita seseorang anak milenaildari X (dulu disebut dengan twitter). Repost atas akun bernama @hooplaa dari Tiktok ke X isinya memaparkan gambar berisi cserita yang berjudul “Cerita Gue Jadi Gila karena Kebanyakan Kerja di Umur 25”.

Cerita itu diklaim sebagai cerita nyata dan sosok yang bercerita itu sebenarnya baru lulus di usia sangat muda 21 tahun dengan indeks prestasi kumulatif 3,95 dengan beasiswa penuh.  Setelah diteirma bekerja di salah satu Perusahaan rintisan di bidang digital yang sedang naik daun.

Menurut ceritanya, setelah diteirma kerja, dia harus bekerja sepanjang hari tanpa henti notifikasi.  Pekerjaan yang sudah selesai, harus diulang =ulang dan jumlah pekerjaan bertubi-tubi setiap hari.  Apalagi suasana kerja juga tidak kondusif .  Alih-alaih mendapat pujian, dia merasa pekerjaannya tidak dihargai.

Akhirnya dia mengambil keputusan untuk ke luar dari pekerjaan di usia 27 tahun.

Orang yang mengunggah cerita ,. @hooplaa juga memberikan komentar bahwa dia juga merasakan hal yang sama, pekerjaan “hectic” tapi tak ada penghargaaan dan tak ada keseimbangan hidup seperti yagn diharapkan oleh para anak muda.


Baca Juga: AI Akan Mempengaruhi 40% Lapangan Pekerjaan Global, Kata IMF

Sambutan dari viewer dari akun@hooplaa yang terdiri anak-anak muda atau milenial itu menyetujusi keputusan dari pencerita itu , viewer sebanyak 31.000 kali dan komentar 372.


Apa komplain atau keluhan terberat dari para pekerja muda?


Generasi milenial yang lahir sekitar 1981-1996 , berusia 28-43 tahun  dan generasi Z lahir pada tahun 1997-2012 berusia 12-27 tahun mengungkapkan keluhan bahwa pekerjaan “keras” itu adalah heban kerja makin berat sehingga mengurangi jam tidur dan mengganggu tidur yang berkualitas.

Bahkan yang sudah punya pasangan sukar untuk mendapatkan kualitas dengan pasangan sehingga menginginkan pekerjaan yang tidak terlalu menguras pikiran.

Ternyata unggahan pekerjaan “keras di media sosial bukan pertama kali terjaid.  Pengunggah lainnya yang berasal dari generasi milenia atau X sudah sering mengungkapkan hal yagn sama.


Apa Kata Pakar Sosiolog?


Ibu Maria Puspitasari seorang dosen Sekolah kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia mengatakan bahwa ada Perusahaan sekarang dituntutuk untuk membangun ketahanan dalam organisasi. Hal ini berkaitan dengan tiga elemen strategi.

Baca Juga: Mau Ganti Kerjaan? Ini Tips Switch Career di Tahun 2024

Pertama strategi kopi


Hal ini berkaitan dengan masalah-masalah yang muncul akibat perubahan lanskap organisasi berbasis teknologi digital yang berdampak pada ekspektasi perilaku karyawan.

Kedua strategi adaptif


Adaptif terhadap perubahan perilaku  dan sikap karyawan dalam revolusi industry.

Ketiga strategi transformative


Hal ini berhubungan dengan transformasi bagaimana Perusahaan dapat ke luar dari situasi pelik.Dalam dunia internet jadi peran utama, seluruh proses pemaknaan genrasi muda terhadap dunia kerja diambil alih oleh internet.

Sebagai orangtua pun kadang-kadang luput memahami pemaknaan dari perubahan ini. Atas realititas ini, diharapkan Perusahaan dapat mengubah pola pikir anak mud aitu.  Perusahaan mengubah pola pikir pada anak-anak mud aini. Perusahaan harus memberikan pengarahan apa tujuan atau goal perusahaan

Punya opini atau artikel untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".

Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!

Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.