Mutia AH 
Suasana Perumahan Ditinggal Mudik sumber dokpri
Likes
Puri Nirwana Residence, sebuah perumahan di mana kehangatan dan keramahan mengalir dalam setiap sudutnya, kini tenggelam dalam keheningan yang menggema.
Sebuah perubahan mendadak telah membalikkan suasana yang biasanya penuh kehidupan. Kini, kegembiraan yang dulu mengisi udara, berganti menjadi kesunyian yang memilukan.
Sebagai perumahan yang biasanya dibanjiri dengan aktivitas sosial dan tawa ceria anak-anak, kini tampak seperti sebuah kota yang ditinggalkan.
Rumah-rumah yang dulu menjadi saksi bisu tawa dan canda, kini berdiri sepi, dengan pintu dan jendela yang tertutup rapat.
Baca Juga: Tips Mengatur THR dengan Baik: Biar Tidak Habis dan Menghasilkan Cuan
Di sepanjang ruko, hanya ada satu atau dua yang tetap buka. Namun, atmosfernya jauh berbeda dari hari-hari biasanya. Kesunyian yang menyentuh jiwa terasa di setiap sudut.
Ketika subuh, tradisi meriah anak-anak yang membangunkan sahur dengan semangatnya kini lenyap. Tradisi yang biasanya dinanti-nanti, di mana anak-anak dengan riang gembira membangunkan orang tua mereka untuk bersiap-siap menjalani ibadah puasa, kini seakan menjadi kenangan yang jauh.
Bukan hanya itu, ba'da subuh yang biasanya gemuruh dengan dentuman petasan, kini juga tidak terdengar lagi.
Dentuman petasan yang menjadi simbol semangat warga dalam menyambut bulan suci Ramadan, kini telah menghilang, meninggalkan suasana yang sunyi dan kosong.
Pemandangan shaf salat tarawih di Masjid, yang biasanya dipenuhi dengan jamaah yang khusyuk, kini berbeda.
Hanya dua baris laki-laki beserta anak-anak yang terlihat hadir. Suasana tersebut mencerminkan betapa sepi dan lengangnya kehidupan sosial dan keagamaan di tanah perantauan saat ini.
Baca Juga: Menuju Puncak Kemenangan: Strategi Jelang Lebaran dengan Ibadah Maksimal
Sementara itu, di kampung halaman di Tanah Jawa dan sekitarnya, suasana mungkin berbeda. Rasa rindu yang terpendam selama di perantauan kini terobati dengan hangatnya pertemuan.
Bertemu kembali dengan keluarga, sanak saudara, dan kawan-kawan lama menjadi momen yang luar biasa berharga.
Sebuah perubahan mendadak telah membalikkan suasana yang biasanya penuh kehidupan. Kini, kegembiraan yang dulu mengisi udara, berganti menjadi kesunyian yang memilukan.
Sebagai perumahan yang biasanya dibanjiri dengan aktivitas sosial dan tawa ceria anak-anak, kini tampak seperti sebuah kota yang ditinggalkan.
Rumah-rumah yang dulu menjadi saksi bisu tawa dan canda, kini berdiri sepi, dengan pintu dan jendela yang tertutup rapat.
Baca Juga: Tips Mengatur THR dengan Baik: Biar Tidak Habis dan Menghasilkan Cuan
Di sepanjang ruko, hanya ada satu atau dua yang tetap buka. Namun, atmosfernya jauh berbeda dari hari-hari biasanya. Kesunyian yang menyentuh jiwa terasa di setiap sudut.
Ketika subuh, tradisi meriah anak-anak yang membangunkan sahur dengan semangatnya kini lenyap. Tradisi yang biasanya dinanti-nanti, di mana anak-anak dengan riang gembira membangunkan orang tua mereka untuk bersiap-siap menjalani ibadah puasa, kini seakan menjadi kenangan yang jauh.
Bukan hanya itu, ba'da subuh yang biasanya gemuruh dengan dentuman petasan, kini juga tidak terdengar lagi.
Dentuman petasan yang menjadi simbol semangat warga dalam menyambut bulan suci Ramadan, kini telah menghilang, meninggalkan suasana yang sunyi dan kosong.
Pemandangan shaf salat tarawih di Masjid, yang biasanya dipenuhi dengan jamaah yang khusyuk, kini berbeda.
Hanya dua baris laki-laki beserta anak-anak yang terlihat hadir. Suasana tersebut mencerminkan betapa sepi dan lengangnya kehidupan sosial dan keagamaan di tanah perantauan saat ini.
Baca Juga: Menuju Puncak Kemenangan: Strategi Jelang Lebaran dengan Ibadah Maksimal
Sementara itu, di kampung halaman di Tanah Jawa dan sekitarnya, suasana mungkin berbeda. Rasa rindu yang terpendam selama di perantauan kini terobati dengan hangatnya pertemuan.
Bertemu kembali dengan keluarga, sanak saudara, dan kawan-kawan lama menjadi momen yang luar biasa berharga.
Komentar
13 Apr 2024 - 14:15
Terima kasih
10 Apr 2024 - 19:58
Menarik