Rentetan Suka Duka Puisi: Mengenang Joko Pinurbo dan Perayaan Hari Puisi Nasional

Joko Pinurbo sumber medcom.id

Joko Pinurbo sumber medcom.id

Like

Menjelang perayaan Hari Puisi Nasional yang diperingati setiap tanggal 28 April, Indonesia kehilangan salah satu sastrawan ternama, Joko Pinurbo, atau akrab disapa Jokpin.

Sebuah berita duka yang menggetarkan hati para penggemar sastra dan puisi di tanah air. Joko Pinurbo bukan hanya nama dalam dunia sastra Indonesia, tetapi juga sosok yang meninggalkan jejak mendalam melalui karyanya yang penuh dengan makna.


 

Latar Belakang dan Sejarah Hari Puisi Nasional

Sebelum kita menapak lebih jauh ke dalam kisah perjalanan Joko Pinurbo, mari kita lihat lebih dekat tentang perayaan Hari Puisi Nasional dan kenapa tanggal 28 April memiliki makna tersendiri bagi dunia sastra Indonesia.

Di Indonesia, puisi diperingati dua kali dalam setahun, yaitu:

Pertama: Pada tanggal 26 Juni, diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia.


Hari Puisi Indonesia, merujuk pada tanggal lahirnya salah satu pelopor puisi Indonesia. Chairil Anwar, yang juga dikenal sebagai pelopor angkatan '45.

Beliau telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan sastra Indonesia, khususnya dalam bidang puisi. Hari Puisi Indonesia dideklarasikan di Pekan baru pada 21 November 2012.

Baca Juga: Menapaki Jejak Keberagaman: Refleksi Seni Indonesia di Tahun Ini

Kedua: Pada tanggal 28 April, diperingati sebagai Hari Puisi Nasional.

Tanggal 28 April, sebagai Hari Puisi Nasional, erat kaitannya dengan wafatnya Chairil Anwar pada 28 April 1949.

Pada Hari Puisi Nasional, kita merayakan warisan dan dedikasi Chairil Anwar terhadap dunia sastra. Bukan hanya itu saja, Hari Puisi Nasional adalah momentum tepat untuk mengapresiasi puisi bukan sekadar kata-kata tetapi lebih dari itu. Puisi merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia.

Di Indonesia banyak penyair-penyair legendaris yang karyanya terus menggema dari masa ke masa. Seperti Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono, Sajak Widuri Untuk Joki Tobing - W.S Rendra, Dalam Kemah - Goenawan Mohamad, Dia dan Aku - Sitor Situmorang, Taman Di Tengah Pulau Karang - Taufik Ismail, dan masih banyak lagi.