Mungkinkah Kita Terbebas dari Middle Income Trap?

Melepaskan diri dari Middle-Income Trap, kunci menjadi negara maju. Sumber gambar freepik.com

Like

Masa Orde Baru merupakan bagian dari masa kecil saya. Dalam buku-buku pelajaran saat itu, tertulis bahwa Indonesia termasuk salah satu negara berkembang di dunia. Namun, setelah sekian tahun berlalu, status ini belum juga berubah menjadi negara maju.

Dilihat dari perjalanan sejarah, dalam beberapa dekade Indonesia telah mampu melewati berbagai fase dalam pembangunan ekonomi dan politik yang membawa kemajuan signifikan.

Meskipun demikian, kita masih tertahan dalam status negara berkembang dan belum berhasil mencapai posisi sebagai negara maju.

Apa sebenarnya tantangan besar yang dihadapi Indonesia sehingga terjebaknya dalam middle-income trap?

Sebuah situasi di mana sebuah negara mencapai tingkat pendapatan menengah tetapi mengalami kesulitan untuk melonjak menjadi negara berpenghasilan tinggi.


Hal tersebut memunculkan sebuah pertanyaan, apakah Indonesia bisa menjadi salah satu negara adidaya di dunia?

Menjawab pertanyaan tersebut, kita membutuhkan analisis yang mendalam tentang berbagai aspek yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu negara, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, maupun sumber daya manusia. Berikut ulasannya:


Faktor-Faktor Penyebab Indonesia Terjebak di Middle-Income Trap

 

1. Produktivitas yang Rendah

Salah satu faktor utama yang menyebabkan Indonesia terjebak dalam middle-income trap adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja. Hal tersebut berkaitan erat dengan efisiensi suatu negara dalam menggunakan sumber daya manusia dan teknologinya untuk menghasilkan barang dan jasa.

Tidak dapat dipungkiri di Indonesia, masih banyak sektor yang dikerjakan dengan cara tradisional atau manual, sehingga produktivitas tenaga kerja cenderung rendah dibandingkan dengan negara-negara maju.

Baca Juga: Apa Itu Middle Income Trap dan Bagaimana Bahayanya?

Permasalahan selanjutnya adalah rendahnya kualitas pendidikan dan pelatihan kejujuran yang memperburuk produktivitas. Meskipun katanya pemerintah telah berusaha meningkatkan akses pendidikan. Pada kenyataannya, kualitas tenaga kerja Indonesia masih kalah bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Korea Selatan, atau Jepang yang memiliki sistem pendidikan yang lebih maju dan terintegrasi dengan kebutuhan industri.


2. Infrastruktur yang Belum Memadai

Permasalahan yang tak kunjung selesai selanjutnya adalah masalah infrastruktur.  Meskipun dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Indonesia telah melakukan investasi besar-besaran di bidang infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan bandara.

Akan tetapi tetap masih banyak daerah tertinggal dan belum terhubung dengan baik. Keterbatasan ini menyebabkan biaya logistik sangat tinggi, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi dan daya saing di pasar global.

Bukan hanya itu, bahkan kualitas layanan dasar seperti listrik, air, dan akses internet belum juga merata di seluruh wilayah Indonesia.

Hal ini menjadi hambatan besar bagi sektor-sektor ekonomi yang ingin berkembang, terutama di daerah-daerah yang terpencil.
 

3. Ketergantungan pada Ekspor Komoditas

Indonesia adalah salah satu negara penghasil komoditas terbesar di dunia, seperti minyak kelapa sawit, batu bara, karet, dan nikel.

Namun, anehnya, negara kita tetap saja masih mengalami ketergantungan pada ekspor komoditas tersebut. Maka dari itulah Indonesia sulit melepaskan diri dari middle-income trap.

Karena harga komoditas sangat rentan terhadap fluktuasi pasar internasional, sehingga ekonomi Indonesia sering kali terpukul saat harga komoditas jatuh.

Untuk mewujudkan mimpi menjadi negara maju, Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekonomi dengan mengembangkan industri-industri yang bernilai tambah tinggi, seperti manufaktur, teknologi, dan jasa.

Pengembangan sektor-sektor ini akan membuat ekonomi Indonesia lebih stabil dan tidak terlalu bergantung pada komoditas.
 

4. Kesenjangan Ekonomi dan Sosial

Banyak orang-orang yang termasuk terkaya di dunia ada di Indonesia, tetapi sayangnya.asih banyak golongan miskin dan tertinggal terdapat di Indonesia.

Hal ini menunjukkan berapa tingginya kesenjangan ekonomi antara masyarakat kaya dan miskin di Indonesia. Kesenjangan ekonomi inilah yang menghambat pertumbuhan.

Karena masyarakat miskin memiliki akses yang terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja yang baik.

Bukan hanya itu, kesenjangan ini juga berdampak pada stabilitas sosial dan politik. Berbeda dengan negara-negara maju yang memiliki distribusi pendapatan yang lebih merata dan akses yang lebih luas terhadap kesempatan ekonomi bagi semua lapisan masyarakat.