Mewaspadai Resiko dan Peluang Pada Saham Sritex, Sang Raksasa Tekstil Indonesia

Pekerja Sritex (sumber gambar: www.sritex.co.id)

Like

Kronologi Sejarah PT. Sri Rejeki Isman, Tbk

Berawal dari perdagangan tekstil tradisional di pasar klewer, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1966 oleh H.M Lukminto. Kemudian pada tahun 1968 mendirikan pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo.

Berlanjut pada tahun 1978 terdaftar dalam Kementrian Perdagangan sebagai perseroan terbatas. Pada tahun 1982 mendirikan pabrik tenun pertama. Pada tahun 1992 memperluas pabrik dengan 4 lini produksi (pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana) dalam satu atap.

Bahkan pada tahun 2001 Sritex selamat dari Krisis Moneter di tahun 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada tahun 1992. PT Sri Rejeki Isman Tbk secara resmi terdaftar sahamnya (dengan kode ticker dan SRIL) pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013.

Pada Kamis, 24 Oktober 2024, Sritex resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, di mana putusan ini setelah Sritex melewati masalah utang yang menggunung.

Sebuah kronologi sejarah dari sebuah perusahaan textile yang sangat mengagumkan. Sejak 1966 sampai akhirnya mulai jatuh di masa pandemi Covid-19.


Baca Juga: Cerita Saham Sepekan: Sektor Tekstil Tertekan! Nasib PBRX Hingga SRIL di Ujung Jurang
 

Penyebab Sritex Pailit

Berbagai teori mengaitkan penyebab pailitnya Sritex disebabkan masalah kecil yang disepelekan, persaingan dengan produk impor, kesalahan jajaran manajemen dan berbagai hal lainnya yang menyebabkan Sritex tidak mampu melunasi utang-utangnya.

Penyebab utama Sritex pailit adalah likuiditas yang menurun drastis beberapa tahun terakhir sejak covid dan kemungkinan juga banyaknya gempuran produk impor yang luar biasa.