Cerita Saham Sepekan: Sektor Tekstil Tertekan! Nasib PBRX Hingga SRIL di Ujung Jurang

Kinerja PBRX dan SRIL di Tengah Tekanan Sektor Tekstil Illustration Bisnis Muda - Canva

Kinerja PBRX dan SRIL di Tengah Tekanan Sektor Tekstil Illustration Bisnis Muda - Canva

Like

Tekanan akibat pandemi rupanya masih berlanjut hingga kuartal I/2021. Seiring dengan hal itu, kinerja sektor tekstil juga masih belum pulih nih, Be-emers.

Pada Rabu (5/5) lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2021. Dalam laporan tersebut, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus 0,96 persen secara kuartal dan minus 0,74 persen secara tahunan.

Yang bikin sedih, industri pengolahan tercatat minus hingga 1,38 persen di kuartal pertama tahun ini! Bahkan, dikutip Bisnis, Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan kalau industri tekstil dan pakaian jadi yang paling tertekan, yakni minus 13,28 persen lho!

Kontraksi yang cukup dalam tersebut dipicu oleh belum pulihnya permintaan domestik dan ekspor yang masih belum pulih nih, Be-emers.

Lalu, gimana nasib emiten tekstil seperti PBRX hingga SRIL?


Baca Juga: Mengulas Kinerja Keuangan Industri Tekstil
 

Nasib SRIL dan PBRX di Tengah Tekanan

Tepat di hari yang sama saat BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi, Rabu (5/5), ribuan karyawan berkumpul di depan sebuah pabrik tekstil yang berlokasi di Boyolali, Jawa Tengah.

Mereka menuntut adanya keadilan atas haknya sebagai karyawan pabrik PT Pan Brothers Tbk.. Salah satunya, yakni soal hak untuk mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).

Namun, dari keterangan resminya, pihak direksi perusahaan dengan kode saham PBRX tersebut menjelaskan kalau aksi tersebut disebabkan oleh adanya kesalahpahaman dari penerima info hingga mengakibatkan simpang siurnya berita yang muncul.

Jadi, PBRX mengumumkan secara lisan kepada seluruh karyawan bahwa kondisi arus kas perusahaan lebih ketat. Justru, demi menjaga kelangsungan pabrik dan karyawan tetap bisa bekerja penuh, pihak PBRX menilai perlu membagi berbagai arus dana pembayarannya.

Nah, salah satunya, yakni dengan melakukan pembayaran THR secara bertahap. Hal itu sebenarnya dilakukan PBRX seiring dengan adanya pemotongan modal kerja dari pihak perbankan yang tersisa 10 persen dari sebelumnya, dimana kondisi tersebut mengganggu arus kas.

Berdasarkan laporan keuangannya hingga September 2020, tercatat pendapatan PBRX yakni mencapai US$523,79 juta. Perolehan pendapatan tersebut lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2019, yang hanya sebesar US$491,8 juta.

Sementara itu, perolehan laba PBRX di kuartal ketiga 2020 sebesar US$19,25 juta, naik tipis dari periode yang sama di tahun sebelumnya, dengan perolehan US$19,1 juta.

Meski belum melaporkan keuangan kuartal keempat 2020 dan kuartal pertama 2021, tapi emiten yang memproduksi produk untuk Adidas dan Uniqlo ini masih tetap optimis kalau bakal ada jalan keluar dan tekanan yang ada berangsur pulih.

 

Kinerja PBRX dan SRIL di Tengah Tekanan Sektor Tekstil Illustration Bisnis Muda - Canva

Kinerja PBRX dan SRIL di Tengah Tekanan Sektor Tekstil Illustration Bisnis Muda - Canva


Sementara itu, perusahaan tekstil lainnya, yakni PT Sri Rejeki Isman juga harus menghadapi tekanan, manakala pihaknya mendapat gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Diketahui, gugatan tersebut bernilai Rp106,4 miliar!

Enggak hanya itu, perusahaan yang juga dikenal dengan nama Sritex tersebut juga tengah menghadapi gugatan lain dari mitranya nih, Be-emers.

Alhasil, emiten dengan kode saham SRIL tersebut terpaksa harus menunda penerbitan obligasi global, yang rencananya bakal tercatat di bursa Singapura dengan nilai US$325 juta. Bahkan, gugatan-gugatan yang menimpa SRIL juga dikabarkan berdampak pada sulitnya mendapatkan akses pendanaan lho.

Kalau dilihat dari kinerjanya berdasarkan laporan keuangan hingga 31 Desember 2020, pendapatan SRIL tercatat sebesar US$1,28 miliar. Sedangkan perolehan laba bersihnya mencapai US$85,33 juta.

Pendapatan SRIL di sepanjang tahun 2020 itu lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Tercatat, di sepanjang tahun 2019, pendapatan SRIL yakni sebesar US$1,18 miliar.

Sayangnya, perolehan laba bersih SRIL di tahun 2020, turun dari tahun sebelumnya. Di sepanjang 2019, SRIL mampu mencatatkan laba sebesar US$87,65 juta.

Meski begitu, total aset SRIL di tahun 2020 meningkat tipis menjadi US$1,85 miliar. Di tahun sebelumnya, diketahui total aset SRIL hanya mencapai US$1,56 miliar.

Berada dalam tekanan, dari sektor tekstil hingga internal perseroan, tentunya membawa dampak pada performa saham PBRX maupun SRIL.

Pada perdagangan Kamis (6/5), usai adanya kabar demo karyawan hingga munculnya pernyataan dari pihak perseroan, saham PBRX ambles hingga 5,81 persen ke level Rp162 per saham! Meski begitu, saham PBRX masih bisa berbalik rebound di perdagangan Jumat (7/5) dan ditutup dengan kenaikan tipis 0,62 persen di level Rp163 per saham.

Di sisi lain, saham SRIL justru harus terus tertekan dan bergerak bearish nih, Be-emers. Hingga akhir perdagangan Kamis (6/5), saham SRIL terkoreksi 1,94 persen ke level Rp152 per saham. Koreksi itu terus berlanjut hingga penutupan perdagangan Jumat (7/5), yakni -1,32 persen dan parkir di level Rp150 per saham.

Adapun, secara year to date (YTD), saham SRIL memang sudah terkoreksi hingga 42,75 persen lho. Bahkan, sejak lima tahun terakhir, saham SRIL terkoreksi hingga 60,94 persen!

Kira-kira, dengan banyaknya tekanan, SRIL dan PBRX masih mampu mencetak kinerja yang positif enggak ya di tahun 2021?