Anak Kecil dalam Diri Kita: Refleksi Le Petit Prince tentang Keseriusan Hidup (Sumber gambar: Pinterest/Dribbble)
Like
Be-emers, pernahkah kamu merenungkan betapa dunia orang dewasa seringkali terasa kaku, penuh aturan, dan kehilangan keajaiban?
Dalam mahakaryanya Le Petit Prince (1943), Antoine de Saint-Exupéry menyampaikan kritik yang halus namun mendalam terhadap cara berpikir orang dewasa yang terlalu serius.
Buku ini, meskipun tampak seperti dongeng anak-anak, sebenarnya mencerminkan kelemahan dan kekakuan dunia dewasa.
Mari kita eksplorasi bagaimana kisah Sang Pangeran Kecil ini mengajak kita untuk memandang dunia dengan cara yang lebih sederhana, namun penuh makna.
Le Petit Prince: Dunia Dewasa yang Terlalu Serius
Dalam Le Petit Prince dimulai dengan kisah seorang pilot yang terdampar di Gurun Sahara. Di sana, ia bertemu dengan seorang anak kecil dari planet lain yang penuh rasa ingin tahu.Melalui percakapan mereka, Saint-Exupéry menunjukkan bagaimana orang dewasa sering terjebak dalam rutinitas, angka, dan hal-hal yang dianggap "penting" secara material.
Misalnya, sang pangeran kecil menceritakan pertemuannya dengan seorang pengusaha yang sibuk menghitung bintang-bintang dan mengklaim memiliki semuanya.
Namun, apa arti kepemilikan tersebut jika ia tidak pernah benar-benar merasakan keindahan bintang-bintang itu?
Ini adalah kritik yang halus terhadap materialisme dan keseriusan berlebihan, yang sering kali mengaburkan makna sejati kehidupan.
Menurut Saint-Exupéry, orang dewasa cenderung terlalu terfokus pada hal-hal yang terukur dan terlihat, sehingga mereka sering mengabaikan nilai-nilai abstrak seperti cinta, persahabatan, dan keindahan.
Baca Juga: Hukum 10.000 Jam dari Buku Outliers: The Story of Success, Apa sih Jaminan Kesuksesan Itu?
Kehilangan Imajinasi dan Kreativitas
Salah satu adegan paling ikonik dalam buku ini adalah ketika pangeran kecil meminta pilot untuk menggambar domba.Namun, sang pilot, yang sudah terlalu dewasa justru menggambar sebuah kotak dan berkata, "Domba ada di dalamnya."
Adegan ini menjadi metafora tentang imajinasi dan kreativitas pada orang dewasa. Mereka cenderung melihat segalanya secara literal dan praktis, tanpa memberikan ruang bagi keajaiban atau kemungkinan baru.
Be-emers, apakah kamu pernah merasa terjebak dalam rutinitas sehingga lupa untuk bermimpi atau melihat dunia dengan cara yang baru?
Le Petit Prince mengingatkan kita bahwa imajinasi bukan hanya milik anak-anak, melainkan alat penting untuk memahami dunia dengan lebih mendalam.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.