Siapa diantara be-emers yang terobsesi banget untuk menjadi entrepreneur? Sama seperti bakat lain, entrepreneur juga bisa dikatakan sebagai bakat yang bisa digali dan dikembangkan.
Sayangnya, seseorang yang berbakat menjadi entrepreneur, pun ketika harus menjadi entrepreneur sendirian dulu (solopreneur), pun harus mampu bertahan.
Kenapa solopreneur harus mampu bertahan? Memangnya tantangan apa yang harus dihadapi? Dan sebaiknya harus bagaimana cara menghadapinya?
Apa itu Solopreneur?
Solopreneur dapat diartikan sebagai seseorang yang memutuskan berbisnis, namun dia adalah satu-satunya orang yang menjalankan bisnis tersebut.
Jadi, seorang solopreneur itu dia adalah seorang pemilik atau bos, di saat yang bersamaan dia juga sebagai seorang karyawan.
Dia harus bertanggung jawab untuk mengatur, mengelola, dan menanggung risiko bisnis yang sedang ia jalankan, sementara tanpa bantuan rekan lain.
Dikatakan sementara, karena nanti seorang solopreneur bisa saja berubah statusnya tidak lagi menjadi solopreneur.
Tantangan Seorang Solopreneur
Berikut adalah tantangan menjadi seorang solopreneur yang mesti kamu pahami:
1. Beban kerja banyak
Be-emers karena seorang solopreneur melakukan tugasnya seorang diri, maka beban kerjanya akan banyak.
Beban kerja tersebut antara lain merencanakan bisnis, menyiapkan bahan baku, memproduksi, melakukan pemasaran, melakukan transaksi, melakukan pembukuan, merapikan bekas-bekas produksi, dan kembali lagi ke siklus menyiapkan bahan baku.
2. Kehabisan waktu dan kelelahan
Karena beban kerja yang banyak, seorang solopreneur kerap sekali kehabisan waktu dan mengalami kelelahan yang luar biasa.
Apalagi jika objek yang dijadikan bisnis adalah barang yang harus diproduksi sendiri, seperti food and beverage (FnB), tas, pakaian, dan sebagainya.
Untuk FnB misalnya, mungkin malam hari harus merencanakan, lalu mencari bahan baku, pagi hari proses produksi, setelah itu melakukan pemasaran, penjualan, pembukuan, dan evaluasi, lalu dilanjutkan bersih-bersih setelah produksi, dan malamnya kembali lagi ke proses perencanaan.
Ini akan membuat seorang solopreneur kehabisan waktu dan kelelahan.
3. Ada risiko bisnis tidak cepat berkembang
Ini yang paling penting Be-emers, karena waktunya habis, seorang solopreneur biasanya menghadapi resiko sulit berkembang.
Karena untuk bisa berkembang, seorang pemilik atau bos harus punya waktu yang cukup untuk mengevaluasi bisnisnya dan memperbaikinya.
Misalnya mengevaluasi strategi pemasaran agar volumenya meningkat dan jangkauan pasarnya lebih luas.
Mengevaluasi layanan agar layanan yang diberikan lebih efisien dan pelanggan yang dilayani lebih banyak. Atau mengevaluasi tugas-tugas yang bisa segera didelegasikan ke orang lain.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.