Merawat Pertanian untuk Hidup Lebih Gemilang

Ilustrasi kebun dan segala isinya (Dokumen Pribadi)

Like

Saya adalah salah satu orang anak yang tumbuh di tengah keluarga petani. Nenek dan kakek dari Mama merupakan petani di kampung. Bapak saya pun sangat mencintai pertanian, bahkan sering membeli buku pertanian dan peternakan buat bahan belajar dan nantinya praktik ke lahan yang tersedia. 

Dunia pertanian semakin hari mengalami kemajuan pesat, ada banyak teknologi yang membantu dan pengetahuan kian meningkat juga. Meski begitu, tidak dipungkiri kalau lahan pertanian di beberapa perkotaan sudah semakin berkurang dan terkikis oleh perumahan.

Bukan manusia kalau tidak mencari solusi nyata. Ada banyak cara dan jalan buat tetap bertani di tengah lahan yang terbatas. Seperti menanam tanaman secara hidroponik. 

Bahkan halaman dan loteng yang terbatas sekalipun tetap bisa ditanami aneka tanaman sayur mayur yang bisa di panen dan menjadi salah satu cara untuk menghemat pengeluaran dan sebagai bentuk ketahanan pangan dari rumah ke rumah. 

Jadi, memang tidak ada alasan untuk malas bertani di lahan terbatas sekalipun. Yang ada hanyalah memperkuat keinginan untuk tetap merawat pertanian demi kehidupan lebih gemilang. Bukan hanya sekadar kata manis, melainkan ajakan untuk beraksi secara nyata dan konsisten. 

Baca Juga: Inilah Pentingnya Kualitas Irigasi sebagai Cerminan Ketahanan Pangan


 

Dunia Pertanian Semakin Menarik untuk Diulik

Pada masa modern seperti saat ini, ada banyak informasi yang valid dan lebih mudah diakses untuk mempraktekkan secara langsung terkait pertanian.

Indonesia negara agraria yang punya impian serta terus berusaha bisa memenuhi kebutuhan pangan, bahkan ingin menjadi negara yang bisa swasembada pangan. 

Namun dalam perjalanannya, hal ini tidak bisa terwujud begitu saja. Harus ada pergerakan dari banyak pihak. Termasuk kita muda-mudi Indonesia. Banyaknya informasi menarik seputar pertanian, tentu bisa menyadarkan para pemuda untuk lebih peduli terhadap pertanian. 

Bahkan tidak sedikit yang turut andil juga. Di tengah sulitnya mencari pekerjaan. Selalu ada pemuda dan pemudi yang kreatif serta menjadi inspirasi. Memanfaatkan pengetahuan terkait pertanian, mengoptimasi dengan teknologi dan cara yang tepat penggunaan pupuk sehingga bisa menjadi bisnis baru jalur pertanian. 

Bukan hanya mendatangkan cuan semata, aksi lewat pertanian ini menginspirasi para kepala keluarga dan orang tua untuk bersinergi memanfaatkan lahan di halaman rumah atau balkon. Tidak dibiarkan kosong, diisi dengan aneka tanaman. Mulai dari: Cabe, tomat, bayam, sawi dan tanaman yang bisa dipanen dalam waktu lumayan cepat. 

Kreativitas ini menghasilkan banyak hal positif dalam kehidupan, salah satu aspek yang mendapatkan hal baik adalah sisi perekonomian. Sekarang ini, kebutuhan melambung sedangkan penghasilan stagnan bahkan banyak yang kehilangan pekerjaan tetap jadi harus pandai-pandai ciptakan solusi. Melalui pertanian kecil-kecilan di halaman rumah atau di area balkon setidaknya bisa menghemat sepersekian pengeluaran untuk pembelian sayuran. 

Nah, ini dari sisi skala yang kecil. Kalau yang memiliki lahan luas kemudian mau mengikuti tren dan perkembangan teknologi, pastinya akan membantu sekali.

Tidak menutup mata pada fakta bahwasanya pertanian memang masih tergantung juga pada faktor alam seperti: cuaca, efek pemanasan global dan lainnya. Namun tetap bisa dioptimalkan dengan upgrade pengetahuan. 

Salah satu yang mendasar, penggunaan pupuk yang tepat dan pemilihan pupuk yang berkualitas. Sebagai anak yang tumbuh dan menyaksikan betapa proses pertanian itu menyenangkan.

Saya memperhatikan bahwa kakek, nenek dan bapak memang menggunakan pupuk organik dari aneka tumbuhan sekitar tanaman, cangkang telur dan limbah rumah tangga organik yang dijadikan kompos. 

Selain daripada itu, diimbangi juga dengan pemberian Pupuk anorganik. Pupuk Kaltim berkualitas yang familiar saya ingat biasanya pakai pupuk urea & NPK. Apalagi sekarang ini saya dan keluarga memang memiliki beberapa ratus meter sawah dan kebun yang kami kelola dari jarak lumayan agak jauh. 

Tentu penjadwalan pemberian pupuk jadi salah satu faktor yang menentukan bagaimana hasil dari bercocok tanam. Kebetulan saat ini menanam: padi, singkong, tomat, jeruk, alpukat dan aneka buah pisang serta pepaya juga ada. 

Tantangannya, saya dan keluarga tinggal di Kota Bogor dan lahan yang kami miliki ada di salah satu daerah kelahiran mama. Dibantu dengan salah satu saudara yang bisa membantu ngecek tanaman, kemudian mengabari dan mengingatkan terkait kapan waktu memberi pupuk dan membersihkan area kebun dan juga sawah.


Sekilas Tentang Pupuk Kaltim

PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) merupakan salah satu produsen pupuk Urea dan NPK terbesar di Asia yang berdiri sejak 1977. Kini, pupuk Kaltim menjadi produsen pupuk urea terbesar di Asia Tenggara. Tentunya bisa menjaga kualitas produk sehingga tetap dipercaya oleh para petani.

Pupuk Kaltim juga memiliki program keberlanjutan. Berikut program yang terus digaungkan, yaitu Pendanaan dan Pembinaan UMK, PKT Peduli Pendidikan, PKT Beasiswa, ESG, TJSL & Keanekaragaman Hayati. Jadi bukan hanya sekadar memikirkan keuntungan dan cuan, melainkan memberi dampak positif bagi warga sekitar.

Baca Juga: Cara Antisipasi Musim Paceklik Tiba

 

Gini Rasanya Panen dari Kebun Sendiri

Untuk tanaman pisang raja, pisang tanduk, pisang ambon memang sering panen dan biasanya sebagian dibeli oleh tengkulak dan sebagian dibawa ke Bogor untuk dibagikan dan dikonsumsi bareng keluarga. 

Lain hal ketika panen buah Alpukat, panen pertama yang bikin bahagia. Bagaimana tidak? Buahnya lebat dan bagus mulus. Supaya lebih cuan. Bapak membawa buah alpukat hasil panen ke Bogor. Saya, Mama dan adik bantu menjual buah tersebut. 
 

Buah alpukat - Hasil panen take by Latipah Rahman


Laris manis dan dapat testimoni bagus dari banyak pembeli. Rata-rata mereka membeli minimal 3 Kg sampai dengan 10 Kg. Tanpa ada yang menawar harga, pas mau dikonsumsi pun pada kasih testimoni. Memang buah alpukatnya bagus sekali. Dagingnya cerah dan rasanya tidak pahit. “Alpukat super” Begitulah para pembeli menyebutnya. 

Terpancar kebahagiaan di wajah bapak. Membuat saya dan adik bersemangat untuk menabung agar bisa membeli bibit alpukat dan bibit buah-buahan lain yang berkualitas serta memastikan apakah sudah dipupuk lagi atau belum tanaman di sawah dan di kebun. 

Saya dan adik memang cukup memahami terkait pertanian, kami suka membaca buku yang bapak beli. Kami berdua sangat support bapak dalam bertani. Bahkan punya angan, ingin kebeli kebun dan sawah di Kota Bogor juga. Supaya lebih mudah mengontrol tanaman dan sering refreshing sambil trial & error terkait cara bertani masa kini. 

Baca Juga: Mengapa Petani Harus Melek Literasi?

 

Pertanian Harus Tetap Ada

Di saat orang-orang sibuk membangun rumah dan gedung bertingkat, saya berharap masih ada orang-orang yang mencintai pertanian dan berupaya terus menanam. Apapun tanamannya yang penting suka saja dulu terhadap pertanian. 

Jika sudah suka, pasti akan berupaya menjaga pertanian tetap ada.

Sawah di kampung - take by Latipah Rahman

Bukan untuk siapa-siapa, hasil panen buat kehidupan kita juga kok. Apabila memakan sayuran dan buah yang ditanam secara benar serta menggunakan pupuk sesuai ketentuan pastinya membuat tubuh jauh lebih sehat serta bugar, apalagi diimbangi sama olahraga dan pola hidup sehat.