3 Dampak Negatif Terlalu Sering Membentak Anak, Wajib Kamu Hindari!

Dampak negatif terlalu sering membentak anak (Foto Monstera Production, Pexels)

Hi moms, sering kali kita memarahi anak pada saat membuat kesalahan. Bukannya memberikan edukasi dan berkata secara lembut yang justru terjadi cacian, memarahi dengan nada tinggi, dan memukul atau mencubit sang anak. 

 
Tau enggak sih, itu bukannya membuat anak menjadi jera tapi yang ada anak akan membalas perbuatannya. Misalnya, semakin menangis kencang dan semakin berani juga terhadap kita. 

Ternyata kebiasaan ini justru punya dampak negatif untuk anak! 
 

3 Dampak Negatif Terlalu Sering Membentak Anak

Sebaiknya ketika anak berbuat salah kita berikan edukasi, menasehati, dan memberikan pengertian atau arahan yang benar. Sedangkan, terlalu sering membentak anak akan memabawa dampak negatif sebagai berikut:
 

1. Tidak Patuh Terhadap Orang Tuanya 

Tahu enggak sih , ketika anak melakukan kesalahan biasanya kita bakal langsung mengeluarkan jurus utama yaitu membentaknya dan berteriak kepada anak. 
     
Ketika moms membentak anak, bukannya membuat anak semakin sadar atas kesalahannya, membuat anak menjadi tenang, dan membuat anak jadi patuh kepada orang tuanya, namun sebaliknya anak akan semakin keras menangisnya, semakin berani sama orang tua, dan anak pun bisa membalas lho.

Baca Juga: Hari Anak Nasional: 4 Peran Orang Tua untuk Mendorong Lahirnya Generasi Emas

2. Menghilangkan Rasa Percaya Diri Pada Anak   

Bahaya yang datang lainnya ketika anak dibentak, mendapatkan perkataan kasar atau buruk, dan memarahi anak di depan umum bisa menurunkan kepercayaan diri pada anak. Kenapa?

Karena anak sudah mengingat perkataan tersebut sejak kecil. Ketika anak beranjak remaja atau dewasa kata-kata tersebut membuat anak akan selalu mengingatnya, sulit mengambil keputusan, dan sulit untuk berbaur kepada temannya. 

Kata-kata kasar orang tua berikan kepada anak yang dianggap sepele bisa menjadi bumerang untuk anak kelak.

Karena anak sudah membuat program “saya tidak pantas untuk sukses, saya kan anaknya malas” . Dari kata-kata tersebut akan membuat anak tidak memiliki rasa kepercayaan dirinya.