Lomba Kentongan, Lomba Wajib Daerahku

Lomba Kentongan yang unik dan ikonik. Sumber foto dari Wikimedia Commons


Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI), 17 Agustus sebentar lagi. Sudah menjadi tradisi sebagai rasa syukur dan bangga, masyarakat Indonesia mendekorasi lingkungan  bernuansa  merah putih. Berbagai kegiatan pun dilaksanakan seperti upacara,  lomba-lomba tradisional, pengajian dan lain sebagainya.

Dari berbagai lomba tradisional tentunya ada yang Be-emers sukai dan ikuti. Tentunya mengikuti lomba bukan tentang hadiah, tetapi sebagai simbol cinta, bangga terhadap bangsa. Pun mempererat persatuan, kerja sama antar warga.

Nah, dari berbagai kegiatan di kampung, saya suka dengan tradisi lomba kentongan. Meski belum pernah mengikutinya, tetapi sering menyaksikan lomba tabuh kentongan tersebut.
 

Lomba Kentongan, Lomba Wajib Daerahku

Lomba kentongan diadakan tingkat dusun dan diikuti setiap perwakilan RT. Ketua RT menunjuk 3 orang warganya atau warga inisiatif mewakili. Pada waktu ditentukan semua perwakilan keliling dusun sambil memukul kentongan.

Ketiga peserta ini harus kompak dalam segala hal, mulai dari kostum, teknik memukul kentongan hingga gerak kaki.

Oleh karena membutuhkan teknik memukul alat dari bambu tersebut, peserta yang mengikuti lomba kentongan pada umumnya kaum lansia. Mereka sudah mahir memainkan kentongan. Ini karena alat satu ini sering digunakan ronda atau kamling.


Namun, ada yang berbeda dengan lomba kentongan dua tahun terakhir di kampung saya ini. Peserta lomba sebagian besar adalah gen Z. Mereka dilibatkan sebagai upaya nguri-uri budaya.

Perlombaan kentongan tidak lepas dari tradisi yang sudah lama dilakukan masyarakat secara turun temurun. Berikut sejarah kentongan dari berbagai sumber. 

Baca Juga: Refleksi Kemerdekaan Indonesia: Menggenggam Harapan, Menghadapi Kenyataan
 

Sejarah Kentongan

Merangkum dari berbagai sumber, kentongan pertama kali ditemukan dan digunakan oleh Cheng Ho. Dia seorang pengembara dari China.

Saat dalam pengembaraannya ke Korea, Jepang tahun 1405-1433 kentongan digunakan sebagai alat komunikasi ritual keagamaan.

Di Indonesia, kentongan ditemukan pada abad XXX di Nusa Tenggara Barat masa kekuasaan Raja Anak Agung Gede Ngurah. Kentongan juga ditemukan di Yogjakarta pada masa kerajaan Majapahit. 

Kentongan saat itu digunakan sebagai alat komunikasi kerajaan dengan masyarakat. Umumnya untuk mengumpulkan warga.