Laras Art Space Kenalkan Batik Pada Anak Muda

Ilustrasi orang sedang membatik (Foto Wikimedia Commons)


Udah tahu dong kalo Batik ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya non bendawi dari Indonesia sejak tahun 2009?

Sejalan dengan amanat UNESCO, Laras Art Space memamerkan aneka ragam motif kain batik beserta filosofi dan padu padannya hasil kurasi Asti Soeryo Astuti bertempat di Lifestyle Area Hotel Alila Surakarta dengan mengusung tema ‘Nila Lokatantra’ mulai 15 Juli hingga 15 Agustus lalu.

Pak Aji, selaku staff pameran yang juga menemani saya berkeliling, menuturkan dirinya senang sekali dapat berpartisipasi sekaligus berbagi pesan dan pengetahuannya kepada anak-anak muda guna membangkitkan kebanggaan akan kearifan lokal Indonesia ini. 

Manequin padu padan batik non formal
Sumber : Dokumentasi Pribadi


Begitu pintu terbuka, saya disambut dengan bentangan kain sepanjang 1,5 meter berhiaskan tokoh Punakawan yakni Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.

Lantas kenapa Batik ini yang dipilih? Ternyata bukan dipilih secara random tapi ada alasannya guys, yakni sebagai lambang penyambutan tamu oleh tokoh-tokoh ksatria Jawa.


Batik yang berasal dari salah satu koleksi museum Batik Danar Hadi ini juga dipercaya mengandung nilai-nilai kehidupan dan ajaran dalam budaya Jawa untuk selalu rendah hati, bijaksana, jujur dan peduli pada sesama. 

Enggak cuman itu, kamu juga bisa melihat batik tulis kontemporer dari Pekalongan berpola lung-lungan dari bahan nabati Indigofera tinctoria dan Strobilanthes cusia yang menghasilkan warna dominan biru.

Zahir Widadi, sang perancang mengaku terinspirasi dari keindahan keragaman hayati laut dalam Indonesia yang kerap luput dari perhatian kita.

Kemahirannya membatik pesisiran dengan canting nol yang dikerjakan pada kedua sisi kain patut diacungi jempol ditengah gempuran batik cap dan printing. 

Ada juga pola batik Ima Krenda khas Pura Mangkunegaran koleksi R.Ay. T. Niniek Partaningrat. Warnanya cokelat kemerahan hasil ekstraksi kayu jambal atau pohon saga, kesukaan saya si cewek bumi.

Kalo kata Pak Aji, perpaduan kata ‘Ima’ dan ‘Krenda’ dalam bahasa Jawa Kuno berarti hutan suci yang berkabut. Polanya yang ramai, rumit dan berlekuk-lekuk sebagai representasi tanah dan hutan Indonesia yang subur. 

Kunjungan diakhiri dengan memandang takjub batik petani karya Moh. Nanang Qosim. Lewat ragam hias lokcanan perpaduan hitam dan biru nan indah, Moh.

Nanang berhasil mengawinkan motif lokal dengan gaya seni lukis China yang berfokus pada rangkaian daun, bunga dan burung Phoenix. 

 

Manequin padu padan batik formal

 

 

Manequin padu padan di papan pameran
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Wow, keren-keren banget ya koleksinya. Aku jadi pengen pakai di acara spesialku nanti mumpung ada rekomendasi padu padannya juga nih.

#Mon-FridayAGT






---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Whatsapp Group kami! Klik di sini untuk bergabung