Mengatur Keuangan Keluarga di Masa Pandemi Covid-19 (Sumber gambar : gambar pribadi dan di edit dengan Aplikasi PicsArt)
Likes
Selama #dirumahsaja, bagaimana mengatur keuangan di masa pandemi Covid-19 ?
Ada banyak keuntungan dalam mengatur keuangan di masa pandemi Covid-19 dikarenakan ada beberapa sektor ditutup. Sehingga pelayanan pun beralih dengan menggunakan teknologi Online. Misalkan sebelum masa pandemi covid-19, setiap akhir pekan, meluangkan waktu untuk jalan-jalan ke Mal ataupun pergi ke tempat wisata lainnya, tentu saja memerlukan dana selama perjalanan.
Saya memiliki 1 keluarga terdiri dari Suami, Istri dan 1 anak Balita. Suami aktif bekerja di sebuah perusahaan Telekomunikasi, Istri baru saja mengalami PHK setelah bekerja 7 tahun dan anak masih berusia 13 bulan.
Apa yang harus dilakukan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari? Tentu Suami menyerahkan kepada Istri untuk membantu dalam mengatur keuangan rumah tangga. Istri mengalami PHK tidak mendapatkan uang pesangon hanya uang penghargaan masa kerja (PMK).
Ada untungnya juga istri bekerja belajar sedikit tentang manajemen keuangan. Apakah mempunyai tabungan? Tentu saja ada tabungan yang sebelumnya sudah diatur yaitu Tabungan khusus Pendidikan Anak, Tabungan untuk Dana Darurat, dan Tabungan Pribadi.
Tabungan Pendidikan Anak harus dipersiapkan sejak dini, mengingat akan banyak kebutuhan sekolah sang Anak. Ini sudah dibicarakan pasca melahirkan dengan suami bagaimana menyisihkan sebagian pemasukan untuk hal tersebut. Karena kita sama-sama memiliki kekhawatiran dengan masa depan yang tidak bisa diprediksi.
Anak adalah aset keluarga yang berharga agar bisa mendapatkan pendidikan yang baik sampai dewasa nanti. Suami membuka buku tabungan atas nama anak. Tabungan pendidikan ini tidak boleh diganggu gugat dengan apapun alasannya ini hanya boleh digunakan saat anak sudah memasuki masa sekolahnya.
Dana Darurat adalah dana yang harus siap sedia jika ada hal-hal yang tidak diinginkan membutuhkan pemakaian dana tersebut. Seperti apakah kondisi yang membutuhkan dana darurat? Jika ada salah satu anggota mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit meskipun memiliki asuransi kesehatan dari kantor suami yang akan mengcover biaya perawatan inap di rumah sakit tetapi ternyata tidak semuanya di cover misalkan ada pemeriksaan laboratorium, obat atau alat kesehatan tertentu.
Kita harus memiliki pemikiran bagaimana menyimpan Dana Darurat di masa depan yang kita benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi. Jangan cepat puas dengan Pemasukan yang selama ini diterima kemudian dihabiskan tanpa manfaat yang berarti. Contohnya Saya sebagai Istri yang bekerja akhirnya menerima kenyataan pahit bahwa saya diberhentikan bekerja/ PHK, secara halusnya diminta surat pengunduran diri dengan alasan Pandemi Covid-19. Rasa kecewa pasti ada dalam hati tetapi saya cukup tenang karena sudah memiliki tabungan dan suami masih aktif bekerja.
Keberadaan dana darurat menjadi urgen di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini, terkhusus bagi pekerja yang mengalami penurunan pendapatan. Apalagi, ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 membuat banyak perusahaan mulai mengalami penurunan omzet sehingga jika pandemi berkepanjangan dikhawatirkan perusahaan tidak akan bertahan lama.
Perencana Keuangan One Shield Consulting Budi Raharjo mengatakan, biasanya dalam kondisi normal, perencana keuangan merekomendasikan dana darurat yang harus disiapkan adalah 3 hingga 6 bulan rata-rata pengeluaran per bulan.(Sumber : Personal Finance Bisnis.com dalam artikel yang ditulis Maria Elena“Berapa Jumlah Dana Darurat yang harus disiapkan di masa pandemi covid-19?”)
Tabungan Pribadi setiap bulannya perusahaan tempat bekerja selalu mentransfer Upah kerja di rekening pribadi milik suami maupun istri. Meskipun digunakan untuk pengeluaran sehari-hari dan menyisakan sebagian pemasukan ini ke beberapa tabungan (tabungan pendidikan anak dan tabungan dana darurat) juga diusahakan memiliki tabungan pribadi paling minimalnya 500,000 tersisa dari total pemasukan yang diterima. Mengapa tabungan pribadi ini harus ada? Ini bisa digunakan seperti ingin membeli sesuatu dengan mencicil tabungan.
Dalam hidup harus mempunyai Prinsip “Anti Memiliki Hutang ataupun kartu kredit.” Agar hidup kita tenang kedepannya. Jika mempunyai suatu keinginan, harus bersabar dengan mencicil tabungan. Rasanya akan sangat nikmat jika kita berhasil mendapatkan sesuatu dengan membayar Tunai tanpa hutang ataupun menggunakan kartu kredit.
Mempunyai harga diri jangan mencoba-coba untuk memiliki hutang agar hidup kita tenang dan menjaga kepercayaan orang-orang disekeliling kita. Bagi orang lain tidak masalah memiliki hutang tetapi diganti uangnya. Lain hal apabila kita meminjam uang kemudian kita tidak pernah menggantinya. Hilang kepercayaan adalah hal yang sangat tidak menyenangkan.
Tidak punya Hutang dan mempunyai hubungan baik dengan siapapun adalah harapan hidup yang sesungguhnya, Hidup Damai dan Bahagia.
Berbeda jika ada dua pemasukan suami istri bekerja yaitu tabungan bertambah dan bisa berbagi dalam kebaikan terhadap orang lain misalkan sedekah. Bukan berarti tabungan sudah tidak bertambah seperti biasanya lalu tidak bisa bersedekah.
Sedekah adalah amal kebaikan dalam bentuk syukur atas rezeki yang diterima sampai saat ini. Sebetulnya kondisi Pandemi Covid-19 dan himbauan pemerintah terkait untuk tetap #dirumahsaja, diambil sisi positifnya yaitu berhemat. Pengeluaran pun tidak akan sebanyak seperti sebelumnya.
Pengeluaran tetap yaitu Uang Bensin, suami menggunakan Motor untuk perjalanan pulang pergi ke kantornya dengan Jarak waktu 30 menit. Kemudian pengeluaran Makan sehari-hari, kuota internet bulanan dan susu anak yang bisa dipesan secara Online (melihat perbandingan Harga lebih murah diantara toko-toko online).
Uang THR (Tunjangan Hari Raya), ini adalah bagian yang ditunggu-tunggu oleh siapapun termasuk saya karena tahun ini tidak mendapat THR, suami saya masih mendapatkannya. Hanya saja ada hal yang tidak sama dari tahun-tahun sebelumnya, dengan alasan Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pemasukan Perusahaan tidak maksimal seperti biasanya sehingga terjadi pengurangan uang THR di kantor suami untuk setiap karyawan menerima uang THR sebesar 90%.
Suami sempat kecewa dengan berita tersebut, saya sebagai seorang istri menenangkan suami tetap bersyukur masih mendapat uang THR dan aktif bekerja. Setelah suami mentransfer uang THR, anehnya kita tidak mempunyai pikiran untuk belanja spesial seperti baju lebaran.
Lebaran tahun ini berbeda karena menghadapi situasi tak terduga pandemi Covid-19 yaitu tidak ada perayaan Lebaran seperti biasanya ada kegiatan salam-salaman dengan tetangga ataupun kerabat, serta ibadah sholat Idulfitri ditiadakan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 dan menghimbau seluruh masyarakat berlebaran #dirumahsaja.
Jika ingin bersilaturahmi bisa dilakukan dengan Virtual/ teknologi aplikasi Online secara tatap muka dalam video. Suami tidak saja menerima uang THR tetapi juga mendapat gaji bulanan. Saya atur pemasukan dari suami saya dengan membedakan pengeluaran yang wajib dan tetap menabung.
Independent Financial Planner OneShildt Budi Raharjo mengatakan dalam situasi normal, THR merupakan penghasilan tahunan bagi karyawan digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran besar saat hari raya.
Prioritas penggunaannya biasanya adalah untuk persiapan mudik, membeli baju baru untuk keperluan hari raya, liburan dan sebagainya. Penggunaan yang lebih bijak dapat disisihkan untuk pengeluaran tahunan lainnya yang besar, seperti hari raya kurban.
“Prioritas penggunaan dana THR untuk saat ini harus dibedakan tentunya, antara golongan yang terkena dampak negatif covid dan yang secara penghasilan justru semakin terdorong positif keuangannya,” jelas Budi kepada Bisnis.com. (Sumber : Personal Finance Bisnis.com dalam artikel yang ditulis Asteria Desi Kartika Sari“Terima duit THR, Ini 3 tips mengelolanya di tengah Pandemi)”.
Contoh Rincian Pemasukan dan Pengeluaran
Pemasukan per Bulan (Nafkah Suami) Rp. 3,000,000
A. Pengeluaran
1. Uang Bensin Motor Rp. 100,000
2. Uang Kuota Bulanan Rp. 200,000
3. Uang Makan 1 Bulan (Suami, Istri, Anak) Rp. 1,000,000
4. Uang Listrik Air Rp. 300,000
5. Uang Susu Anak 1 Tahun Rp. 600,000
6. Sedekah Rp. 100,000
B. Jumlah Pengeluaran Rp. 2,300,000
Saldo (Jumlah Pemasukan – Jumlah Pengeluaran) Rp. 700,000,- (Tabungan Bulanan)
C. Pemasukan THR 90 persen dari Gaji Bulanan Rp. 2,700,000
D. Pengeluaran
1. Uang Zakat Rp. 250,000
2. Uang THR Orangtua Istri Rp. 1,000,000
3. Uang THR Kakak Suami Rp. 1,000,000
Saldo THR (Jumlah Pemasukan – Jumlah Pengeluaran) Rp. 450,000,-(Tabungan Bulanan)
Catatan: Tabungan Bulanan dimasukkan ke dalam tabungan Dana Darurat. Untuk Tabungan Pribadi dan Tabungan Pendidikan Anak yang sudah terkumpul sebelumnya di Skip dulu. Ada rencana kedepannya Istri mencari pekerjaan atau membuka usaha untuk menambah pemasukan atau tabungan yang di skip tersebut.
“Sehingga dana THR dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menambah dana darurat atau mengantisipasi pengeluaran besar lainnya di bulan-bulan ke depan,” kata Independent Financial Planner OneShildt Budi Raharjo kepada Bisnis.com.
Perlu disyukuri dengan kejadian saat ini Masa Pandemi Covid-19 menuju Era New Normal, kita harus bisa berhemat. Sisa uang yang menjadi tabungan bulanan ini menjadi tabungan Dana Darurat. Kita berharap akan selalu dalam kondisi sehat dan berpikir positif.
Tidak ada salahnya mengatur keuangan ini dimulai dengan menghitung berapa banyak uang yang dikeluarkan dari jumlah pemasukan. Sebisa mungkin ada saldo yang ditetapkan menjadi Tabungan Bulanan.
Lebih Bijak dalam mengatur Keuangan di masa Pandemi Covid-19. Hilangkan Rasa ingin ini itu. Pikirkan kembali saat menggunakan uangnya lebih baik untuk kepentingan keluarga dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
Harapan: semoga Pandemi Covid-19 atau Wabah Corona segera berakhir, Bumi dalam keadaan Sehat dan Perekonomian di Indonesia membaik.
Komentar
12 Jun 2023 - 08:10
keren, sampai sekarang juga wajib diterapkan