Begini Cara Hidup Damai Tanpa Beban Utang

Debt - Canva

Like

Berutang mungkin bisa jadi cara yang kamu lakukan di saat kondisi keuangan kamu sedang terdesak. Di sisi lain, utang ternyata juga jadi bagian dari gaya hidup lho, Be-emers.

Apalagi, di era sekarang, banyak platform yang bisa memudahkan kita untuk mengajukan kredit atau berutang. Bahkan, enggak jarang, utang tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumtif.

Di balik kemudahan untuk melakukan pinjaman, sebenarnya “beban” enggak sih punya utang?

Soalnya, utang kan katanya “dibawa mati” nih, Be-emers. Kalau enggak sanggup bayar, bahkan kamu bisa dikejar-kejar 'debt collector' lho!

Namun, sebenarnya kita bisa lho hidup tanpa berutang. Atau, kalaupun harus berutang, ternyata kita tetap bisa melakukannya tanpa “beban” nih, Be-emers.


Pasalnya, hidup tanpa utang seperti 99 persen mustahil dilakukan oleh manusia. Makanya, biar utang kamu enggak membebani hidup, dikutip dari Bisnis, ada sejumlah cara nih yang bisa kamu lakukan.

Baca Juga: Jangan Asal Utang, Begini Tips untuk Milenial yang Mau Manfaatkan Kredit Fintech
 

Utang untuk Kebutuhan Produktif

Utang produktif itu sebenarnya punya ciri khas lho, yakni bisa meningkatkan penghasilan sekaligus nilai kekayaan kita di masa depan.

Misalnya, utang berupa cicilan logam mulia atau bahkan KPR. Bentuk utang tersebut bisa disebut utang produktif karena bisa memberikan leverage buat kamu dalam meningkatkan cuan hingga melakukan akumulasi aset.
 

Hindari Utang Konsumtif

Kebalikannya dari utang produktif, kamu sebaiknya menghindari utang yang bersifat konsumtif nih, Be-emers.

Sebaiknya sih, hindari melakukan cicilan untuk barang yang menjadi keinginan kamu saja. Kecuali, kamu memang benar-benar membutuhkannya.

Jadi, sebelum mengajukan cicilan, sebaiknya pikir ulang dulu ya, apakah barang tersebut kamu butuhkan atau hanya sekedar keinginan semata.

Baca Juga: Terjebak Utang di Masa Pandemi? Jangan khawatir Begini Solusinya
 

Jumlah Utang Maksimal per Bulan

Nah, sebenarnya, setiap cicilan atau utang itu juga ada batas maksimalnya lho! Hal itu dilakukan agar kondisi keuangan kamu tetap sehat dan bisa mengurangi kecanduan utang.

Sementara itu, penilaian “kesehatan” utang secara sederhananya sih, bisa kamu lakukan berdasarkan dua hal: debt service ratio dan debt to asset ratio.

Jadi, nilai debt service ratio (DSR) atau rasio pelunasan (cicilan) utang maksimal adalah 35 persen dari penghasilan. Sedangkan untuk debt to asset ratio, nilai wajar dari total utang tertunggak kita yakni maksimal hanya 50 persen dari aset.

Soalnya, cicilan atau utang yang terlalu banyak bisa bikin kualitas hidup kamu menurun lho, Be-emers. Bukan tanpa sebab, kemampuan kita dalam mencukupi hidup pun bakal terganggu jika hal itu terjadi.

Bahkan, kita bakal jadi lebih sulit buat menyisihkan uang untuk kebutuhan yang lebih penting kayak dana darurat, asuransi, hingga investasi jangka panjang.

Bayangin, kalau kamu sampai kehilangan penghasilan hanya untuk bayar cicilan, kamu terpaksa haru melikuidasi aset. Apalagi, kalau misalnya total utang kamu setara 70 persen dari nilai aset, maka sisa aset kamu setelah utang dibayar lunas yakni hanya 30 persen dari total nilai awal.

Adapun, nilai aset yang menyusut juga bisa menggerus nilai kekayaan bersih kamu lho, Be-emers.

Jadi, kamu tetap akan mengajukan kredit dengan mempertimbangkan hal itu enggak, Be-emers?

Kalau ada tips tambahan soal utang atau seputar keuangan, bisa langsung komen di bawah ya. Bisa juga sih langsung ditulis sebagai artikel di website Bisnis Muda. Hihi