Sumber Gambar : Google
Likes
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kebutuhan akan ayam setiap tahunnya meningkat. Hal ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi.
Namun, masalahnya kenaikan ongkos produksi membuat harga ayam domestik melambung tinggi bahkan bisa lebih mahal dari negara lain.
Harga ayam di Tanah Air kisarannya hanya lebih rendah dari Filipina dan Vietnam di mana kedua negara tersebut pola konsumsi masyarakatnya lebih condong ke daging babi. Bahkan lebih mirisnya lagi harga daging ayam di dalam negeri lebih murah 24 persen dibanding di Uni Eropa.
Diketahui, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kalau Indonesia bakal membuka keran impor bagi komoditas ayam asal Brasil. Hal ini menyusul kekalahan Indonesia atas gugatan yang diajukan pemerintah Brasil ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Brasil membuka panel untuk menyelidiki kebijakan Indonesia mengenai impor unggas dari negaranya.
Baca Juga: Tertarik Berbisnis Ternak Ayam dengan Teknologi? Intip Caranya di Sini
Selain itu, jika Indonesia masih menutup impor daging ayam dari Brasil, negara tersebut bisa saja menyerang balik ekspor Indonesia, dan langkah ini juga akan diikuti negara-negara lain. Yang jelas, kerana impor hanya dibuka jika ada permintaan dari dalam negeri.
Alasan mengapa Indonesia tidak membuka keran impor dari Brasil dikarenakan masalah halal. Ayam dari Brasil tidak bisa masuk ke Indonesia sebab tidak mengantongi sertifikasi sanitasi internasional dan sertifikat halal.
Untuk itu, pihak Brasil akan bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama untuk memastikan terpenuhinya kehalalan komoditas ayam yang masuk ke Indonesia.
Harga daging ayam dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain juga terkonfirmasi oleh pernyataan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra.
Apa yang membuat harga daging ayam nasional jauh lebih tinggi dibanding negara lain adalah biaya produksi terutama pakan yang terus meningkat. Salah satu bahan baku untuk pakan adalah harga jagung yang terus melambung membuat biaya produksi meningkat.
Belum lagi harga jagung di Indonesia bahkan tiga kali lebih tinggi dibanding rata-rata harga jagung internasional. Inilah yang membuat Syailendra mengatakan bahwa industri ayam dalam negeri kalah saing dengan negara lain.
Baca Juga: Tren Gowes, Siap-siap Bakal Ada Aturan Baru Impor Sepeda
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.