Menjaga Ketahanan Keuangan Saat Pandemi

Pentingnya menjaga ketahanan keuangan (Sumber gambar: https://www.99.co/blog/indonesia/mengatur-keuangan-saat-pandemi/)

Like

Hampir semua sektor tertatih-tatih kala pandemi corona. Ketahanan keuangan keluarga tak lebih dari tiga bulan. Bahkan, banyak yang hanya bisa bertahan sebulan.

Mengeluh bukanlah solusi. Manusia diciptakan mempunyai kemampuan berpikir dan beradaptasi. Setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan, yaitu (a) mengumpulkan ide, (b) mengurangi pengeluaran, dan (c) menghasilkan uang.
 
Mengeluh bukanlah solusi.

Pertama, mengumpulkan ide. Dalam berusaha, ada perintis dan pengikut. Perhatikan apa yang dikerjakan orang-orang sekitar.

Jika mereka ramai berjualan beras, misalnya, carilah dagangan lain yang belum banyak ditawarkan. Begitu pula dengan segmen pasar.

Pilih kelompok atau grup WA (WhatsApp) yang belum, atau jarang sekali ada promosi sebuah barang. Ingat! Selisih harga seribu rupiah saja akan diburu orang, apalagi di masa seperti ini.
 
Ide bisa juga didapat dengan cara mengikuti seminar daring. Sekian banyak seminar atau pelatihan daring gratis diselenggarakan, baik oleh pribadi, perusahaan, maupun institusi.


Ada pula yang gratis dengan catatan, apabila menginginkan sertifikat elektronik, maka peserta harus membayar. Apabila tidak menunjang penilaian kinerja pegawai, tak perlulah mengambil sertifikat.

Saat seminar, aktiflah bertanya atau menjawab soal. Ini menunjukkan kita serius mengikuti. Selain itu, terkadang ada voucher atau hadiah lain bagi penanya atau peserta yang betul menjawab kuis. Lumayan, lah.

Apakah kita harus mengikuti banyak seminar ataukah hanya yang berdampak langsung terhadap pemasukan? Kemampuan ibarat pisau yang harus terus diasah. Meskipun dampak seminar tak langsung dirasakan saat ini, tetaplah ikut. Ada sebuah nasihat, “Keberuntungan adalah persiapan bertemu dengan kesempatan.”
Keberuntungan adalah persiapan bertemu dengan kesempatan.

Kedua, mengurangi pengeluaran. Prinsip yang harus dipegang adalah tetap sehat meski berhemat. Ada anggapan bahwa hemat dan pelit itu beda tipis.

Untuk membedakannya sederhana saja. Selama yang dibeli adalah kebutuhan, bukan keinginan, itu disebut hemat.

Bagaimana cara berhemat dalam membeli kebutuhan? Ibu-ibu paling jago di bidang ini. Minimarket kerap membuat promo akhir pekan dengan istilah JSM (Jumat, Sabtu, dan Minggu). Mereka juga sering kali membuat promo akhir bulan.

Tak hanya minimarket, toko-toko di perkampungan juga ada yang menjual kebutuhan sehari-hari dengan harga murah, bahkan lebih murah dari minimarket. Apalagi, saat ini banyak pribadi berjualan, meski tak punya toko. Di sinilah kepiawaian ibu-ibu berburu diskon atau harga murah.

Ada juga cara lain yang berdampak tidak langsung terhadap penurunan anggaran belanja. Cara ini paling efektif dilakukan oleh, sekali lagi, ibu-ibu. Hidup ibu-ibu!

Bagilah ilmu terhadap orang-orang di grup WA, misalnya grup wali murid satu kelas. Apa saja dapat dibagi. Contoh sederhana adalah bagaimana cara meng-edit foto lewat HP.

Saat siswa belajar di rumah, laporan ke guru berupa empat hal dijadikan satu gambar, yaitu foto siswa disertai label (tag) waktu dan lokasi, tangkapan layar HP bukti telah mengerjakan, nama siswa dan nomor absen, serta nama mata pelajaran. Sejumlah orang tua ternyata belum tahu cara membuatnya. Ada pula yang bisa tapi kurang menarik, karena aplikasi yang digunakan terlalu sederhana.

Apa keuntungan yang didapat? Yang paling utama adalah pahala atas kebajikan. Adakah efek lain? Tentu.

Jika metode berbagi ilmu dilaksanakan berulang kali, maka akan ada “kiriman” datang ke rumah. Bisa jadi seorang wali murid pulang ke desa, lalu setelah tiba mengirim beberapa kilogram beras. Kalau ada yang membuat asinan atau sayur, satu mangkuk diantar ke kediaman. Dan, masih banyak lagi.

Apabila konsep ini diterapkan ke beberapa grup WA, silakan bayangkan sendiri dampak yang akan dirasakan. Percayalah, tak ada istilah rugi dalam berbuat kebaikan.

Pengeluaran lain yang dapat dihilangkan sementara adalah pembayaran kredit kendaraan/rumah dan premi asuransi bulanan. Relaksasi dapat diajukan untuk membantu “bernafas” di saat susah seperti ini. Pembayaran bisa ditiadakan selama beberapa bulan untuk disesuaikan saat kondisi normal kembali.

Ketiga, menghasilkan uang. Modal dalam berusaha adalah uang, kemampuan, dan integritas. Keterbatasan uang dapat diatasi dengan menjadi perantara (dropshipper), yang bertugas memasarkan produk penjual.

Pekerjaan ini tidak harus di marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak, tetapi bisa juga kepada penjual pribadi. Hubungi saudara, teman atau tetangga yang berjualan, apalagi bila sebelum pandemi sudah menjalankan bisnis tersebut.

Tawarkan diri sebagai perantara, dengan begitu pangsa pasar mereka semakin besar. Mengapa harus saudara, teman atau tetangga? Karena kita harus bekerja sama dengan orang yang sudah dikenal. Kepercayaan adalah kunci dalam berusaha.

Namun, jangan sampai terlena. Ingat selalu pesan Bang Napi, seorang tokoh di sebuah stasiun televisi swasta, “Kejahatan tidak selalu terjadi hanya karena niat pelakunya, tetapi juga kesempatan. Waspadalah, waspadalah!”

Kondisi ekonomi yang begitu sulit sanggup membuat sebagian orang gelap mata. Yang penting uang, uang, dan uang.

Ada pelajaran penting di kisah nyata berikut. Peristiwa ini terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri 1441H/2020. Seorang penjual, Si A, membeli minyak goreng kemasan ke tetangganya, Si X, yang mengontrak rumah beberapa puluh meter dari A. X mengaku bekerja di distributor sehingga bisa menjual dengan harga lebih murah. Selama beberapa kali transaksi tidak ada masalah.

Akhirnya, banyak teman A, para penjual eceran, yang pesan. Terkumpullah uang sekitar delapan puluh juta. Perjanjian diadakan di atas kertas bermaterai antara A dan X, serta ditandatangani oleh saksi-saksi.

Uang ditransfer semua sebagai syarat. Yang terjadi sungguh di luar harapan. Pesanan tak kunjung datang. X melarikan diri entah ke mana. Tertipu membuat ketahanan keuangan ambyar. Berhati-hatilah!

Selama menjadi perantara, laba sebaiknya ditabung. Apabila sudah cukup, dapat digunakan untuk usaha sendiri, selain tetap menjadi perantara. Dengan demikian ada dua pemasukan sekaligus. Seorang motivator pernah memberi nasihat, “Usaha itu kecil dulu, bagus, baru dikembangkan.”

Cara lain memperoleh pendapatan tambahan adalah mengikuti lomba. Pandemi bukanlah akhir segalanya. Kalau belajar dan bekerja saja bisa dikerjakan dari rumah, mengapa perlombaan tidak? Baca puisi, pidato, pembuatan film pendek, infografis, dan menulis, adalah contoh lomba yang dapat dilaksanakan secara daring.

Banyak sekali lomba daring yang diselenggarakan selama masa pandemi, baik oleh kampus, perkumpulan, perusahaan, media elektronik, maupun instansi pemerintah. Peserta pun ada yang mulai pelajar hingga umum. Setiap anggota keluarga bisa mengikuti salah satu lomba. Tujuan utama adalah melatih dan meningkatkan kemampuan diri. Hadiah berupa uang termasuk tujuan yang lebih utama. Ini serius, bukan guyonan. :)
Saat kita melaksanakan sebuah ide, maka ide-ide baru akan bermunculan.
Demikianlah hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga ketahanan keuangan keluarga di masa pandemi. Ada petuah bijak yang harus senantiasa diingat, “Saat kita melaksanakan sebuah ide, maka ide-ide baru akan bermunculan.”


Baca juga: Mending jadi Reseller, Dropshipper, atau Jastip buat Berbisnis?