Mengenal Strategi Lump Sum dalam Investasi Reksa Dana

Apa Itu Strategi Investasi Lump Sum Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva

Like

Kamu lebih suka berinvestasi sekaligus dalam jumlah besar? Wah, bisa jadi, kamu termasuk orang yang cocok menggunakan strategi investasi lump sum nih, Be-emers.

Dalam berinvestasi, ada banyak strategi yang bisa kamu gunakan untuk mendapatkan keuntungan. Selain melakukan riset atau analisis, cara membeli aset investasi juga bisa menjadi strategi dalam meraih cuan lho.

Ada orang yang suka berinvestasi dalam jumlah kecil tapi rutin dan konsisten dilakukan setiap bulannya. Dengan kata lain, orang-orang tersebut memilih untuk menerapkan strategi Dollar Cost Averaging.

Baca Juga: Apa Itu Dollar Cost Averaging dalam Reksa Dana?

Di sisi lain, ada orang yang lebih suka untuk membeli aset investasi dalam jumlah besar secara sekaligus untuk meraih cuan. Nah, orang-orang tersebut telah menerapkan strategi lump sum, Be-emers.
 

Apa Itu Lump Sum?

Pada dasarnya, dikutip dari Investopedia, lump sum adalah metode pembayaran dengan jumlah yang sering kali besar dan dibayarkan dalam satu pembayaran tunggal. Selain itu, pembayaran lump sum juga digunakan untuk menggambarkan pembayaran massal dengan tujuan tertentu.


Misalnya, perusahaan membayar sekaligus satu anggaran untuk banyak inventaris bisnis. Dalam investasi reksa dana misalnya, strategi lump sum terjadi saat kamu melakukan pembelian dalam jumlah besar untuk berinvestasi pada lebih dari satu produk reksa dana.

Dikutip Bareksa, lump sum yakni menyetor dana besar di awal investasi dan membiarkan uang investasi tersebut bergerak naik dan turun mengikuti perkembangan pasar.

Beda dengan penerapan Dollar Cost Averaging, strategi lump sum enggak mewajibkan investor untuk melakukan investasi tambahan atau investasi rutin, melainkan menunggu hingga investor memutuskan untuk menjual/mencairkannya.
 

Keunggulan dan Risiko Strategi Investasi Lump Sum

Di tahun 2012, dilansir Forbes, penelitian yang dilakukan Vanguard menunjukkan bahwa pada akhir periode 10 tahun, investasi lump sum lebih unggul dibanding Dollar Cost Averaging. Lalu, apa lagi keunggulan lainnya dari investasi dengan strategi lump sum?
 

1. Efektif untuk Investasi

Strategi lump sum juga dinilai efektif digunakan untuk berinvestasi. Asalkan, hal tersebut dilakukan di waktu yang tepat.

Jika kamu berinvestasi di reksa dana, dikutip Bareksa, kamu bisa menerapkan strategi investasi lump sum saat harga Nilai Aktiva Bersih (NAB) sedang turun di posisi terendah. Dengan begitu, hal tersebut bisa memungkinkan kamu untuk mendapatkan lebih banyak unit investasi di harga yang lebih murah.

Selain itu, dilansir dari laman Fincash, investasi lump sum yang notabene dilakukan dalam jumlah besar di reksa dana juga bisa menghasilkan cuan yang besar. Misalnya, saat pasar menunjukkan masa pertumbuhan, maka nilai investasi juga meningkat cukup besar.
 

2. Cocok untuk Investasi Jangka Panjang

Strategi investasi lump sum juga dinilai cocok untuk investasi jangka panjang nih, Be-emers. Fincash menyebut, investasi jangka panjang dengan strategi lump sum bisa dipertimbangkan untuk perkiraan masa investasi 10 tahun atau lebih.

Selain itu, dikutip dari laman Bareksa, strategi lump sum memang sebaiknya digunakan untuk investasi yang pergerakan trennya naik dalam jangka panjang.

Di sisi lain, strategi investasi lump sum ternyata juga punya risiko nih, antara lain:
  • Butuh dana investasi yang besar, sehingga enggak cocok untuk investor yang punya dana pas-pasan.
  • kalau dilakukan di waktu yang kurang tepat, misalnya saat harga reksa dana lagi turun, investor bisa boncos alias rugi besar!


Nah, kamu tipe yang lebih cocok melakukan investasi dengan strategi lump sum?