Penjualan Lambat, Saham Pandora Sebagai Produsen Perhiasan Terbesar di Dunia Anjlok Illustration Web Bisnis Muda - Canva
Likes
Saham Pandora, pembuat perhiasan terbesar di dunia berdasarkan kapasitas produksinya, turun tajam pada hari Senin (01/10). Hal tersebut disebabkan karena para investor khawatir tentang pertumbuhan penjualan yang lemah di tokonya sendiri pada kuartal ketiga.
Perusahaan asal Denmark itu mengangkat prospek setahun penuh, mengacu pada penjualan Amerika Serikat yang kuat. Sayangnya, harga sahamnya turun hampir 7 persen pada awal perdagangan karena penjualan di toko ritel Pandora hanya tumbuh sebesar 5 persen pada kuartal ketiga, sementara analis memperkirakan pertumbuhan 14 persen. .
Beberapa waktu lalu, saham Pandora sempat melonjak 40 persen tahun ini karena perusahaan telah melihat tingkat penjualan tertinggi sebelum pandemi sejak toko dibuka kembali setelah penguncian.
Namun, menurut analis Sydbank Per Fogh, pertumbuhan penjualan agak mengecewakan di Q3.
Perusahaan mengatakan terus melihat penjualan yang kuat di Amerika Serikat, yang merupakan pasar terbesarnya, pada kuartal ketiga karena stimulus besar-besaran pemerintah dan vaksinasi terhadap COVID-19 memicu pengeluaran untuk barang dan jasa.
Di tahun 2021, Pandora kini mengharapkan pertumbuhan penjualan organik dari 18 persen menjadi 20 persen, naik dari perkiraan sebelumnya yaitu 16 persen menjadi 18 persen, dan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) margin dari 24 persen menjadi 24,5 persen, naik dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 23 persen hingga 24 persen.
Sayangnya, semua target itu masih berada di bawah perkiraan rata-rata sebesar 24,6 persen menurut analis. Ia juga menambahkan bahwa COVID-19 dan tingkat pertumbuhan AS yang luar biasa tinggi terus menciptakan ketidakpastian yang meningkat.
Di sisi lain, Pandora, yang terkenal dengan gelang pesona peraknya, mengatakan penjualan kuartal ketiga mencapai $734,92 juta atau setara dengan Rp 10,4 triliun, mengalahkan perkiraan dari jajak pendapat analis yang disusun oleh perusahaan.
Perusahaan melaporkan EBIT triwulanan di atas perkiraan analis, dan menghasilkan margin EBIT sebesar 20,2 persen. Pertumbuhan pendapatan dan margin EBIT terangkat oleh kinerja ekonomi Amerika Serikat yang kuat dan juga peningkatan daya beli di Eropa karena pembatasan COVID-19 dilonggarkan.
Baca Juga: Kerek Performa IHSG, Ini Faktor yang Bikin Investor Asing Masuk Pasar Modal
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.