Begini Strategi Jualan Online UMKM Ala Nata Coffee

Begini Strategi Jualan Online UMKM Ala Nata Coffee Illustration Bisnis Muda - Image: Canva

Like

Di era digital seperti saat ini, jualan secara online sudah menjadi hal yang lumrah, Be-emers. Nah, agar bisa bersaing secara sehat dengan kompetitor, ternyata kamu bisa lho menerapkan sejumlah strategi untuk jualan online seperti yang dilakukan oleh Nata Coffee.

Di tahun 2014, Anres memutuskan untuk mendirikan sebuah usaha kopi bernama Nata Coffee. UMKM asal Bandung, Jawa Barat itu memulai usahanya dengan berjualan menggunakan gerobak di sebuah lapak berukuran 3x5 meter.

Namun, pandemi Covid-19 membuat Nata Coffee harus tetap bertahan dengan berjualan secara online. Menariknya, saat berjualan secara online, Nata Coffee justru banyak melewati rintangan nih, Be-emers.

 

Gerobak Pertama Nata Coffee - Image: Dok Pribadi Nata Coffee


Soalnya, jualan online itu enggak semudah yang dibayangkan lho. Apalagi, persaingan di ranah digital semakin sengit.

Dikutip dari acara Youngpreneur Talk Komunitas UMKM Bisnis Indonesia pada 25 Februari 2022, Anres yang merupakan pendiri Nata Coffee berbagi cerita soal perjalanan UMKM miliknya nih, Be-emers.


Sebenarnya jauh sebelum pandemi, tepatnya pada tahun 2017, Nata Coffee sempat mencoba berjualan secara online dengan melakukan promosi di Instagram dan Facebook. Sayangnya, hal itu gagal karena salah strategi.

Baca Juga: Jualan di Website Sendiri VS Marketplace dan Medsos, Mana yang Lebih Cuan?

Menurut Anres, saat itu Nata Coffee langsung berjualan di media sosial. Padahal, ia menilai bahwa sebaiknya UMKM-nya melakukan strategi “sharing” terlebih dulu, baru “selling” nih, Be-emers.

 

Strategi Jualan Online UMKM

Desember 2020, Nata Coffee mulai merencanakan strategi baru karena sudah menyesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19. Sayangnya, UMKM yang mulai menjual produk roasted coffee sendiri itu terpaksa vakum 8 bulan karena sang pemilik sekaligus founder dari Nata Coffee mengalami cedera tulang nih,Be-emers.

Setelah berbulan-bulan vakum, pada Oktober 2021, Nata Coffee memulai lagi dari nol. Anres pun mulai mencari hal-hal yang harus membuat bisnisnya tumbuh menjadi lebih cepat.

Nah, Anres menyebutkan kalau Nata Coffee sebenarnya menggunakan dua macam strategi promosi. Pertama yaitu strategi mengingatkan dan yang kedua, yaitu strategi menawarkan.

 

Produk Roasted Coffee Nata Coffee - Image: Instagram Nata Coffee


Strategi mengingatkan di sini, tujuannya untuk membangun awareness nih, Be-emers. Selain itu, Nata Coffee membangun awareness dengan cara organik lho!

“Supaya satu Indonesia ini tahu bahwa ada Nata Coffee,” - Anres, Founder Nata Coffee


Sementara itu, strategi menawarkan sendiri punya goal yakni selling alias jualan. Selain berjualan di marketplace, Nata Coffee juga menggunakan iklan berbayar untuk mengoptimalisasi penjualan dan awareness.

Anres mengatakan, Nata Coffee 80 persen menggunakan strategi menawarkan dan langsung terjun ke selling. Sedangkan strategi mengingatkan, hanya digunakan sebesar 20 persen saja.

Soalnya, dengan kondisi UMKM yang memiliki budget terbatas, Anres menilai bahwa yang dibutuhkan di awal untuk tumbuh cepat adalah dengan cara jualan. Jualan pun dinilai sebagai darahnya suatu bisnis.

Untuk itu, Nata Coffee pun memilih untuk mengejar penjualan. Dalam menjalankan strategi menawarkan alias jualan, Nata Coffee melakukan sejumlah cara, antara lain:
  • Mencari tempat yang “basah” (strategis)
  • Pakai nilai tambah, seperti memberikan bonus produk atau diskon.
  • Penawaran yang dahsyat (Killer Offered)
  • Call to Action
  • Iklan

Meski begitu, pelan-pelan, Nata Coffee juga tetap membangun branding dengan strategi mengingatkan alias membangun awareness

Baca Juga: Nata Coffee: Mulai dari Digusur, Covid 19, Musibah, Sampai Bermitra dengan Wirda Mansur

 

Cara Mencari Tempat yang “Basah” alias Strategis untuk Jualan Online UMKM

Enggak cuma jualan secara offline, jualan online juga perlu memperhatikan tempat yang strategis lho, Be-emers. Soalnya, kamu bisa memanfaatkan berbagai digital platform seperti website, media sosial, hingga marketplace untuk menjual produk UMKM kamu.

Ibaratnya nih, kamu mau mancing di “kolam” atau di “laut lepas”, Be-emers?

Menurut Anres, ibarat di laut lepas, kamu harus punya kemampuan memancing yang cukup hebat dan peralatan yang mumpuni. Biayanya juga lebih besar, meskipun hasilnya juga akan lebih besar ketimbang mancing di kolam.

 

Cara Mencari Tempat Strategis untuk Jualan Online UMKM Illustration Bisnis Muda - Image; Canva


Nah, untuk skala UMKM, Anres menilai, dengan memilih berjualan di “laut lepas” akan memakan waktu yang cukup lama untuk belajar dan tentunya butuh biaya besar. Padahal, lagi-lagi, budget UMKM terbatas ya, Be-emers.

Dalam hal ini, jika kamu memilih untuk berjualan di platform seperti media sosial, tentunya kamu juga butuh kemampuan untuk mempelajari cara kerja media sosial beserta strateginya. Soalnya, saingan kamu di media sosial tentunya juga banyak dong, Be-emers.

Lain cerita, jika kamu memilih untuk langsung berjualan di marketplace. Menurut Anres, orang-orang yang datang ke marketplace adalah orang-orang yang punya tujuan untuk belanja, sehingga lebih mudah untuk menemukan calon pelanggan di sana.

Jadi, strategi apa yang kira-kira cocok untuk diterapkan di UMKM kamu nih, Be-emers?

Yuk, sharing di kolom komentar atau tulis aja pengalaman kamu di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.

Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung