Panic buying garam dapur di Korea Selatan (sumber gambar: freepik)
Likes
Be-emers, siapa yang bisa mengira bahwa garam dapur biasa bisa menjadi bahan yang paling diburu oleh warga Korea Selatan? Selama seminggu terakhir, fenomena panic buying garam melanda negara tersebut.
Panic Buying Garam di Korea Selatan
Ilustrasi produksi garam (Foto: Canva)
Semua ini berawal dari rencana Jepang untuk membuang limbah beracun dari pembangkit listrik nuklir Fukushima. Laporan dari The Korea Herald mencatat bahwa transaksi daring untuk garam meningkat hingga 817 persen selama periode 7 hingga 13 Juni 2023, dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Tidak hanya itu, penjualan garam di toko konvensional juga mengalami lonjakan signifikan. Hypermarket nasional melaporkan peningkatan penjualan garam di E-mart sebesar 55,6 persen dan garam laut melonjak hingga 118,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lonjakan ini juga terjadi di Lotte Mart dan pusat perbelanjaan daring SSG.com. Seiring dengan peningkatan permintaan, harga garam juga melonjak secara drastis.
Harga eceran lima kilogram garam kasar laut naik 64,2 persen, mencapai 12.942 won atau sekitar Rp148,8 ribu. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan ketersediaan pasokan garam di Korea Selatan.
Meskipun begitu, Menteri Kelautan dan Perikanan Korea Selatan mengatakan bahwa peningkatan permintaan hanya terjadi pada tingkat konsumen, dan stok garam nasional tetap aman.
Menurut kementerian, transaksi semacam itu hanya menyumbang sekitar 7 hingga 8 persen dari total transaksi garam di seluruh negara.
Namun, mereka mengakui bahwa jika lonjakan permintaan dan harga terus meningkat, pemerintah akan mempertimbangkan untuk mengadakan diskon nasional setelah melakukan pembelian garam.
Baca Juga: Sinyal Resesi Korea Selatan dari Ekonom Dunia di 2023
Apa hubungan antara pembuangan limbah dari pembangkit listrik nuklir Fukushima dan panic buying garam?
Sebenarnya, apa hubungan antara pembuangan limbah dari pembangkit listrik nuklir Fukushima dan panic buying garam? Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan, kenaikan harga garam laut kemungkinan besar disebabkan oleh musim hujan yang mengakibatkan penurunan produksi garam.
Foto: Nikkei Asia
Dalam beberapa bulan ke depan, produksi garam diperkirakan akan pulih ke tingkat rata-rata dengan berkurangnya hari hujan dan peningkatan sinar matahari.
Kementerian tersebut juga memberikan jaminan bahwa sejak April, mereka telah melakukan uji radiasi secara berkala di sepuluh lahan garam setiap bulannya, dan hingga saat ini tidak ada zat radioaktif yang terdeteksi.
Bahkan selama kecelakaan nuklir Fukushima pada 2011, uji radiasi dilakukan sebanyak 286 kali untuk garam laut Korea Selatan, dan tidak ada zat radioaktif yang terdeteksi.
Namun, masyarakat Korea Selatan perlu tetap berhati-hati dalam menghadapi situasi ini. Badan Konsumen Korea telah mengeluarkan peringatan kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak terkonfirmasi.
Mereka menemukan kasus penjual di platform e-commerce yang menggunakan desas-desus tentang kontaminasi garam jika limbah dari Fukushima dilepaskan untuk meningkatkan penjualan mereka.
Badan Konsumen Korea menekankan bahwa tindakan semacam itu dianggap sebagai penipuan terhadap konsumen.
Baca Juga: Enggak Bingung Lagi, Kini Perhitungan Umur Korea Ikut Internasional
Sebagai respons terhadap rencana Jepang untuk membuang limbah nuklir, pemerintah Korea Selatan berencana memperluas inspeksi radiasi ke 150 tambang garam, yang menyumbang 50 persen dari produksi garam di negara itu.
Hal ini diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat mengenai keamanan garam yang dikonsumsi. Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak terkonfirmasi.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita untuk tetap tenang dan memastikan bahwa keputusan pembelian didasarkan pada informasi yang akurat dan terpercaya.
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.