Biaya Hidup Makin Tinggi Buat Dompet Makin Tipis, Ini Strateginya!

pexels-karolina-grabowska

Like

Siapa yang merasa gaji yang dulu cukup untuk sampai akhir bulan sekarang 2 minggu sudah habis?  Katakan jika gajian tanggal 25, setelah membayar utang-utang dan kebutuhan prioritas, sisanya hanya bisa digunakan untuk 2-3 minggu saja. 

Lalu bagaimana dengan sisa 1 minggu? Mengapa bisa secepat itu terkikis habis?

Pasca Pandemi Covid-19, semua sektor ekonomi telah bergerak menggeliat seperti sediakala. Namun, hal ini tak berbanding lurus dengan isi dompet pelaku usaha dan pekerja yang dapat langsung menebal lagi.

Pasalnya, kenaikan biaya hidup dan pemutusan pekerjaan atau PHK masih terus berlangsung. Kenaikan biaya hidup bukan hanya pangan tapi juga non pangan.

Untuk pangan, sejak Lebaran hingga kini harga telur, daging ayam, cabai dan beras tidak pernah turun seperti semula, terus naik dan stabil di harga tinggi. Untuk non pangan, biaya kontrak rumah dan pendidikan naik, tercermin dalam inflasi dan garis kemiskinan.


Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa inflasi untuk kelompok pendidikan terjadi pada periode Juli-September, seiring pergantian tahun ajaran baru.

Baca Juga: Apa Saja Kunci Sukses Mengelola Keuangan Pribadi?

Kenaikan sementara untuk perumahan, 2,03 persen per tahun, kenaikan pangan mengalami lonjakan inflasi 0,18 persen sehingga inflasi per tahunnya mencapai 4,97 persen. Penyumbang terbesar kenaikan adalah makanan, minuman, dan tembakau.

Dengan adanya kenaikan-kenaikan itu dan gaji yang diterima tetap, tentu tidak bisa menutup semua kebutuhan yang juga sudah naik lebih dulu.
 

Lalu, bagaimana mengatasi agar dompet tidak kosong?

 

1. Peran pemerintah dalam stabilitas harga


Ruang lingkup dan tanggung jawab pemerintah tidak sekedar mencukupi kebutuhan sandang pangan untuk masyarakat saja. Tetapi juga soal stabilitas harga, distribusi/pasokan dengan pemangkasan panjangnya dari hilir ke hulu.


2.  Hindari PHK


Bagi karyawan tentunya tidak menginginkan adanya PHK yang seringkali terjadi karena kondisi perubahan order dari pabrik-pabrik seperti sepatu dan garmen.

Untuk itu, peran pemerintah membantu pengusaha untuk mencari solusi dari kebangkrutan karena sepinya order export menjadi salah satu usaha keras.

Baca Juga: Cara Si Introvert dan Ekstrovert Mengelola Uang Berdasarkan MBTI

Para karyawan pun harus mampu mengalihkan keterampilannya jika pabrik terpaksa ditutup dan PHK sudah membayangi. Dengan keterampilan yang saat ini dibutuhkan, karyawan atau buruh dapat segera diselamatkan.


3. Mencari  Peluang


Di waktu luang, misalnya setelah pulang kerja, dapat melakukan pekerjaan freelance online atau mengajar secara online bidang yang dikuasai untuk menambah pundi-pundi keuangan. Bisa juga dengan menyewakan baju, barang, dan lainnya dengan segmen tertentu.


4. Memilih Cicilan dengan Suku Bunga tetap


Apabila Anda sedang mencari pinjaman baik untuk rumah atau kendaraan, pilihlah pinjaman dengan syarat bunga tetap karena di saat inflasi tinggi, suku bunga akan terus meningkat.  Dengan suku bunga tetap maka pembayaran cicilan dengan bunganya tidak melonjak.


5. Berhemat


Salah satu cara untuk mengurangi pengeluaran yang tidak prioritas adalah berhemat. Hemat untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak dibutuhkan seperti liburan luar kota, luar negeri, dan membeli barang konsumtif.

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.