Emansipasi Wanita: Membangun Harmoni Dalam Keluarga

Hari Kartini sumber tribunnews.com

Like

Selama seminggu ini, saya tinggal di rumah mertua yang sedang punya hajat menikahkan putra keduanya (adik ipar penulis).

Dari celoteh ibu-ibu yang membantu prosesi acara saya melihat betapa berat tugas dan peran wanita terlebih ketika ikut keluarga mertua.

Sudah menjadi adat tradisi wanita-wanita di perkampungan ini ikut dan tinggal di keluarga di rumah mertua.

Mereka semua mengerjakan semua tugas domestik di dalam rumah tangga. Termasuk dalam menyiapkan acara tasyakuran (hajatan) semua dikerjakan oleh wanita.

Dari belanja, memasak, bersih-bersih rumah dan alat makan, semua di kerjakan oleh perempuan.


Baca Juga: Menyelami Perjalanan Inspiratif: Ulasan Buku Jurnal Ph.D. Mama

Jarang sekali laki-laki terlibat dalam pekerjaan tersebut. Laki-laki hanya bertugas untuk berdoa di puncak acara tasyakuran.

Padahal di rumah-rumah mereka sendiri para wanita-wanita ini tetap harus mengerjakan dan menjalankan tugas sebagai perempuan baik, yang mempunyai tugas-tugas domestik dan peran sebagai ibu rumah tangga.

Yaitu menjadi pelayan keluarga mertua, memastikan kebutuhan sehari-hari terpenuhi, seperti memasak, membersihkan rumah, dan merawat anggota keluarga.

Selain itu, mereka dituntut untuk tetap menjaga harmoni dalam keluarga, memastikan hubungan baik antara suami dan mertua, serta antara mertua dan anggota keluarga lainnya.

Tampak jelas di sini bagaimana budaya patriarki masih melekat erat. Mempengaruhi dinamika keluarga dan peran gender di dalamnya, saat seorang wanita menikah dan tinggal bersama keluarga mertuanya.

Bukan hanya di perkampungan ini, di banyak budaya lain di wilayah Indonesia yang serupa. Di mana peran dan tugas wanita di rumah mertua sangat dipengaruhi oleh norma-norma patriarki yang menempatkan wanita dalam posisi subordinate atau lebih rendah dari laki-laki.

Di mana peran dan tugas wanita di rumah mertua selalu diarahkan untuk mengerjakan semua tugas-tugas domestik dan berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik, bijak dan penurut.

Wanita dipandang baik ketika mampu menjadi pelayan keluarga mertua, mencukupi dan menyelesaikan kebutuhan sehari-hari seperti memasak, membersihkan rumah, dan merawat seluruh anggota keluarga.

Selain itu, wanita juga diharapkan untuk menjaga harmoni dalam keluarga, memastikan hubungan baik antara suami dan mertua, serta antara mertua dan anggota keluarga lainnya.

Seharusnya pandangan tersebut berubah seiring dengan perkembangan zaman dan kesadaran akan hak-hak perempuan.

Saat ini banyak wanita yang berpendidikan dan memiliki karier yang sama pentingnya dengan suami mereka.

Sehingga wanita tidak lagi hanya diidentifikasi sebagai ibu rumah tangga atau pelayan keluarga, melainkan juga sebagai individu yang memiliki hak dan kebutuhan sendiri.

Setiap keluarga memiliki dinamika sendiri yang unik, dan tidak semua keluarga menerapkan norma-norma patriarki dengan ketat.

Ada keluarga yang lebih terbuka dan menerima perubahan peran gender, memungkinkan wanita untuk berkontribusi dalam keputusan keluarga dan memiliki otonomi dalam menjalani kehidupan mereka.

Selain itu, emansipasi wanita juga memainkan peran penting dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap peran dan tugas wanita di rumah mertua.

Emansipasi wanita mengajarkan bahwa setiap individu, termasuk wanita, memiliki hak untuk dihormati, mendapatkan kesempatan yang sama, dan memiliki otonomi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi hidup mereka.

Bagi wanita yang tinggal dengan keluarga mertua, emansipasi dapat membantu mereka mendapatkan pengakuan atas kontribusi dan peran mereka dalam keluarga.

Wanita tidak lagi hanya dianggap sebagai pendukung atau pelengkap suami, melainkan sebagai mitra yang setara dalam mengambil keputusan dan menjalani kehidupan bersama.

Meskipun demikian, perubahan ini tidak selalu mudah dan seringkali menimbulkan konflik di dalam keluarga.

Beberapa anggota keluarga mungkin sulit menerima perubahan ini dan mempertahankan norma-norma patriarki yang telah ada selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu, komunikasi yang terbuka dan pemahaman antar anggota keluarga sangat penting untuk menciptakan harmoni dan kesetaraan di rumah mertua.

Dalam menavigasi dinamika rumah mertua dalam konteks budaya patriarki dan emansipasi wanita.

Penting bagi wanita untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif, memperkuat pendidikan dan karier mereka, serta membangun dukungan sosial yang kuat.

Baca Juga: Fakta Menarik Rumy Alqahtani, Wanita Saudi Pertama di Miss Universe 2024

Melalui upaya kolaboratif dan pengakuan terhadap hak-hak individu, wanita dapat menciptakan lingkungan yang lebih seimbang dan harmonis di rumah mertua.

Peran dan tugas wanita di rumah mertua dalam konteks budaya patriarki dan emansipasi wanita telah mengalami perubahan signifikan seiring dengan perkembangan zaman dan kesadaran akan hak-hak gender.

Meskipun tantangan dan konflik masih ada, kemajuan dalam memahami dan menghargai kontribusi wanita dalam keluarga merupakan langkah positif menuju masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua individu, tanpa memandang gender.

Memahami kembali makna dari emansipasi wanita yaitu tentang bagaimana wanita dapat berkembang dan maju dari waktu ke waktu tanpa menghilangkan jati dirinya.

Dengan memahami makna emansipasi wanita seutuhnya, maka wanita-wanita yang tinggal di rumah mertua dan menyandang label wanita baik, bijak dan penurut.

Akan tetapi mampu berkembang dan maju sesuai keinginan dirinya sendiri, mereka pantas disebut sebagai kartini masa kini.

Wanita-wanita tersebut mungkin adalah wanita-wanita yang ada di sekitar kita sendiri. Seperti kakak, ibu, dan mungkin juga seorang istri yang ada di sebelah anda (pembaca).

Sebuah apresiasi besar buat mereka semua.