Likes
Tips Ibu Bekerja Penuh Waktu
1. Perhatikan quality time. Sebenarnya kehadiran Ibu juga tidak harus ada setiap saat setiap waktu. Menurut beberapa ahli quality time bersama, misalkan jalan-jalan bersama atau liburan bersama, sarapan bersama, membacakan cerita sebelum tidur, itu juga sudah cukup. Kegiatan ini bermanfaat untuk menciptakan ikatan antara ibu dan anak, terutama di usia 1-5 tahun.2. Latih anak untuk bertanggung jawab dan mandiri. Baik seorang ibu selalu ada di dekatnya ataupun bekerja usahakan untuk melatih anak untuk bertanggung jawab. Ini bisa dilakukan dimulai dengan diizinkannya seorang anak untuk memilih baju kesukaannya. Kemudian merapikan mainan yang telah dimainkannya.
3. Berikan arahan. Anak tetap diberi arahan agar ia mengetahui konsekuensi dari hal yang telah diperbuatnya. Arahkan dengan tutur kata yang baik. Hindari kata-kata yang terkesan ancaman. Ketika anak melakukan hal yang kurang baik, jangan ragu untuk menegurnya. Dan ketika anak melakukan hal yang baik, juga jangan ragu untuk memujinya. Ini penting bagi anak untuk mengetahui hal yang baik dan hal yang buruk.
4. Ucapkan secara verbal. Jika kita sayang kepada anak ucapkanlah sayang, misalkan “Ibu sayang padamu”. Atau jika kita salah, katakanlah “Ibu minta maaf ya…”
5. Tidak perlu berbohong. Jika kita memang berangkat bekerja sehari penuh, katakan yang sebenarnya kepada anak. Tidak perlu berkata “Ibu cuma sebentar”. Tidak berbohong kepada anak sangat berfungsi untuk membangun kepercayaan anak terhadap ibu.
Baca Juga: Pertimbangan Sebelum Resign Menjadi Full Time Ibu Rumah Tangga
6. Apresiasi diri sendiri. Baik Ibu yang bekerja maupun ibu yang menjadi rumah tangga, sama-sama menghadapi tantangan yang harus diselesaikan. Dan seringkali sangat menguras tenaga. Jadi, jangan lupa untuk mengapresiasi diri dan ucapkan terima kasih pada diri-sendiri.
7. Tidak mengorbankan keluarga. Meski demikian Ibu harus hati-hati. Ada banyak tantangan yang harus diselesaikan jika ibu bekerja. Contoh paling sederhana adalah, biasanya ibu yang bekerja dengan gaji yang lebih tinggi, rentan menuntut pendapatan yang tinggi juga dari suaminya.
Atau hal lain yang lebih parah misalnya, secara tidak sadar melihat dan membandingkan figur lelaki lain di tempat kerja yang dianggap lebih ideal daripada suaminya.
Ini rentan menyebabkan percekcokan rumah tangga. Oleh karena itu harus kembali meluruskan niat untuk bekerja demi kebaikan bukan malah mengorbankan keluarga.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Whatsapp Group kami! Klik di sini untuk bergabung
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.