Tantangan Regenerasi dalam Peringatan Hari Tani

Like

Fenomena penurunan minat generasi muda terhadap pertanian disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk persepsi negatif terhadap profesi petani, kurangnya pengetahuan tentang pertanian modern, urbanisasi, kurangnya akses terhadap modal dan lahan, serta minimnya role model petani sukses.

Penurunan jumlah petani dan rendahnya minat generasi muda terhadap pertanian memiliki implikasi serius terhadap upaya swasembada pangan nasional. Swasembada pangan merupakan kondisi di mana suatu negara mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dari produksi dalam negeri. Dengan berkurangnya jumlah petani, terutama petani muda yang diharapkan membawa inovasi dan produktivitas lebih tinggi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai dan mempertahankan swasembada pangan.

Data dari Sensus Pertanian 2023 menunjukkan bahwa komoditas yang paling banyak diusahakan oleh Usaha Pertanian Perorangan (UTP) adalah padi sawah inbrida, yang diusahakan oleh 9,41 juta unit atau sekitar 32,08 persen dari seluruh UTP. Ini menunjukkan bahwa beras masih menjadi komoditas utama dalam upaya swasembada pangan nasional. Namun, tantangannya adalah bagaimana meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi padi di tengah penurunan jumlah petani.

Kesejahteraan petani juga menjadi isu krusial yang tak terpisahkan dari upaya swasembada pangan. Meskipun jumlah RTUP mengalami kenaikan, hal ini belum tentu mencerminkan peningkatan kesejahteraan petani. Banyak petani masih menghadapi berbagai kendala seperti fluktuasi harga komoditas, keterbatasan akses terhadap teknologi modern, dan rendahnya daya tawar petani dalam rantai nilai pertanian.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan pendekatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:


1. Modernisasi pertanian melalui penerapan teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, dan big data untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

2. Peningkatan akses petani terhadap modal, teknologi, dan pasar melalui kebijakan yang berpihak pada petani.

3. Revitalisasi pendidikan dan pelatihan pertanian untuk menarik minat generasi muda dan meningkatkan kapasitas petani.

4. Pengembangan rantai nilai pertanian yang lebih adil dan menguntungkan bagi petani.

5. Diversifikasi komoditas pertanian untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ketahanan pangan.

6. Penguatan kelembagaan petani seperti koperasi dan kelompok tani untuk meningkatkan posisi tawar petani.

7. Pengembangan urban farming sebagai alternatif pertanian di wilayah perkotaan dan untuk menarik minat generasi muda.

Dalam merayakan Hari Tani Nasional 2023, kita perlu mengapresiasi perjuangan dan kontribusi para petani, sekaligus memikirkan strategi komprehensif untuk menarik minat generasi muda terhadap pertanian, mencapai swasembada pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Modernisasi pertanian, edukasi, dan dukungan kebijakan yang tepat dapat menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian Indonesia di masa depan.

Dengan upaya bersama, kita dapat mengubah persepsi tentang pertanian, memodernisasi sektor ini, dan menjadikannya lebih menarik bagi generasi muda. Karena pada akhirnya, ketahanan pangan, swasembada, dan kesejahteraan petani adalah tiga aspek yang saling terkait erat dan menjadi fondasi bagi kedaulatan ekonomi dan pangan Indonesia.