Belajar dari Kasus Sritex (SRIL), Pahami Laporan Keuangan Perusahaan untuk Meminimalisasi Resiko Emiten Pailit

Like

2. Pahami aset total dan utang total

Memahami aset total dan utang total, bisa digunakan untuk mengetahui kesehatan perusahaan tersebut.

Dalam kasus ini, berdasarkan laporan keuangan terakhir 2021, Sritex hanya memiliki aset total sebesar sembilan triliun, tetapi memiliki utang total 25 triliun.
 

3. Bandingkan kas dengan yang tidak aset

Kas suatu perusahaan harusnya lebih dari 5?ri total aset perusahaan. Apalagi jika perusahaan tersebut banyak memiliki utang. Dalam kasus Sritex ini, berdasarkan laporan keuangan terakhir 2021, kas Sritex kurang dari 5 persen dari total aset, padahal utangnya banyak. 
 

4. Bandingkan kas yang tersedia dengan utang yang ada

Lihat dan bandingkan juga kas yang tersedia dengan utangnya, terutama utang jangka pendek. Jika kas yang tersedia tidak bisa digunakan untuk membayar utang jangka pendek, apalagi jangka menengah dan jangka panjang, maka sudah dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut tidak baik-baik saja.

Dalam kasus Sritex ini, berdasarkan laporan keuangan terakhir tahun 2021, perusahaan ini mempunyai kas sebesar 45 juta dolar sedangkan utang yang akan jatuh tempo sebesar satu miliar dolar.
 

5. Perhatikan posisi arus kas dan kondisi saat itu

Arus kas juga seharusnya berada di posisi positif. Pada kasus Sritex ini, berdasarkan laporan keuangan 2021, arus kasnya minus(-) 400 juta dolar. Ini berarti untuk biaya operasional saja perusahaan tersebut harus berutang. 

Catatan: kondisi ini sebenarnya bisa dimaklumi jika dilihat dengan kondisi pada saat itu. Pada tahun 2021 memang terjadi pandemi Covid, jadi permintaan tekstil mengalami penurunan yang tajam. Selain itu, mulai saat itu, impor tekstil dari luar negeri juga massif.

 

6. Perhatikan kebiasaan berutang perusahaan

Seperti yang telah dikatakan di atas, meskipun sebelum tahun 2020 Sritex bisa menghasilkan laba, arus kas positif, dan rajin membagikan dividen, tetapi karena utangnya terus ditumpuk dan ditambah, akhirnya perusahaan mengalami kesusahan.

Ini karena kemampuan membayar utang itu tidak bisa diprediksi. Seperti kasus Sritex ini, karena penurunan penjualan yang tiba-tiba, meskipun sebelumnya semua serba lancar. Namun, jika dihantam harus membayar utang yang terlalu besar, maka akan menyebabkan perusahaan tersebut kesulitan sendiri. 



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Whatsapp Group kami! Klik di sini untuk bergabung