ESG 2025, Bagaimana Tren dan Implementasinya?

Bagaimana Tren ESG di tahun 2025 (Sumber: Pexels)

Bagaimana Tren ESG di tahun 2025 (Sumber: Pexels)


Tahun 2025 menjadi titik balik penting dalam dunia bisnis global. Dengan semakin menguatnya tuntutan untuk keberlanjutan, perusahaan di berbagai sektor mulai berlomba-lomba mengadopsi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

Tidak lagi hanya sekadar pilihan, ESG kini menjadi komponen inti bagi perusahaan yang ingin tetap relevan dan kompetitif di pasar.

Tetapi bagaimana bisnis bisa beradaptasi dengan tren ini untuk bertahan di tengah tekanan ekonomi dan ekspektasi publik yang terus meningkat?
 

Meningkatnya Kesadaran Konsumen

Generasi muda, terutama Gen Z dan milenial, semakin sadar akan dampak lingkungan dari produk yang mereka konsumsi.

Konsumen kini tidak hanya melihat harga atau kualitas produk, tetapi juga bagaimana produk tersebut dihasilkan.

Mereka lebih memilih perusahaan yang memiliki komitmen nyata terhadap keberlanjutan. Di tahun 2025, perilaku konsumen ini memaksa bisnis untuk transparan dalam operasional mereka, mulai dari rantai pasok hingga limbah produksi.


Bisnis yang gagal menunjukkan tanggung jawab sosial dan lingkungan berisiko kehilangan kepercayaan konsumen.

Baca Juga: Apa Itu ESG dan Bagaimana Penerapannya?

Oleh karena itu, perusahaan yang mampu beradaptasi dengan tren ESG akan lebih mudah membangun loyalitas pelanggan sekaligus menarik konsumen baru.
 

Tekanan dari Investor dan Regulator

Tidak hanya konsumen, investor juga semakin memprioritaskan perusahaan yang memiliki strategi ESG yang kuat.

Laporan keberlanjutan bukan lagi sekadar dokumen pelengkap, tetapi menjadi indikator utama yang dilihat investor saat menanamkan modal. Investor besar, seperti lembaga keuangan global, telah menetapkan standar ESG sebagai syarat utama dalam portofolio investasi mereka.

Selain itu, regulasi terkait keberlanjutan semakin ketat di berbagai negara. Pemerintah di banyak wilayah mulai memberlakukan pajak karbon, insentif untuk energi terbarukan, serta aturan ketat terkait pengelolaan limbah.

Perusahaan yang tidak mampu memenuhi standar ini dapat menghadapi sanksi besar, bahkan risiko ditinggalkan oleh mitra bisnis.