Kemeriahan Imlek belum berakhir, masih berlanjut hingga malam puncak atau yang lebih sering disebut sebagai perayaan cap go meh.
Seperti namanya cap go meh memiliki arti malam ke-15, berasal dari bahasa Hokkian, Cap berarti sepuluh, Go berarti lima, dan Meh berarti malam.
Bukan semata perayaan, cap go meh memiliki sejarah dan makna mendalam yang mencerminkan nilai-nilai spiritualitas, budaya dan kebersamaan.
Baca Juga: 9 Nilai-Nilai dari Perayaan Cap Go Meh yang Bisa Kamu Terapkan!
Sejarah Cap Go Meh
Ada beberapa legenda populer yang melatarbelakangi perayaan cap go meh. Salah satu diantaranya adalah kisah burung langka yang dibunuh warga.
Hal tersebut membuat Kaisar Langit murka. Untuk menghukum warga, Kaisar Langit akan memberi hukuman dengan membakar desa.
Namun, seorang penasihat kerajaan menyarankan agar warga menyalakan dan menggantung lentera merah, membakar kembang api dan lilin pada malam ke-15.
Hal tersebut membuat Kaisar Langit terkecoh, karena desa terlihat seperti sudah terbakar. Sehingga warga selamat dari hukuman.
Sejak saat itulah cap go meh atau upacara tolak bala untuk mengusir roh-roh jahat ini, identik dengan lampion merah, parade arak-arakan dan tak ketinggalan makanan khas cap go meh menjadi pelengkap yaitu mie panjang umur.
Tradisi Perayaan Cap Go Meh
Di setiap daerah dan negara memiliki tradisi berbeda dalam merayakan cap go meh. Seperti halnya di Indonesia, khususnya daerah-daerah yang memiliki populasi etnis Tionghoa besar seperti Singkawang, Manado, Palembang, Bogor dll.
Berikut perayaan Cap go meh di beberapa daerah di Indonesia:
1. Singkawang: Parade Atraksi Tatung
Singkawang sebagai daerah yang memiliki populasi Tionghoa besar hampir setiap tahun merayakan cap go meh. Perayaan ini tidak hanya melibatkan etnis Tionghoa tetapi juga pihak pemerintah, warga, pindah pengusaha swasta dan lain-lain.
Ada beberapa tradisi unik perayaan Cap go meh di Singkawang atau kota seribu klenteng ini, seperti atraksi Tatung, pentas pagelaran seni, replika shio, festival kuliner, ritual tolak bala, hingga lelang.
Tradisi unik dari perayaan cap go meh di Singkawang yang jarang ada di daerah lain adalah atraksi Tatung yaitu seseorang yang dipercayai memiliki kekuatan supranatural, kebal senjata dan dapat menjadi medium roh-roh leluhur.
Perayaan Cap Go Meh tidak hanya bernilai budaya tetapi juga ekonomi. Keunikan Dari perayaan ini juga meningkatkan penghasilan daerah melalui sektor wisata. Tidak hanya menarik perhatian warga daerah tetapi juga dari luar daerah bahkan wisatawan luar negeri.
2. Makasar
Dilangsir dari bisnis.com, Perayaan cap go meh di Makassar sudah sebelas tahun tidak dirayakan. Pada tahun 2025 ini parade arakan dewa-dewa cap go meh diikuti sekitar 6 .000 peserta yang berasal dari klenteng, vihara, dan cetiya yang berada dari Makassar.
Pada tahun ini pula perayaan cap go meh di Makasar mengambil tema Zou Zou festival. Dimeriahkan dengan pertunjukan seni Tiongkok juga seni tradisional Sumatera Selatan dengan menggelar panggung pertunjukan yang di sebar di empat titik di jalan Sulawesi.
3. Bogor
Selain di Singkawang dan Makasar, di Bogor juga diadakan Pesta Rakyat Cap Go Meh –bertajuk Bogor Street Festival 2025 tepatnya di Vihara Dhanagun.
Festival ini juga memiliki potensi ekonomi luar biasa. Dihadiri masyarakat sekitar dari lintas agama yang berasal dari berbagai daerah seperti Minahasa, Papua dan lainnya. Sehingga tampak seperti Indonesia versi mini.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.