Bulan Mei hampir berakhir tetapi hujan masih kerap turun membasahi bumi Indonesia. Normalnya kita seharusnya telah masuk pada musim kemarau. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim telah mengakibatkan cuaca yang semakin sulit diprediksi.
Cuaca yang tidak menentu membawa dampak signifikan terhadap pertanian. Khususnya padi, salah satu tanaman yang rentan terhadap perubahan cuaca. Tanaman padi cenderung membutuhkan perubahan iklim yang stabil. Bencana banjir di luar musim, kemarau berkepanjangan, serangan hama yang dipicu oleh perubahan suhu dan kelembaban dapat mengakibatkan puso atau gagal panen.
Untuk mewujudkan swasembada pangan dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah, swasta dan masyarakat. Khususnya masyarakat petani sebagai pelaku utama pertanian di Indonesia.
Meskipun saat ini Indonesia memiliki surplus stok beras yang mencukupi untuk kebutuhan setahun ke depan seperti dikutip dari mentan.go.id, produksi beras dalam negeri sudah mencapai 3,7 juta ton.
Namun, hal tersebut bukan berarti kita bisa bersantai dan berpangku tangan. Bagaimanapun juga ancaman tetap ada dan kita harus waspada dan bisa mengantisipasinya. Salah satu ancaman yang paling tidak diinginkan adalah ancaman gagal panen.
Seperti halnya swasembada pangan yang menjadi tanggung jawab semua pihak, demikian juga dengan gagal panen. Oleh karena itu, harus ada kesiapan dalam menghadapinya.
1. Memahami Tantangan Gagal Panen
Tantangan yang dihadapi sektor pertanian bukan hanya tentang kuantitas dan kualitas hasil panen. Namun, juga bagaimana membuat tanaman tumbuh dan berkembang hingga masa panen tiba.
Namun, ketika bencana melanda, seperti banjir dan kekeringan dapat berdampak signifikan terhadap produksi pertanian tersebut.
Oleh karena itu sangat penting untuk memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana yang sering kali datang tak terduga. Antisipasi sebelum bencana dan cepat tanggap saat ditimpa bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian.
2. Strategi Mitigasi Bencana
a). Mengoptimalkan penggunaan sumber air dan irigasi
Sebagai negara dengan dua musim, masih banyak petani yang bergantung pada kondisi alam. Salah satunya adalah sawah tadah hujan.
Namun, ketika terjadi perubahan iklim dan musim kemarau lebih panjang dari biasanya tanaman tidak bisa tumbuh dengan baik karena kurangnya pengairan. Oleh karena itu, perlu adanya persiapan untuk menghadapi kemarau panjang.
Oleh karena itu pengembangan dan optimalisasi irigasi sangat diperlukan. Sehingga pengairan tetap bisa dilakukan dengan baik, meskipun kemarau lebih panjang dari biasanya.
b). Pengawasan dalam pengelolaan sumber air dan irigasi
Meskipun sumber air dan irigasi telah tersedia. Pemerintah dan instansi terkait tidak boleh membiarkan begitu saja. Tetap harus ada pengawasan dan pengelolaan yang terstruktur. Untuk memastikan pengairan dapat dikoordinasikan dan distribusikan ke lahan pertanian dengan baik.
c). Menggunakan bibit tahan rendaman
Hujan yang terus-menerus juga dapat mengakibatkan kelebihan air atau banjir. Oleh karena itu petani harus antisipasi dengan menggunakan bibit tahan rendaman seperti: inpara 3, inpara 4 dan inpara 5 yang merupakan bibit hasil inovasi pertanian yang disiapan khusus agar tanamaan mampu bertahan dan tumbuh optimal meskipun terendam dalam jangka waktu tertentu.
d). Menerapkan dan menggunakan teknologi pertanian
Tidak bisa dipungkiri, saat ini pertanian sedang mengalami kekurangan tenaga petani. Sementara petani khususnya padi memiliki masa panen tertentu yang tidak bisa ditunda. Oleh karena itu petani bisa menerapkan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk meningkatkan efisiensi dan ketahanan terhadap bencana.
e). Pengelolaan Manajemen Keuangan Petani
Melihat realita kehidupan petani khususnya di lingkungan penulis pribadi, masih banyak petani yang tidak memiliki sistem pengelolaan keuangan yang baik.
Pada umumnya, para petani menganggap proses pertanian selesai setelah panen dilakukan. Padahal pengelolaan hasil panen merupakan bagian penting dalam proses pertanian itu sendiri. Tanpa pengelolaan yang baik, hasil panen melimpah tidak ada artinya.
Kebanyakan para petani akan menjual hasil panennya begitu saja. Kemudian, menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari tanpa ada perhitungan. Baik soal keuntungan atau modal pertanian musim berikutnya. Seperti menyiapkan lahan untuk ditanami kembali, membeli bibit, membeli pupuk, tabungan untuk antisipasi gagal panen dll.
Oleh karena itu, penting sekali membekali petani dengan literasi keuangan yang baik. Bukan hanya mengatasi gagal panen tetapi juga untuk kesejahteraan kehidupan para petani itu sendiri.
3. Kolaborasi Mewujudkan Ketahanan Pangan Indonesia
Seperti yang disebutkan sebelumnya, keberhasilan ketahanan pangan Indonesia tidak bisa ditentukan oleh satu pihak tertentu. Akan tetapi perlu adanya kolaborasi nyata dari berbagai pihak. Seperti pemerintah, swasta dan BUMN.
Dalam konteks ini, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), ikut ambil bagian dan berperan penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
1. Ketersediaan Pupuk Berkualitas Tepat Waktu
PT Pupuk Kaltim memastikan ketersediaan pupuk berkualitas, baik yang subsidi atau non-subsidi merata di seluruh Indonesia. Sehingga, petani dapat memperoleh pupuk tepat waktu ketika musim tanam tiba.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.