
Pertanian Berkelanjutan: Menjaga lahan pertanian tetap lestari hingga anak cucu nanti (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Likes
Plastik dan turunannya selalu dibutuhkan dalam kehidupan. Bahkan, ada anekdot tentang hal yang paling mudah ditemukan di belahan muka bumi ini adalah plastik.
Secara global, konsumsi plastik dunia tercatat sebanyak 360 juta ton, sebagaimana dilansir statista.com (2025). Dari data tersebut, diperkirakan setiap tahun ada sekitar 52 juta ton limbah plastik yang langsung masuk mencemari lingkungan (Sumber: CNBC Indonesia, 2025).
Bagaimana dengan negara kita? Tentu ikut andil besar karena negara dengan penduduk 270 juta jiwa yang merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat dunia ini juga gemar memproduksi sampah.
Indonesia sendiri merupakan salah satu penyumbang sampah besar dunia. Ada sekitar 64 juta ton sampah. Dari jumlah tersebut 12 persen atau sekitar 7,68 juta ton adalah sampah plastik (Sumber: BPS, 2024). Dari jumlah tersebut sekitar 3,3 juta ton sampah plastik yang dibuang ke lingkungan (Sumber: University of Leeds,2024).
Lihatlah, ke pasar beli sayur, diwadahi plastik. Ke toko pakaian, diwadahi plastik. Ke minimarket, juga diwadahi plastik. Meski belakangan penggunaan plastik mulai berbayar, namun kemudahan mendapatkan dan menggunakan plastik belum tergantikan. Masyarakat tetap menggunakan plastik dalam setiap kegiatan.
Dalam dunia pertanian, sampah plastik juga sangat dekat dengan rutinitas petani. Hampir semua pembungkus benih, pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh adalah plastik. Dari sana tentu, pertanian dan turunannya juga berpotensi sebagai pemroduksi sampah plastik.
Sampah pertanian yang umum adalah mulsa dan plastik polibag bekas bertanam. Keduanya merupakan unsur penunjang dalam bertani. Sayang, masa pakai barang tersebut relatif singkat mengikuti masa tanam. Akibatnya, selesai masa tanam biasanya sudah tidak terpakai dan berakhir menjadi sampah.
Bisa juga ditambah pipa paralon yang membantu irigasi. Memang, bahan pipa rata-rata PVC memiliki masa pakai lebih lama. Namun, akhirnya juga akan berakhir menjadi sampah plastik juga karena terpapar panas, hujan, dan selalu terkena air pada waktu tertentu.
Apalagi, apabila ditambah kebiasaan petani tradisonal yang membawa makanan ke sawah atau areal pertanian. Misal makanan ringan, minuman instan dan pembungkus rokok yang tentu dilapisi plastik.
Baca Juga: Pengelolaan Plastik dengan Prinsip 6R bersama FAO dan Pupuk Kaltim untuk Ketahanan Pangan
Sampah-sampah pertanian dan bungkus makanan ini acap kali ditinggal begitu saja di sawah atau area pertanian. Akibatnya, tentu akan mudah ditemui berbagai sampah plastik di sekitar area pertanian tersebut.
Satu dua memang tetap di atas tanah. Lainnya, banyak yang ikut terbawa aliran air dan irigasi. Pindah dari satu area ke area lain. Juga, dari sawah satu ke sawah lain.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.