Tidak enak jadi petani. Uangnya dikit, pupuk sulit, benih ga ada yang bagus apalagi masa depan pasti suram.
Itulah frasa yang banyak beredar di masyarakat. Tidak ada yang bangga pada
petani. Menganggap pekerjaan menjadi petani adalah endapan terakhir diantara sekian pilihan pekerjaan yang lebih mentereng.
Jika tidak percaya, mari tanya ke sekitar kita. Siapa yang mau jadi? Seberapa besar yang akan jadi petani dibanding profesi lain yang lebih menjanjikan masa depan. Lengkap dengan jaminan pensiun dan tunjangan.
Petani sendiri juga tidak akan berkehendak anaknya jadi petani. Anak petani harus berubah jadi profesi lain. Setidaknya di atas sedikit dari petani.
Berarti jika dibiarkan tidak akan ada regenerasi petani. Sebuah masalah serius tentu saja.
Bahkan saya pernah membaca visi dan misi suatu program studi pertanian di kampus ternama. Tidak ada frasa yang membanggakan bahwa lulusan sarjana pertanian bisa menjadi petani.
Lebih banyak ‘hanya’ menjadi penggembira pertanian.
Terlebih di lapangan, memang pengusaha pertanian memiliki
basic bukan petani. Atau mereka salah jurusan yang membanggakan karena mengerjakan kegiatan sehari-hari pada bidang pertanian.
Mengapa mereka bangga pada petani dan pertanian?
Baca Juga: Mengenal Agrosolution, Solusi Meningkatkan Ketahanan Pangan di Indonesia
Pertanian Penyumbang PDB Terbesar
Bidang
pertanian (dalam arti luas) adalah salah satu unggulan dalam mendongkrak perekonomian nasional. Bahkan menjadi yang tertinggi di awal tahun 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bidang pertanian sebagai penyumbang utama tertinggi pada pertumbuhan ekonomi nasional yaitu Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Yakni, tumbuh 10,52 persen berkontribusi pada PDB kuartal 1/2025 sebesar 12,66 sebagaimana dikutip dalam validnews.id, 05/05/2025.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2025) juga menjelaskan bahwa sektor pertanian adalah sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Indonesia di tahun 2024 lalu.
Baca Juga: Mengenal Indeks Pertanaman 400 (IP 400) dan Strateginya dalam Mewujudkan Swasembada Pangan
Total 28,54 persen dari angkatan kerja nasional atau sekitar 40,67 juta orang. Lalu mengapa petani masih selalu dikerdilkan? Jawabannya tentu karena belum banyak
trendsetter petani.
Anak muda masih kebingungan dalam mencontoh, mengidolakan, meniru dan meneladani tokoh petani lokal. Kalah dengan bidang lain yang melimpah akan sosok panutan yang setiap hari selalu viral dan di up di sosial media.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.